TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#33
Spoiler for Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic:
"Lain kali datang ke sini ya." kata Asuka sambil membukakan pintu keluar rumahnya itu.
Namun Koishi langsung menarik Asuka ke belakang dan langsung mengeluarkan danmakkunya yang berbentuk hati ke arah luar pintu yang baru terbuka setengah itu.
"GRAAAAGH!"
Terdengar suara menyeramkan dari luar yang sepertinya kesakitan karena terkna danmakku milik Koishi.
"Lari Asuka! Lari! Pergi ke kamar!" teriak Koishi.
Lalu Asuka yang ketakutan itu berlari dengan cepat ke ruangannya dan mengunci pintunya. Dia pun langsung duduk di belakang pintu itu dan berdoa, semoga Koishi baik-baik saja. Sementara itu di bawah youkai yang baru saja berteriak geram itu menubruk pintu rumah itu yang lebih kecil dari pada tubuhnya. Saat Koishi melihat tampangnya, dia sepertinya adalah oni. Dia memiliki tanduk di kepalanya. Hanya satu dan berwarna merah. Bedanya dengan Yuugi, dia laki-laki dan hanya memakai cawat saja dan membawa gada besar di tangannya. Lalu Dia juga bertubuh merah.
"Hah, ternyata oni." kata Koishi lalu kembali menembakan danmakkunya yang berbentuk hati, namun di tahan oleh lengannya yang menyilang menutupi tubuhnya.
Tepat saat itu juga Koishi sudah berada di belakang oni itu.
"GRAAGH?!" geram oni itu dengan bingung.
Sepertinya dia tidak mengetahui keberadaan Koishi yang sekarang sudah ada di belakangnya.
"Mencariku?" kata Koishi.
"GRAAARGH!" teriaknya geram.
Lalu dia mencoba menghantam Koishi dengan gada berdurinya yang besar itu. Mungkin gadanya sebesar tubuh Koishi. Koishi pun segera menghindar dengan melompat ke belakang dengan cepat. Gada itu pun bertemu dengan tanah dan menimbulkan getaran yang besar serta retakan yang besar juga.
"GRAAAGH!" teriak oni itu.
Sepertinya dia marah dengan Koishi. Dia pun memasang lengannya di depan badannya dan berlari untuk menabrak Koishi dengan badan besarnya yang sekitar tiga kali besar tubuhnya Koishi. Koishi hanya bersiap menghindar sambil mengeluarkan spellcardnya.
"Instinct "Release of the Id"!" kata Koishi sambil mengeluarkan banyak hati yang memantul-mantul di tanah dan mengenai tubuh oni itu. Namun oni itu sepertinya bisa menahannya sehingga kecepatannya tetap dan Koishi harus melompat ke samping untuk menghindarinya.
"Ah! Ini tidak efektif!" kata Koishi sambil melompat ke samping.
Oni itu pun menabrak rumah yang ada di depannya sehingga dia tertumpuk oleh reruntuhan rumah itu. Koishi hanya melihat hal itu dari tempatnya menghindar.
"Sepertinya aku harus mengeluarkan Asuka dari sini." kata Koishi sambil berlari kembali ke rumah Asuka.
Namun reruntuhan itu kembali bergerak. Dan lengan oni itu keluar dari reruntuhan. Setelah itu tangan itu melemparkan reruntuhan itu sehingga oni itu bisa keluar dari reruntuhan itu.
"GRRAAAAGHH!!!!" teriaknya.
Dia seperti tidak terluka sama sekali. Dia pun mengambil gadanya yang terbenam dalam reruntuhan itu. Lalu oni itu berlari sambil mengayunkan gada besarnya. Koishi pun langsung menghindarinya ke arah kanan.
"Hah, untung saja hanya satu oni yang ada di sini... Jika ada dua, aku bisa...Oh...tidak...." kata Koishi dan saat dia melihat ke sampingnya, sesosok oni bertubuh besar ada di hadapannya. Kali ini dia berwarna biru.
"GRAAAGH!" teriak oni biru itu.
Dia pun menghentakan tanah dengan kakinya sehingga tanah menjadi retak dan terbelah-belah. Koishi pun hampir jatuh karena retakan itu namun sempat memegangi tanah. Dan saat Koishi melihat ke atas, oni biru itu sudah siap memukul Koishi dengan gada besarnya itu. Koishi pun masih bisa menghindari serangan itu. Nyaris saja gada itu mengenai kepalanya.
"Sekarang ini sudah sangat buruk. Aku harap keajaiban terjadi di sini!" kata Koishi, namun tidak ada keajaiban yang terjadi. Malah yang terjadi, oni berwarna biru itu melompat dan mencoba menyerang Koishi lagi dari atas dan oni merah itu berlari dan bersiap menyerang Koishi dengan gadanya yang besar. Lalu Koishi pun segera mengeluarkan spellcardnya lagi.
"Philosophy of a Hated Person!" katanya lagi dan kali ini keluar danmakku yang banyak dan tersusun menjadi seperti labirin yang sangat besar. Koishi pun menjadi terlihat hijau seperti kabut san lama kelamaan kabut itu menjadi pekat dan Koishi tidak terlihat lagi. Oni itu pun yang ingin menerang Koishi menjadi tidak bisa menyerangnya karena terlalu banyak danmakku yang menyerupai dinding sehingga menabrak dinding itu hanya akan membunuh oni itu. oni-oni itu saling berteriak keras dan mencoba untuk menghancurkan dinding dari danmaku ituu dengan gada mereka. Dan berhasil! Kedua oni itu memukul dinding dengan gada mereka dan danmakku itu menjadi berserakan, terpental. Lalu kedua oni itu pun mencari letak Koishi sementara kabut yang pekat itu perlahan menjadi memadat menjadi danmakku yang besar dan mulai mendekati kedua oni itu.
"GRAAARGH!!" teriak oni yang berwarna merah.
Dia berhasil menemukan kabut besar yang sudah berubah menjadi danmakku hijau tua itu. Tanpa pikir panjang, oni itu memukul danmakku besar itu dan danmakku itu menjadi kabut pekat lagi yang lama-kelamaan menutupi oni merah itu.
"GRAAAGH!!! GRAAAGH!" teriaknya dan kali ini dia menyemburkan api dari mulutnya.
Namun api itu tidak membuat kabut itu kabur darinya. Malah kabut itu bertambah pekat seolah menjebaknya di situ dan lama kalamaan oni itu tidak bisa bernafas lagi karena hanya menghirup udara dari kabut hijau itu. Oni merah itu pun terkapar di tanah dan mengakibatkan guncangan yang lumayan besar sehingga oni berwarna biru bisa mengetahui di mana letak oni yang merah. Oni biru itu pun memukul-mukul dinding danmaku itu menuju oni merah dan oni biru itu pun bertemu dengan kabut pekat itu yang menjauh dari oni merah itu. Perlahan kabut itu menghilang dan Koishi mulai terlihat lagi. Danmakkunya pun mulai berpencar dan menghantam apapun. Koishi terlihat lelah dan terlihat bekas bakaran di roknya dan di lengan baju kirinya.
"Argh... Jangan satu lagi...." kata Koishi sambil terengah-engah.
Dia sudah kecapaian karena melawan oni merah itu. Lalu oni biru itu berteriak-teriak dan berlari ke Koishi, siap untuk menyerang lagi.
"Aahh... ini...." kata Koishi sambil pasrah dan terjatuh ke tanah.
Dan sesaat setelah itu, sebuah sinar kuning yang melengkung mengenai tubuh oni biru itu. Sinar itu menghantam oni itu ke atas dan cahaya itu membantingnya ke bawah, ke aspal.
"A....Apa itu..." kata Koishi yang sudah tidak berdaya dan hanya mampu melihat ke oni itu.
"Tenang! Kami akan mengatasinya!" kata seseorang dari kejauhan.
Koishi pun membalikan kepalanya dengan susah payah dan dia melihat seseorang. Bertelinga tikus, berekor tikus, dan memiliki keranjang berisi tikus. Dia memegang tongkat bengkok di setiap tangannya.
"Kamu....Kamu kan...." kata Koishi namun dia sudah lemas dan akhirnya pingsan di tempat itu.
"Ichirin! Aku serahkan anak ini kepadamu! Naikkan ke kapal!" Teriak Nazrin, orang yang dilihat oleh Koishi itu.
"Baik! Unzan! Angkat dia ke atas kapal ini!" kata Ichirin kepada Awan pink yang ada dia naikki.
Lalu Unzan pun turun ke permukaan dan mengangkat Koishi dan membaringkannya di atas kapal besar yang mengapung di angkasa.
"Baiklah! Laser milik Master Shou sudah melumpuhkannya! Sentuhan terakhir! Kapten Murasa!" teriak Nazrin yang terbang untuk melihat keadaan oni yang baru terkena laser milik Shou yang baru dilancarkan itu.
"Siap! Jangkar diturunkan!" teriak Murasa sambil melemparkan Danmakku berbentuk Jangkar itu ke arah oni yang masih terbaring di tanah, kesakitan. Lalu oni itu pun tak dapat berbuat banyak saat melihat danmakku jangkar itu. Dia hanya memukul balik jangkar itu dengan gadanya ke atas. Berhasil! jangkar itu memantul ke atas! Semua pun terkejut kaget dan Nazrin yang paling khawatir. Namun jangkar itu tidak mengenai Murasa, kapal itu atau siapapun. Hanya melayang di atas angin. Lalu setelah beberapa saat jangkar itu berhenti dan akhirnya jatuh lagi menimpa oni itu.
"Huf, aku kira rencanaku tidak akan berhasil..." kata Nazrin sambil menghela nafasnya.
"Semua kembali ke Seirensen!" teriak Nazrin lagi sambil terbang ke kapal itu.
Lalu kapal itu pun melayang ke tujuan berikutnya yang Koishi tidak ketahui...
Sementara itu Asuka melihat Koishi yang di angkat oleh orang-orang itu pun berharap kepada mereka dalam hatinya...
"Semoga dunia ini bisa kembali menjadi seperti yang dahulu..."
0
Kutip
Balas