buhitozAvatar border
TS
buhitoz
Wayang, Silakan Anda Lihat Dari Berbagai Sudut.
Selamet malem.

Permisi, para sepuh sekalian.
Saya mau bikin trit tentang wayang.

Wayang dengan segala kisahnya, tokoh-tokohnya, karakter yang menyertainya
dan berbagai faktor eksternal yang melengkapi kehadirannya seakan bagai sumur yang tidak pernah kering.

Menjadi obrolan mulai dari warung kopi sampai cafe yang mentereng.
Oleh tukang becak sampai presiden.
Dari bromocorah sampai ulama.

Wayang, selain dibahas mengenai lakon dan tokohnya juga menjadi bahan kajian yang menarik dari berbagai sudut pandang.

Oleh karena itu, dengan segala hormat, saya membikin trit ini tidak lain untuk tempat berbagi informasi dan pengetahuan lain tentang wayang.

Mohon bimbingan dari para sepuh.
emoticon-shakehand
0
128.6K
2K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1KAnggota
Tampilkan semua post
buhitozAvatar border
TS
buhitoz
#97
Kematian yang Tertunda dan AntiOedipus [Catatan dari Pementasan "Rama Barghawa"
---
Event Title: Sedekah Bumi Desa Bagel Rembang
Description: Wayang Kulit Semalam Suntuk dengan Lakon "Rama Barghawa" dengan Dalang Ki Sigid Ariyanto
Location: Desa Bagel Rembang
Date/Time: 2011, Maret 22.
---

"Jika memang kau akan memenuhi permintaanku, maka aku pegangi perkataanmu. Inilah permintaanku: kembalikan ibuku yang sudah mati. Setelah dia hidup lagi, ampuni segala kesalahannya. Dan benahi rumah tanggamu dengan ibu, tidak ada pertikaian lagi dalam keluarga ini."
[Rama Bhargawa]


Sedekah bumi di Bagel Rembang malam itu sangat meriah, nanggap pementasan wayang kulit Ki Sigid Ariyanto dengan lakon "Rama Bhargawa". Karakter wayang yang dimainkan lebih sedikit jika dibandingkan lakon yang menceritakan zaman setelahnya, yaitu Ramayana dan Mahabharata. Bentuk wayangnya juga antik, kuno, dan tentu saja, ceritanya sangat menarik. Ki Sigid Ariyanto masih menampilkan performance prima, dengan iringan Sanggar Cakraningrat yang rajin mengolah teks-teks baru untuk dimasukkan ke dalam babak canda Limbuk Cangik, gara-gara para punakawan, serta permainan gamelan para yaga yang memukau ratusan penonton di dekat kandang dan persawahan desa Bagel malam itu. Masyarakat yang terbiasa dengan tontonan ketoprak, malam itu masih bisa menikmati canda sinden dan dhagelan, serta gending-gending yang biasa dimainkan di panggung ketoprak. Pementasan yang sudah lama ditunggu, namun selalu ada yang baru dari permainan Ki Sigid Ariyanto.
Kalau di sebuah festival Dalang Sigid memainkan kesetiaan Renuka, maka malam itu sajiannya lain. Renuka memang selingkuh, sebelum mati bunuh-diri. Malam itu, Rama Bhargawa benar-benar bermain sebagai Rama Bhargawa versi Jawa (berbeda dari cerita dari India) yang memiliki muatan teks yang sangat kompleks.

/* Sinopsis */
Pementasan wayang kulit semalam suntuk menceritakan Rama Barghawa, brahmana muda yang sangat sakti, biasa membasmi kejahatan di tengah masyarakat, layaknya superhero. Kapak Rama Bhargawa fungsinya mirip misil nuklir. Bisa diperintah, bisa memenggal kepala musuh dari jauh, dan menuntaskan peperangan. Suatu kali, Rama Barghawa mengalami dilemma saat bapaknya meminta dia menangani sebuah kasus rumit, terkait isu perselingkuhan ibunya. Rama Barghawa harus mengadili ibunya, demi tegaknya moralitas masyarakat. Sang Bapak meminta Ram Barghawa mengeksekusi ibunya, jika benar selingkuh. Ternyata memang Renuka, ibu Rama Barghawa itu, ketahuan sedang selingkuh. Renuka tetaplah seorang ibu baginya. Rama Barghawa melunak, melakukan kesepakatan: ibunya tidak dibunuh, dia akan dibuatkan sebuah rumah kecil di tengah hutan, untuk memperbaiki kesalahan. Rama Barghawa berjanji akan memalsukan kematian ibunya. Ternyata sang ibu memilih jalan lain: bunuh diri. Kenyataan yang sungguh pahit. Rama Barghawa marah, kembali ke pertapaan, meminta bapaknya menghidupkan sang Ibu kembali, mengampuni kesalahannya, dan memperbaiki hubungan mereka. Tidak mungkin semua itu bisa terwujud. Rama Barghawa menjadi tidak percaya pada kedigdayaan seorang begawan, tidak percaya pada masyarakat, namun tidak ada solusi yang bisa diberikan. Dia mendatangi pusat kota, membunuh semua ksatria yang dia temui. Ksatria yang korup, ksatria yang mendukung pemerintahan yang menciptakan masyarakat yang sakit. Semua itu harus diakhiri. Rama Barghawa mulai melakukan pembasmian kasta ksatria. Sekarang misinya untuk dirinya sendiri: mencari kematian. Dia menantang siapapun untuk mengalahkan dirinya. Tidak ada yang menang melawan Rama Barghawa. Berita kekacauan ini menurunkan Naraddha, yang menjelma menjadi raksasa, lantas melerai perbuatannya. Naraddha mengabarkan takdir, bahwa yang bisa membunuh Rama Barghawa adalah raja keturunan Wishnu. Dia mendengar kabar tentang raja titisan Wishnu bernama Arjuna Sasrabahu. Mereka bertarung, Arjuna Sasrabahu mati di kapak sakti Rama Barghawa. Naraddha melerai lagi, menjelaskan bahwa raja titisan Wishnu yang dimaksudkan adalah Rama Wijaya. Sayangnya, Rama Wijaya belum dilahirkan. Rama Barghawa diperintahkan Naraddha untuk bertapa, menunggu kedatangan Rama Wijaya, menyempurnakan spiritualitasnya.

/* Versi dan Pembebasan Teks Wayang */
Wayang selalu bebas diceritakan, tidak peduli bagaimana cerita itu berasal. Persoalan terpenting di wayang bukan pada "kebenaran" cerita, melainkan "bagaimana" cerita itu menginspirasikan tindakan seseorang atau tata nilai dalam suatu masyarakat. Tidak mengherankan, jika ada banyak versi cerita Rama Barghawa. Tidak jarang versi itu berseberangan. Silakan Anda bandingkan beberapa referensi awal untuk melihat teks Rama Barghawa. Anda bisa bandingkan permainan Ki Purba Carita, Ki Sigid Ariyanto, Wikipedia, cerita yang berlaku di India, Ensiklopedi Wayang, novel Rahuvana Tatwa karya Agus Sunyoto, atau search di Google. Versinya bisa berlainan, berseberangan. Faktanya sangat mengejutkan, namun tidak akan saya kutip semuanya di sini. Yang menarik perhatian saya dari lakon Rama Barghawa adalah ide ceritanya.

/* Zaman dan Masyarakat Rama Barghawa */
Rama Barghawa hidup di zaman tetrayuga, zaman kasta ksatria merayakan kebiasaan saling bunuh untuk mencapai kebenaran dan kekuasaan. Elite politik yang bermain dengan senjata dan pasukan. Entah itu pasukan berseragam resmi, ataupun barisan underground yang memihak kepentingan kekuasaan. Masyarakat di masa Rama Barghawa adalah masyarakat yang sakit. Banyak korupsi, berita skandal, angka korupsi, data kemiskinan, agenda kegiatan, dan masa di mana media berhasil mengubah peta politik dengan melakukan "propaganda kebenaran", informasi dianggap sebagai ilmu, status intelektual menjadi medan borjuasi ekonomi, zaman di mana seksualitas dikabarkan di ruang publik, zaman perdebatan menjadi hiburan, kemiskinan menjadi parodi, mengejar rating, di mana sejarah menjadi riwayat orang lain. Zaman orang mengaku kiai, memamerkan poligami, menyukai "solusi konkret", tidak lagi fokus pada masalah.
Kalau saja Rama Barghawa pastilah dia hanya dianggap sebagai "person", bukan sebagai keresahan, bukan sebagai gerakan. Bagaimana kalau Rama Barghawa bukan "person"? Apa yang terjadi jika Rama Barghawa adalah personifikasi sebuah generasi, atau mewakili sebuah organisasi?

/* Kematian yang Tertunda dan AntiOedipus */
Rama Barghawa tidak percaya pada bapaknya, bahkan tidak percaya pada janji bapaknya yang ternyata tidak bisa mengabulkan permintaannya. Rama Barghawa adalah generasi yang memenggal filsafat dari tubuh epistemologi, hingga filsafat menjadi "idealisme", hanya kelihatan "fungsi"nya saja. Rama Bhargawa menyajikan "cara" yang paling ekstrem: nihilisme.
Semua yang tidak bisa menuntaskan pertanyaannya, harus dibunuh.
Jika para elit terdapat sedikit cacat dalam kebijakan ataupun riwayat (biarpun itu kata media), harus berani menghadapi peperangan dengannya. Melawan [kata] "rakyat". Kata-kata menjadi media resistensi, misil pamungkas Rama Barghawa yang tidak bisa dikalahkan. Siapapun yang dianggapnya mendukung pemerintahan korup, walaupun itu "pegawai negeri", mantan "orang partai", atau pejabat, bisa dianggap sebagai penopang kerusakan. Semuanya akan "dibunuh" Rama Barghawa. Rama Barghawa seperti remaja beraliran punk yang mengibarkan "A" besar. Meneriakkan "anarki" dan "invasi". Mengedarkan stiker, "Aparat Busuk". Atau seperti jaringan bawah tanah yang menteror siapapun dengan isu pembantaian, negara bayangan, gerakan spiritual, aliansi intelektual, kebangkitan kerajaan, nusantara era modern, atau apapun yang sering Anda lihat di Facebook sebagai ketidakpercayaan kepada institusi negara. Melawan parlemen, melawan sistem, melawan apa saja yang dianggapnya menindas, tidak ideal, tidak seperti Indonesia yang dicita-citakan para pendahulu, yang dianggap tidak Jawa, atau tidak Islam, dan seterusnya.
Generasi yang melawan bapaknya, generasi yang tidak percaya pada "tema" kesepakatan politik. Generasi yang tidak mempan diberi apapun, selain kematian yang sempurna.

/* Postscript */
Rama Bhargawa adalah cerita tentang masyarakat yang sakit, mesin hasrat (desire machine), generasi yang membalas, ketidakpercayaan terhadap sistem, keluarga yang mengalami deteritorialisasi dalam jalinan politik negara, tubuh yang mengalami keabadian jiwa, keinginan mencapai spiritualitas dari seorang begawan-petarung dengan cara ksatria: melakukan peperangan. Peperangan untuk menyempurnakan kematian, dengan gaya nihilistik. Generasi yang memilih menghancurkan-diri dalam ketidaksadaran, membentuk "fight club" yang tidak lagi percaya pada label politik, agama, kekuasaan, generasi yang ingin mempertarungkan takdir dan kebetulan.
Sudahkah generasi Rama Barghawa mengalami pembebasan di masyarakat sekarang?

sumber: http://www.dalangsigid.com/2011/06/k...tioedipus.html

Bargawa is a punk rocker!
hey ho...let's go!
emoticon-Big Grin
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.