TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#26
Spoiler for Parted : Mission Impossible - Lunatic:
"Akhirnya..." kata Udonge.
Sebuah pintu tiba-tiba terbuka, dibukakan oleh seseorang yang berseragam tentara lengkap. Lengkap dengan senjata laras panjangya. Udonge pun cepat-cepat menyesuaikan frekuensi di sekitar situ dengan pikirannya supaya mereka bisa mengerti apa yang dibicarakan Udonge dan Udonge pun bisa mengerti apa yang mereka katakan. Sinar merah pun sebentar menyelimuti mereka untuk beberapa milidetik dan keadaan kembali semula.
"Apa yang kamu lakukan tadi?!" kata orang itu agak ketakutan sambil menyiapkan senjatanya, siap menembak Udonge.
"Tidak, aku hanya menyesuaikan panjang gelombang suara kalian serta frekuensiku sehingga kalian bisa mengerti apa yang aku bicarakan dan apa yang aku bicarakan bisa kalian mengerti. Lagipula jika aku harus telepati terus kepada kalian, aku bisa-bisa kehabisan tenaga." jelas Udonge.
"Baiklah, tapi jika ini terbukti tidak benar, nyawamu terancam." kata orang itu menurunkan senjatanya.
"Hmmph." Udonge pun mengehela nafas sambil menyilangkan tangannya.
Udonge pun melihat keadaan sekitar. Terlihat banyak orang yang berlalu lalang. Mereka kebanyakan, semuanya memakai pakaian tentara. Terdapat juga bendera berwarna biru dan merah dengan bintang putih kecil.
"Ikut aku. Agen Black ingin menemuimu." kata orang itu.
Udonge pun mengikuti orang itu menuju ke suatu gedung. Gedung yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Berbentuk seperti segilima yang panjang ke langit. Lalu mereka pun masuk ke ruangan itu.
"Kemana kita..." kata Udonge, namun langsung dipotong oleh orang itu.
"Bawah Pentagon." kata orang itu.
"Pen...tagon?" kata Udonge, namun orang itu tetap saja berjalan.
Saat mereka berjalan, banyak orang yang melihat dengan raut wajah aneh dan takut kepada Udonge. Udonge pun memegang punggung orang itu dan membisikannya untuk berjalan lebih cepat. Dan mereka pun berjalan dengan lebih cepat sampai ke lift yang agak besar. Di atasnya tertulis "Trespassing = Die". Menyelinap ke dalam = Mati. Mereka pun masuk ke dalam lift itu. Orang iitu pun menekan tombol untuk turun ke lantai paling bawah.
"Siapa itu agen Black?" tanya Udonge.
Namun orang itu hanya diam.
"Kamu tidak mau bicara sedikitpun?" kata Udonge lagi.
Orang itu tetap diam. Udonge pun kesal namun dia menahan dirinya dan ikut diam. Tidak berapa lama, lift itu pun sampai di bawah. Pintu itu terbuka dan hal yang dilihat Udonge pertama kali adalah.....Pintu. Lagi?! Kali ini dengan sesuatu yang berbentuk tabung di dekat sisi sebelah kanan pintu dan kedua tombol di kedua sisi pintu.
"Aku butuh bantuanmu." kata orang itu.
Lalu orang itu keluar dari lift di ikuti Udonge. Orang itu menuju sesuatu yang berbentuk seperti tabung dan menekan beberapa tombol, menempelkan ibu jari, memperlihatkan retina matanya ke benda itu, dan berbicara sesuatu.
"Tekan tombol besar berwarna merah ini bersama-sama. Tiga, dua, satu!" kata orang itu dan mereka pun menekannya bersama-sama.
Pintu itu pun terbuka. Sepertinya banyak sekali kunci yang dipasang di pintu ini. Lalu di dalam pintu ini.....
"Gelap!" pikir Udonge.
"Tempat apa ini?!" kata Udonge lagi.
Udonge pun masuk ke dalam ruangan itu. Perlahan memperhatikan sekitar. Ya. Ada kaca di sebelahnya, di depannya, dan.... Pintunya! Udonge pun sadar bahwa orang itu menekan tombol di pintu itu dan pintu itu kembali tertutup dengan cepat.
"Sial!" kata Udonge.
"Hmm...Seekor kelinci hah?" kata seseorang di balik kaca yang tidak terlihat itu.
"Siapa kamu? Aku tahu kamu di sebelah kanan kaca ini!" kata Udonge.
"Hmm...Tidak terlalu buruk. Dari mana kamu berasal?" kata orang itu lagi.
"Kamu tidak akan mengenal tempatku! Kenapa kamu mengurungku!" kata Udonge.
"Hmmph. Mengapa? Mari kita lihat mengapa kamu di kurung di sini." kata orang itu.
Tiba-tiba Udonge merasakan sesuatu yang bergerak di dalam ruangan itu.
"Sial! ruangan ini terlalu gelap! Uugggh... Pengelihatan Inframerah!" kata Udonge dengan pelan.
Lalu Udonge pun bisa melihat di kegelapan. Dan ternyata dari atas ruangan itu keluar suatu alat yang besar. Sesuatu yang bulat. Awalnya hanya diam, tiba-tiba berbunyi keras dan berputar. Benda itu...tajam. Seperti....Gergaji raksasa! Dan Udonge pun langsung menghindari gergaji itu yang jatuh dari atas ruangan itu.
"Huf. Itu saja tidak cukup untuk...hah?" kata Udonge namun Udonge melihat sesuatu yang keluar dari mesin yang baru saja mengeluarkan gergaji itu.
Benda itu lancip. Agak memanjang. Itu...misil! Dan Udonge pun berlari untuk menghindari kejaran misil itu. namun misil itu bertambah banyak saja. Dan tidak hanya itu. Flame-thrower muncul dari permukaan lantai sehingga dia harus melompat-lompat menghindarinya. Berbagai senjata juga muncul dari balik langit-langit ruangan itu seperti shotgundan machine gun yang menembakinya.
"Aargh...Pengatur dari semua senjata ini pasti alat itu! Tidak ada cara lain lagi." kata Udonge yang sambil berlari mengeluarkan spellcardnya.
"Red eyes "Lunatic Blast"!" katanya sambil melihat ke arah misil-misil yang mengejarnya.
Tiba-tiba misil-misil itu meledak saat terkena sinar merah terang dari matanya Udonge. Udonge pun menggerakan kepalanya menuju alat yang besar yang berada di atas ruangan itu. Lalu alat itu pun meledak hebat.
SFX : BOOOOOOOOOOOOOOOOOOMMM
"A...Apa itu?!" kata orang itu yang sepertinya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Ruangan itu seperti baru meledak karena bom. Lalu di kaca tempat orang itu melihat, Udonge mendekatinya.
"Puas?" kata Udonge sambil memandangi orang itu dengan matanya yang bersinar merah gelap.
"A....A....Apa....Ka...Kamu...A...Am....Ampun...!" kata orang itu yang mundur dari kaca dengan badan yang gemetaran seperti sehabis melihat sesuatu yang amat menyeramkan.
"Aku tidak akan membunuhmu. Aku tidak memiliki urusan yang penting denganmu, namun beritahu aku, sekarang dimana aku?!" kata Udonge.
"Ka...Kamu.... Apa... Kamu...A...A...." kata orang itu yang tidak bisa berkata-kata lagi.
"Hah. Aku terlalu jauh..... Sekarang lebih baik bukakan pintu itu untukku." kata Udonge sambil menunjuk ke sisi kanan ruangan itu.
Lalu orang itu pun langsung berlari dan membukakan pintu itu. Udonge pun keluar dari ruangan itu. Lalu Udonge pun melihat ruangan yang terang dan orang itu berdiri gemetaran di depan Udonge. Udonge pun memegang pundak orang itu lalu menatapnya. Kali ini matanya yang merah gelap berubah menjadi ungu terang namun tidak mengeluarkan cahaya apapun. Orang itu pun langsung berteriak sebentar dan dilepaskan oleh Udonge.
"Haah....Haah...Baiklah....Hah...Aku sadar..." kata orang itu.
"Baik, sekarang apa yang kamu mau dari aku? Ada di mana aku?" kata Udonge sambil menyilangkan tangannya lagi.
"Haah...Oh...Ya... Maafkan aku... Kita berada di Amerika, tepatnya Pentagon. Markas pertahanan Amerika. Dan kamu di sini.... Aku.... Aku masih tidak percaya denganmu..." kata orang itu agak ketakutan.
"Haah. Oh, iya, namamu agen Black ya? Maaf aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Reisen Udonge Inaba. Penggil saja aku Udonge dan aku juga mempunyai tugas yang mungkin sama denganmu." kata Udonge.
"Apa tugasmu?" kata agen Black.
"Mengeliminasi youkai di sini." kata Udonge.
"Hmm...tujuan kita sama......" kata agen Black.
"Kenapa kita tidak menggabungkan kekuatan, agen Black?" tanya Udonge.
"Hmm... Kamu yang meminta." kata agen Black.
Mereka pun berjabat tangan.
"Mari, aku sudah menyusun suatu rencana, namun tidak ada orang yang masuk dalam kriteria ini. Mungkin orang-orang yang tidak masuk di kriteria ini bisa mati dalam misi ini, namun mungkin kamu bisa melakukannya." kata agen Black sambil pergi menunjukan arah ke tempat yang tidak Udonge ketahui.
"Hmm, baiklah. Aku akan melaksanakannya." kata Udonge.
Dan mereka pun keluar melalui pintu yang berbeda dan tidak menuju lift tetapi ruangan lagi. ruangan yang putih. Banyak barang-barang elektronik seperti komputer, layar TV, dan benda-benda yang sepertinya sedang dibenarkan oleh orang-orang yang berjaket putih.
"Inilah tempat rahasia Pentagon. Tempat Amerika menyusun misi rahasianya dan mengembangkan proyek rahasianya beserta senjata yang paling mematikan, tersimpan di sini." jelas agen Black.
"Hmm... Tidak buruk." kata Udonge.
Dan dia pun teringat dengan lab rahasia milik Erin. Lab itu sangat besar, namun ruangan ini 3 kali lebih besar. Lalu agen Black pun menekan beberapa tombol di keyboard komputernya.
"Jadi ini dia rencananya...." kata agen Black.
0
Kutip
Balas