TS
Deflan
[Touhou Fanfic] Something to Save, Something to Expose
Salam gan.
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
Ini pertama kali ane nulis fanfic Touhou, jadi, tolong dinilai saja ya.
Karena mungkin karya seseorang itu tidak ada yang sempurna, jadi kritik dan saran sangat ane hargai.
Hehe, anyway, selamat menikmati!
Spoiler for Index (masih on going):
Chapter 1-10-b masih di pejwan
Chapter 1 : The Mountain and The Problem (Post #1/ This post, obviously)
Chapter 2 : Suspicious Person Suspected! (Post #2)
Chapter 3 : Behind the Boringness (Post #3)
Chapter 4 : Confuse the Confuseness (Post #5)
Chapter 5 : The Task (Post #6)
Chapter 6 : Just Begun (Post #7)
Chapter 7 : Secret (Post #10)
Chapter 8 : Tricked (Post #13)
Chepter 9 : We're in... Wait..... (Post #16)
Chapter 10-a : Parted : His Tears (Post #19)
Chapter 10-b : Parted : Unconscious Heart (Post #20)
Selanjutnya ada di page > 1
Chapter 10-c : Parted : Lie (Post #22)
Chapter 10-d : Parted : Prey Get Prayed (Post #24)
Chapter 10-e : Parted : Mission Impossible - Lunatic (Post #26)
Chapter 10-f : Parted : Oops! (Post #28)
Chapter 10-g : Parted : Desperado (Post #30)
Chapter 11-a : Brave : A Brand New Heart (Post #32)
Chapter 11-b : Anticipation : Instinct, Hope, and Tactic (Post #33)
Chapter 11-c : Knowledge : Book of Knowledge (Post #34dan #35)
Chapter 11-d : Speed : Half Memory (Post #36)
Chapter 11-e : Helper : Celestial and Constellations (Post #37 dan #38)
Chapter 11-f : Naive : What a Close Call (Post #39 dan #40)
Chapter 11-g : Life : Game Not Real (Post #42)
Chapter 12 : Extra : Agent 009 (Post #43 dan #44)
Chapter 13-a : Moving : Mirage (Post #45)
Spoiler for Prologue : The Mountain and The Problem:
Suatu hari, saat gunung youkai sedang dilanda ketidak-adaan dan kebosanan, Aya, tengu tercepat di Gensokyou masih tetap mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan artikel. Namun, berbeda dengan anjing pengawas di gunung youkai, Momiji hanya bermain gamedan tidak melakukan hal lainnya sampai ia dipanggil oleh Aya.
"Momiji." sahutnya. Namun Momiji tetap saja bermain.
"Momiji...." panggilnya lagi.
"Apa?" katanya sambil terus saja memainkan permainan itu.
Akhirnya Aya pun mendekati dan meneriakinya.
"MOMIJI!!!"
Terkejut karena suara Aya, terdengar suara 'Pichuuuun' di komputernya.
"A....A....Aya! Astaga, apa yang sudah kau perbuat?! Itu nyawa terakhirku!" kata Momiji dengan nada marah.
"Hah...Aku sudah mencari artikel ke seluruh penjuru Gensoukyo dan kau hanya diam saja disini dengan permainan itu? Hah?!" katanya dengan nada agak marah.
Momiji pun mulai berdiri dari tempat duduk tempat dia bermain permainan itu siap membalas kata-kata Aya.
"Tapi tidak ada yang terjadi sekarang! Tidak ada insiden atau kejadian kecil lainnya! Dan..."
"Kamu mau aku pecat dari sini?!" cela Aya dengan nada yang tinggi. Dia sudah terlihat marah dan hanya mengambil tas hitam kecil di meja kerjanya.
"Tapi! Tapi ini stage terakhir! Ini spell terakhir Yu..."
"Tangkap." kata Aya memotong pembicaraan lagi sambil melempar tas kecil itu kepada Momiji.
"Sekarang pergi dan carilah sebuah artikel!" lanjut Aya sambil melesat cepat meninggalkan Momiji sendirian dengan tas kecilnya itu.
"Tapi...... Dia pergi lagi.... Dia tidak pernah mendengarkan aku walau sepatah katapun... Hah... Biarlah..." kata Momiji sambil membawa tas dan pedangnya pergi.
Tanpa tujuan dia berjalan. Hanya mengitari gunung Youkai, melewati sungai dan akhirnya dia pun mengeluh kembali.
"Andai saja ada sebuah keajaiban sehingga aku bisa menulis artikel..." katanya sambil berjalan pelan melewati jalan setapak ke desa penduduk.
Lalu tiba-tiba dia merasakan seseorang datang. Hawa yang ia rasakan agak berbeda dengan manusia. Dia lebih...ringan? Tidak percaya dia melihat ke belakang. Dan ternyata hawa yang ia rasakan memang sangat ringan. Manusia itu terbang di atas angin yang sepertinya ia buat di telapak kakinya. Siapa lagi kalau bukan Sanae, seorang penjaga kuil yang berada di dekat puncak gunung youkai. Tiba-tiba dia melompat dari angin tempat ia berpijak sambil berteriak dengan girang.
"ANGIN SUCIII!!!!" katanya sambil menggerakkan goheinya.
"Err... Apa yang kau lakukan?" tanya Momiji dengan kebingungan.
"Bukannya kamu yang mau didatangkan KEAJAIBAN?" tanya Sanae.
"Umm... Ya, tapi..."
"Kalau gitu...." katanya sambil mengangkat goheinya.
"ANGIIIN SUCIII!!! DA...!"
"Cukup! Cukup! Cukup!" katanya sambil mencoba untuk menghentikan Sanae.
"Untuk sekarang aku tidak mau bertarung danmakku denganmu, jadi tolong..."
"Tapi kamu mau KEAJAIBAN kan?"
"Arrgh... sudahlah, lupakan..." kata Momiji agak kesal.
Sanae pun menatap Momiji dengan mata yang agak kesal dan mulai mengisi pipinya dengan angin.
"Apa?" tanya Momiji yang mulai tidak nyaman dengan perlakuan Sanae.
Tak ada jawaban, namun Sanae tetap mempertahankan perlakuannya itu dan menatap mata Momiji dengan kesal. Sampai beberapa menit terlewat dengan adegan dimana mereka menatap satu dan yang lainnya dengan agak kesal.
"Agh..." keluh Momiji yang sudah tidak tahan lagi dengan tatapan Sanae.
"Ikh! Jangan lihat aku seperti itu! Aku sangat terganggu dengan itu! Ja...Jadi... Lakukan... Argh! Terserahlah! Lakukan saja yang kau mau...Aku pergi saja dari sini!" katanya dengan gugup.
Raut wajah Sanae pun berubah menjadi cerah kembali seakan tidak ada yang terjadi sebelum ini.
"Horee! Makasih ya Momiji! <3" katanya.
"Dan karena kamu memperbolehkan aku ngapain aja."
"Jadi aku mau ngikut kamu sekarang, ya!" sambungnya.
"Eeeh? Kenapa kau...?" kata Momiji dengan kaget, namun teringat dengan perkataannya, dia pun sadar kembali dan menghela nafas.
"Hah, ya sudahlah..." lanjutnya dengan nada yang terlihat pasrah.
"Eiit. Tunggu dulu Momi-chan" katanya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Huh?"
Sambil mengangkat goheinya, angin disekitarnya terlihat membawanya terbang. Dan setelah dia berada setinggi Kepala Momiji berteriaklah dia,
"ANGIN SUCII! BERTIUPLAH!!!"
"What the....?"
Momiji mendengar suatu suara gemuruh angin yang luar biasa di belakangnya. Tiba-tiba bulu-bulunya berdiri sekeika saat ia ingin berbalik melihat ke belakang. Namun ia paksakan kepalannya untuk menengok ke belakang dan hasilnya...
[SFX: ZUUUUUUUUUUUUNNN~]
"A...APA?!!!"
Angin yang bertiup sangat kencang secara cepat menghampiri mereka.
"Argh! Aku harus lari! Angin ini terlalu besar! Haah! Untuk apa dia memanggil angin ini?! Dasar aneh!" katanya sambil berlari menjauhi angin itu. Sementara itu Sanae dengan girang mengkibas-kibaskan goheinya ke kiri dan ke kanan.
"Ya! Aku dapat menguasai angin! Angiin! Ya... Eh? Momi-chan?"
Lalu dia pun sadar bahwa dia tertinggal sendiri di situ. Namun karena Sanae berada di atas angin sehingga dari ketinggiannya dia bisa melihat Momiji yang sedang berlari ketakutan.
"Hei! Tunggu aku Momi-chan!"
0
4K
Kutip
44
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•343Anggota
Tampilkan semua post
TS
Deflan
#2
Spoiler for Behind The Boringness:
Di kuil Hakurei. Keadaan terasa sangat damai.Daun-daun yang beterbangan dihembus angin sepoi-sepoi membuat perasaan Reimu yang berada di teras kuil itu menjadi damai. Reimu hanya duduk di situ dan meminum teh beserta cemilan kue keringnya, lalu datanglah Marisa.
"Yo, Reimu!" kata Marisa dengan santai sambil mendarat ke tanah.
Reimu hanya meminum tehnya dan memperhatikan Marisa yang datang lalu duduk di sebelahnya.
"Apa?" tanya Reimu dengan wajah yang rata.
"Wha...Dingin! Dingin!" kata Marisa sambil menirukan gaya Kimeemaru.
"Jangan tirukan itu." kata Reimu dengan nada agak sedikit kesal.
"Hahaha! Jangan begitu lah! Kita kan teman kan ze?" katanya sambil mencoba meraih kue kering di piring sebelah Reimu. Namun saat kue itu baru tersentuh oleh Marisa,....
"Pernahkan berpikir kalau saja aku bisa memunuhmu hanya karena masalah kecil ini?" katanya sambil mengambil kertas mantra di dalam lengan bajunya dan Marisa pun langsung menghentikan tangannya untuk mengambil kue itu.
"Hahaha, kamu gak pernah berpikir begitu kan? Karena aku ini penyihir ya, bukan youkai! OK?" kata Marisa sambil tertawa kecil.
Sedikit keringat dingin mulai bercucuran dari dahinya.
"Hah, menyusahkan saja kamu ini. Tidak tahu kamu kalau di sini sedang susah mendapatkan donasi... Ya sudahlah, ambil satu saja." kata Reimu kasihan.
"Yattaze!" Dan Marisa pun langsung mengambil kue tersebut.
"HANYA! SATU!" kata Reimu sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Marisa.
"Owwhkey", katanya sambil mengunyah kue itu.
Reimu hanya menghela nafas.
"Oh, iya Marisa..." kata Reimu.
"Hmggn?" jawab Marisa sambil mengunyah.
"Apa kamu pikir Koishi bisa melakukan hal itu?" tanyanya dengan nada yang lebih serius.
Marisa pun langsung menelan kue itu dan suasana agak menjadi lebih tegang.
"Maksudmu?" tanya Marisa kebingungan.
"Oh, belum dengar ya?" kata Reimu.
"Belum dengar apa?" tanya Marisa penasaran.
Reimu pun mendekati kuping Marisa untuk membisikan sesuatu.
"Ini tentang Aya." bisik Reimu.
"Paparazzi itu?" kata Marisa pelan.
"Yah, terserah lah apa itu. Tapi, akhir-akhir ini, dia tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi di sini." kata Reimu sambil melihat ke kanan dan kirinya untuk memastikan bahwa tidak ada Aya di sekitar situ.
Reimu pun meminum kembali tehnya.
"Hmm...."
"Bahkan yang disebutnya koran itu juga tidak pernah muncul lagi di sini setelah..."
"Insiden itu?", kata Marisa memotong pembicaraan.
Reimu hanya mengangguk.
"Mungkiin....Dia tidak bisa mencari berita baru setelah insiden itu...Mungkin~", kata Marisa.
"Mungkin. Kenapa tidak kamu tanyakan saja ke orangnya?" kata Reimu dengan nada datar.
"Ohh, tidak usah. Itu hanya akan menjadi beban untukku ze. Hehee..."
Tiba-tiba keadaan menjadi tenang untuk beberapa detik. Tenang dan diam. Tak ada suara sedikit pun. Marisa pun memecah keheningan itu.
"Eeh, kenapa ini Reimu?" kata Marisa yang agak khawatir akan ada sesuatu yang buruk.
"Apa kamu merasa kita dimata-matai?" kata Reimu sambil memandangi tehnya.
"Umm... Aku pikir aku tidak melihat siapapun di sini." kata Marisa sambil melihat ke sekeliling.
"Kalau begitu, sudah lah. Lupakan." Kata Reimu dan kembali memakan kuenya dan meminum tehnya.
"OK kalau begitu! Reimu!" kata Marisa sambil berdiri dari teras kuil itu.
"Aku minta teh ya! Kamu ada teh kan!" pinta Marisa sambil berlari ke dalam kuil Hakurei dan mencari gelas.
"Hey! jangan lari-lari di sini! Gah. Dia begitu lagi." kata Reimu sambil menggeleng-gelengkan kepala dan masuk ke dalam kuil sambil membawa makanan dan minuman yang baru saja ia bawa.
.............Sementara itu di tempat yang tidak jauh dari situ.............
"Huft, untung saja..." kata Momiji yang sedang bersembunyi di balik semak-semak sembari mendengarkan obrolan Marisa dan Reimu.
"Dari apa?"
"WHAAA!!!!"
Momiji pun kembali dikagetkan oleh datangnya Koishi. Momiji pun segera memasukan pena dan buku jurnalnya ke dalam tas hitamnya.
"Hah?"
Koishi pun memiringkan kepalanya ke samping sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan bingung.
"Ehh...Umm...Tidak!" jawab Momiji gugup.
"So~Nano ka~? (Oh~Ya~?)"
"Uwaa!! O...Oh... Kamu lagi." kata Momiji yang agak kaget dengan kedatangann Rumia.
Rumia datang dengan Cirno dan Daiyousei. Mereka sepertinya telah berputar-putar dari hutan dan akhirnya bertemu mereka di situ.
"Ohh, Yang tadi!" sahut Rumia sambil menunjuk Momiji dengan telunjuknya.
"Ohh, jadi kamu ya yang tadi memanggil aku. Apa yang Kamu mau, hah?" Kata Cirno dengan sikap layaknya boss.
Namun sepertinya Daiyousei khawatir dengan Cirno karena melihat perlengkapan yang dipakai oleh Momiji, yakni sebuah pedang yang besar dan sebuah perisai kecil di pergelangan tangannya.
"Umm, Cirno, apakah tidak sebaiknya kalau kita...." dan Daiyousei pun membisikan Cirno sesuatu.
"Apa? Lari?! Dengan kekuatanku, tidak akan ada yang bisa mengalahkanku! Sebab akulah yang terkuat di Gensoukyou! Hahaha!" Katanya dengan bangga.
Namun Daiyousei menjadi semakin panik dan bingung mau berbuat apa. Begitu pun Dengan Momiji yang kebingungan dengan situasi ini.
"Eee... Umm... Ma... Maaf... Tolong jangan... Aaa... Umm..." kata Daiyousei.
Kata-katanya yang terbata-bata dan terpotong-potong langsung dibalas cepat oleh Momiji supaya tidak terjadi miskomunikasi yang lebih hebat.
"Ya! A... Aku tidak mau apa.... Umm, La..lagi pula, aku cuma jurnalis. Ya, Aku hanya seorang jurnalis. Dan, maaf atas kesalah artian dalam pembicaraan ini." jelas Momiji dan dia pun menunduk untuk meminta maaf kepada mereka.
"Oh~Ya~?", kata Rumia yang bingung atas siatuasi ini.
"Biar aku luruskan. Jadi ini semua tentang kesalahpahaman bukan?" simpul Koishi yang mengikuti pembicaraan mereka. Tiba-tiba Cirno memecah suasana dengan suatu pertanyaan.
"Sebentar! Apa itu jur...jura...Umm... Apa itu namanya?" katanya bingung.
"Jurnalis?", jawab Momiji
"Ya! Itu! Apa itu?", tanya Cirno sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Orang yang selalu mencari informasi atau membuat jurnal dan akan dikabarkan di mana-mana seperti di koran, majalah, atau pun facebook!", jawab Koishi
"Sebentar. Face....apa? Siapa yang mengajarimu kata itu?" Tanya Momiji.
"Yukari memberi tahukanku. Katanya itu adalah tempat dimana kamu bisa bertemu mereka secara tidak nyata." jawab Koishi.
"Oh~Ya~?" kata Rumia bingung.
"Hmm, menarik.....Mungkin aku bisa..." Namun perkataan Momiji dipotong lagi oleh Cirno.
"Aku tidak tahu kalian bicara apa, tapi aku merasa tidak mengarti pembicaraan kalian, jadi seseorang tolong terjemahkanlah bahasa ini!" sela Cirno setengah teriak.
"Mungkin aku bisa jelaskan..."
Mereka pun kaget dengan sesosok gadis yang muncul di depan mereka.
0
Kutip
Balas