TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#4
Quote:
Original Posted By MangiX1011►
Untuk penulisan tinggal dirapihin sedikit aja kali ya. AFAIK, kalau sebelum tanda kutip ada tanda baca, setelahnya ga perlu ada tanda baca lainnya lagi.
Beberapa dialog juga ada yang bikin bingung. Tiba-tiba situasi pembicaraan berubah tanpa ada dialog trigger yang menjelaskan kenapa si ini jadi begini, kenapa itu menjadi begitu. Yah ga kerasa sih ini.
Untuk penulisan tinggal dirapihin sedikit aja kali ya. AFAIK, kalau sebelum tanda kutip ada tanda baca, setelahnya ga perlu ada tanda baca lainnya lagi.
Beberapa dialog juga ada yang bikin bingung. Tiba-tiba situasi pembicaraan berubah tanpa ada dialog trigger yang menjelaskan kenapa si ini jadi begini, kenapa itu menjadi begitu. Yah ga kerasa sih ini.
Thx for commentnya, akan saya coba lebih baik lagi gan.
Jadi mungkin untuk meluruskan...
Spoiler for story so far:
Momiji telah mendapatkan suatu misteri yang mungkin bisa dipakai untuk dijadikan artikelnya, namun dia masih belum dapat memastikan sumbernya. Siapakah dalang dibalik kasus ini? Apa "itu" yang Reimu bicarakan dengan Marisa? Siapakah sosok gadis yang baru muncul di tengah pembicaraan itu?
Spoiler for Confuse The Confuseness:
Hatate, seorang tengu yang muncul di hadapan mereka pun menjelaskan.
"Seperti yang kalian ketahui, dunia luar itu sangat modern dan banyak sekali barang-barang yang tidak akan kita temukan di sini. Dengan kata lain, sihir mereka sudah sangat maju. Mereka memiliki sebuah benda bernama kulkas, dimana kalian dapat menaruh sesuatu di situ dan kulkas akan membekukannya. Lalu, ada juga..."
"Arrrgh! Sudahlah! Aku tidak peduli dengan kul-apapun itu dan sesuatu yang bisa membekukan apapun! Yang aku tahu itu apa itu facebook? Dan kul-apapun itu, sangat mengganggu aku! Memangnya dia bisa lebih dingin dari aku?!" gerutu Cirno.
"Ok, Ok. Facebookitu...."
Belum habis kata-katanya, Hatate ditarik kedalam sebuah gap di belakangnya.
"Jangaaan! Apa itu facebook!"
Saat itu juga Cirno ingin menuju gap tempat Hatate ditarik, namun sebelum Cirno masuk kedalam gap itu, satu tangan keluar dari gap itu dan memegang kepala Cirno.
"Tenang sebentar ya. Kau nanti juga tahu apa itu facebook. Lagipula kulkas itu tidak menjelek-jelekanmu."
Terlihat siluet dari seseorang yang sudah tidak asing lagi dengan payung dan gaun yang terlihat mewah.
"Oh, Ya~?" kata Rumia
"Jadi, apa itu?" tanya Cirno lagi.
"Tanya saja dengan tengu tercepat di Gensokyou." kata Yukari santai.
Yukari pun masuk lagi ke dalam gapnya dan menutup gapnya. Dengan sekejap, dia sudah hilang dan mereka pun berpikir. Momiji pun langsung pergi menuju gunung Youkai, sementara Cirno dan teman-temannya masih berpikir.
"Oh! Aya! Itu pasti..."
Dan kali ini omongan Koishi yang dipotong oleh Cirno.
"Ayo teman-teman! Dia bilang Aya!" teriak Cirno.
Rumia, Daiyousei, dan Cirno pun pergi ke gunung youkai dan meninggalkan Koishi sendirian.
"Uuuu~ Aku sendiri lagi..." katanya miris.
Lalu datanglah Sanae.
"Umm, permisi, apakah kamu melihat Kanako-sama?" tanya Sanae kebingungan.
Tanpa banyak pikir, Koishi menunjuk ke arah desa.
"Oh, terima kasih." kata Sanae, dan pergi ke desa penduduk.
"Sama-sama. Jadi, sekarang... Oh iya! Apa yang aku lakukan di sini?!!" ujar Koishi sambil menepuk dahinya.
Setelah sadar akan tujuannya yang pertama itu, akhirnya Koishi kembali ke kuil Hakurei.
Di tempat lain, Di gunung Youkai. Saat Momiji sedang berlari menuju tempat bekerja Aya, dia dihadang oleh Hina yang sedang berputar-putar dan akhirnya berhenti berputar di depan Momiji.
"Tunggu!" sahut Hina.
"Hah? Hina? Apa yang kamu lakukan?"
"Kamu tidak boleh kesitu! Terlalu banyak ketidak beruntungan!" kata Hina.
"Ke...kenapa?" jawab Momiji dengan kaget.
"Aku tidak usah bicara banyak lagi. Sampai jumpa." kata Hina dan dia pun kembali berputar dan pergi.
"Tu...tunggu!.... Dia pergi..." kata Momiji.
Tidak berapa lama, datangalh Cirno dan kawan-kawan.
"Baiklah! Sekarang kita pergi!!!" kata Cirno dengan semangat.
"Ke manakah~?" tanya Rumia.
"Bukankah kita mau ke..."
Namun perkataan Daiyousei terpotong.
"Ya! Kuil itu kan! Kita mau membekukan kodok kan!" potong Cirno.
"Hah?! Tapi?! Kita..." kata Daiyousei dengan khawatir.
"Oh~Ya~?" potong Rumia.
Dan akhirnya mereka pergi ke kuil Moriya, sementara Momiji kebingungan dengan pilihannya.
"Aku...Ke mana? Aku harus pergi dari sini. Aku harus meminta petunjuk." pikir Momiji, dan akhirnya dia menuju desa penduduk.
========Di tempat yang dekat dari situ.====>
"Fufufu.... Seperti yang sudah direncanakan..." kata Yukari sambil membuka kipasnya.
"Jadi... Kami harus terus melakukan 'itu', benar?" tanya Ran.
"Pertahankan saja. Jangan sampai berlebihan. Jika tidak, rencananya akan gagal." kata Yukari.
"Baaaaiiiklah Yukari -sama! Aku akan lakukan sebaik mungkin! Nyaan!" Kata Chen dengan sangat bersemangat.
Ran dan Yukari pun tiba-tiba tersenyum sambil melihat Chen. Dan jangan lupakan nosebleed yang berlebihan dari hidung mereka.
"Chen memang lucu..." pikir Ran
"Sangat benar..." pikir Yukari
Sementara mereka berhayal, Chen yang melihat cucuran darah yang terus menglir dari hidung mereka bingung dan khawatir.
"Aaaa! Ra...Ran-ssama! Yu...Yukari-sama! Ada apa?" kata Chen sambil menghampiri mereka dengan sedikit khawatir.
"Aahh, sudah Chen. Bekerja saja ya..." kata Yukari sambil tersenyum (dan darah yang terus mengucur)
"Aku akan mengikutimu dari belakang Chen..." sambung ran dengan keadaan yang sama.
"Uum... Baiklah." kata Chen sedikit khawatir.
Setelah Chen pergi, tinggallah Ran dan Yukari yang masih berdiam di situ membayangkan apa yang baru saja terjadi dengan kucuran darah dari hidung mereka. Lalu, beberapa menit berselang Yukari menendang Ran (supaya dia juga melakukan tugasnya) dan kembali ke dalam gapnya untuk "hibernasi".
==========Di dekat desa penduduk====>
Momiji sedang berpikir tentang kejadian aneh dan hal yang akan dia temui sambil berjalan menuju desa. Tiba-tiba Mokou datang berlarian dengan membawa lapak Yakitorinya berhenti di depan Momiji.
"Jangan katakan Keine aku di mana!" seru Mokou dan dia pun kembali berlari ke dalam hutan.
Dengan kebingungan, Momiji hanya bisa melihat Mokou yang berlari di belakangnya dan kembali berjalan. Tak lama kemudian, datanglah Keine yang berlarian juga sambil berteriak memanggil Mokou dan berhenti di depan Momiji.
"Hahh...Hah...Momiji, Kau melihat Mokou?" katanya terengah-engah.
"Umm... ini... Ibu Keine ya?" tanya Momiji dengan sopan.
"Ya, jadi melihat Mokou tidak?" tanya Keine lagi.
Momiji yang mengetahui hal itu pun menjadi agak takut dan berbicara terbata-bata.
"Umm... Ahh... Mokou... Mungkin... Aku belum melihatnya...ehh...ya."
"Ooh... Baiklah... akan kucari lagi..." kata Keine.
Lalu Keine pun pergi dari situ ke dalam hutan.
"Hmm, baiklah... Tadi aku mau ke.... Oh iya!"
Momiji pun ingat dengan tujuannya. Keine. Namun baru saja dia ingin memanggil Keine, datanglah Hatate yang terlihat marah-marah.
"Hey, kau! Anjing patroli!" katanya dengan lantang.
"Eeeh?"
Momiji pun kaget karena dia seperti akan dituduh melakukan sesuatu yang jahat.
"Kau adalah orang yang membuatku masuk kedalam teka-teki ini! Sekarang kembalikan..."
"A...aku tidak berbuat apa-apa! Aku..."
"Aku tidak mau tahu! Sekarang serahkan..."
Dan sebelum Hatate sempat menyelesaikan kalimatnya, sesuatu yang bercahaya menabrak Hatate dari samping. Dan beberapa saat kemudian, lewat lagilah Reimu yang terlihat geram sambil berteriak-teriak.
"Kembali kau pencuri kue! Aku bilang satu! Bukan dua!"
Dan suasana menjadi sepi lagi. Momiji pun berpikir.
"Sebenarnya apa yang terjadi?! Kenapa aku?! Tolonglah siapapun! Kirimkanlah orang dari surga untuk memberikan jawaban atas pertanyaanmu!"
Dan Momiji pun menengadah ke atas dengan wajah yang berisi emosi yang bercampur. Bingung, Putus asa, dan frustasi. Dan semakin lama dia melihat langit, dia seperti melihat sesuatu yang hitam dari langit. Tidak. Setelah agak dekat menjadi abu-abu. Membesar....membesar... Dan saat dia sadar, ternyata itu batu! Langsung setelah dia menyadari itu, dia menyingkir dari situ dan benar saja. Tenshi turun dari langit yang sedang "menaiki" batunya.
"Kau! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Tenshi dengan lagak layaknya bos.
"A...akku?... Umm... Tidak tahu..." kata Momiji sambil menyusun kata-kata untuk bertanya kepada Tenshi.
Namun belum sempat dia bicara lagi, Tenshi menyeretnya untuk menaiki batu yang Tenshi naiki dan terbang menuju tempat yang Momiji tidak ketahui.
"A...apa yang aku...? Sekarang...Ke mana?" kata Momiji yang bingung.
"Kau harus membantuku."
0
Kutip
Balas