TS
prabuanom
beberapa simbolisasi ubo rampe dan falsafahnya
ubo rampe atau piranti sesajian ada banyak sekali, misal bunga bungaan. kue, janur, dan banyak lagi lainnya. semua pasti memiliki makna kenapa dipakai, dipilih dan dipergunakan sebagai sarana ritual. saya ingin membahasanya satu persatu, tetapi mohon maaf tidak bisa urut karena kebanyakan ilmunya dari hasil googling. jadi kalo ada yang ingin menambahkan sangat dipersilakan sekali untuk ikut menambahkan atau mendiskusikannya. mari kita mulai membahasnya sedikit demi sedikit falsafah dan simbolisasi dalam ubo rampe, piranti dan peralatan, atau ritualnya itu sendiri. sebagai bagian dari khazanah budaya kita 


daftar isi:
note:
kebanyakan disini berbentuk copasan artikel. makna filosofinya ada dalam penjelasan artikel tersebut. tidak disajikan mentah inti per inti. jadi jangan merasa segan untuk membaca.



daftar isi:
- halaman 1
falsafah simbolisasi janur kuning
falsafah angka tujuh dalam sesajen
bubur sajen malam satu suro oleh mbah buhitoz
filosofi canang oleh mbah angsip
- halaman 2,
falsafah simbolisasi kupat/ketupat
makna kupat dari budaya sunda dan betawi dr kang angel
seri falsafah makna kembang setaman
makna kembang kantil
makna kembang melati
makna kembang kenongo
makna kembang mawar
kembang telon, kembang boreh, kembang tujuh rupa
upacara ritual king ho ping dan sesajennya
mengenai angka 7 tambahan dr mbah empheldum
- halaman 3,
tambahan makna kupat oleh mbah empel
upacara panggih adat dan sesajennya
makna kepyok kembang mayang yg menyertai keluarnya pengantin wanita
lempar sirih balangan gantal dan maknanya
makna ritual wijikan dan memecah telur
berjalan gandeng jari kelingking, tampa kaya, dan dahar klimah
ubo rampe bagi ibu hamil yang susah melahirkan bersama maknanya by kang buhitoz
tambahan makna angka tujuh oleh mbah detiklink
falsafah, makna, simbolisasi roti buaya dari betawi
falsafah, simbolisasi, makna kue keranjang
falsafah simbolisasi baju adat pernikahan aceh
selamatan mitoni, tingkepan, ubo rampe serta makna nya
- halaman 4,
makna sajen dari budaya sunda oleh kang angel
falsafah makna tumpeng
hiasan pernikahan ala surakarta dan maknanya
falsafah makna dari tradisi ojung
falsafah upacara pelet kandhung dari madura
- halaman 5,
tambahan makna simbolisasi hiasan pernikahan oleh mbah grubyuk
tambahan filosofi kupat oleh kang angel
makna, simbolisasi, sajen muludan dan pelal cirebon oleh kang angel
makna filosofi sintren oleh kang angel
makna dan filosofi yang terkandung dalam reog ponorogo
kesenian reak cianjur 1 oleh kang angel
kesenian reak cianjur 2 oleh kang angel
- halaman 6,
makna bagian ubo rampe ritual jawa
filosofi makna tedak sinten
falsafah simbolisasi kesenian bantengan
antara perkutut dan falsafah jawa
sekilas falsafah keris
falsafah, simbolisasi nyadran dan sesajinya
makna ritual chau da fa hui serta perlengkapan ritualnya
filosofi poleng by bli patih djelantik
- halaman 7,
falsafah kirab agung tapa bisu
hakekat upacara tumpak landhep bali
makna tuturiagina andala, sesaji dr pulau di makassar
filosofi sedekah laut pocosari dan ubo rampenya
Peusijuek dalam budaya aceh oleh mbah agung
erau kutai kartanegara part 1
erau kertanegara part 2
- halaman 8,
falsafah ritual ya qowiyu
ya qowiyu dan makna apem
falsafah makna tayuban
falsafah tari topeng cirebon part 1
falsafah tari topeng cirebon part 2
- halaman 9,
falsafah gamelan
tradisi cowongan
tahap pelaksanaan cowongan dan sesajinya part 1
tahapan cowongan part 2
selamatan tingkep dan sesajinya oleh kang buhitoz
tumpeng robyong dalam slamatan tingkep oleh kang buhitoz
tambahan tentang tumpeng oleh kang buhitoz
- halaman 10,
menempati rumah baru by kang buhitoz
tarawangsa makna dan simbolisnya oleh kang buhitoz part 1
tarawangsa makna dan simbolnya oleh kang buhitoz part 2
tarawangsa makna dan simbolnya oleh kang buhitoz part 3
tarawangsa makna dan simbolisnya oleh kang buhitoz part 4
tambahan tarawangsa makna saji oleh papi angel
kebo bule keraton surakarta
upacara membangun pura
menanam kebo perjaka oleh kang buhitoz
- halaman 11,
kirab tebu temanten
tanam kepala kerbau awal musim giling tebu
tanam kepala kerbau by papi angel
kepala kerbau by kang buhitoz
pertamanan bali
filosofi tanaman dan penempatannya bali
aspek religi pertamanan bali
aspek usada pertamanan bali
sifat air dalam ritual kungkum by kang buhitoz
jaranan
- halaman 12,
sesaji dalam kesenian jaranan
sesaji cok bakal
sesaji buceng mas
- halaman 13,
slamatan kematian
makna sajen dalam ritual kematian
simbolisasi cermin
mabeakala adat bali
simbolisasi meru
- halaman 14
sajen mengenai babaran
sapu gerang
filosofi makna wadah daun pisang, picuk takir dll
makna takir
makna takir 2
takir pontang
makna sudi
- halaman 15
bedug kentongan makna
upacara wiwitan
pis bolong bali
pis bolong bali 2
makna festival dongzhi onde
pisang, menjari seperti berdoa
- halaman 16
badik
tradisi bebuang suku bugis kalimantan
upacara mapalili suku bugis part 1
upacara mappalili suku bugis part 2
upacara mappalili suku bugis part 3
upacara mappalili suku bugis part 4
note:
kebanyakan disini berbentuk copasan artikel. makna filosofinya ada dalam penjelasan artikel tersebut. tidak disajikan mentah inti per inti. jadi jangan merasa segan untuk membaca.
Diubah oleh prabuanom 10-07-2013 13:59
0
136.9K
327
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
2.5KThread•1.6KAnggota
Tampilkan semua post
buhitoz
#183
e. Tampolong
![kaskus-image]()
Tampolong adalah wadah untuk meludah, terutama oleh orang yang mengunyah tembakau. Juga dikenal sebagai cuspidor, walaupun nama ini juga digunakan untuk tempat meludah di dokter gigi. Cuspidor masih diproduksi sekarang, terutama ditemukan di tempat olahraga dekat tempat minum. Wadah serupa telah digunakan di Asia barat daya selama berabad-abad. Tampolong dikenal di Amerika Serikat dan Inggris kurang lebih sekitar tahun 1840-an (http://id.wikipedia.org).
Tampolong memiliki alas datar, biasanya diberi pemberat agar tidak mudah terbalik. Penggunaan tampolong dianggap kemajuan dalam hal kebersihan dan kesopanan, karena orang tidak meludah sembarangan di tanah, jalan, dan sisi jalan. Intinya adalah bahwa tampolong adalah wadah atau tempat yang terbuat dari bahan logam untuk membuang kotoran. Benda tersebut mengandung pengertian bahwa manusia haruslah kuat dalam menghadapi segala cobaan, walaupun manusia tersebut diperlakukan seperti tampolong tetapi manusia tetap harus mempunyai kegunaan. Tampolong pada upacara tarawangsa dipakai sebagai wadah untuk membuang air bekas berkumur-kumur para sesepuh sebelum membaca mantra atau doa-doa.
f. Poci
Poci yaitu tempat untuk air minum. Air yang ada dalam poci tersebut digunakan untuk berkumurkumur dengan tujuan untuk membersihkan mulut. Aktivitas tersebut mengandung pengertian bahwa manusia harus menjaga hal- hal yang akan diucapkannya agar tidak sampai mengucapkan kata-kata kotor atau katakata yang dapat menyakiti orang lain. Pedoman utama mereka terletak pada sikap hati-hati dan terukur, khususnya dalam berbicara. Hal itu untuk menghindari salah paham. Sementara dalam pergaulan sehari-hari, setiap warga dituntut mampu berbuat baik, bertanggung jawab, dan menepati janji.
Kegiatan berkumur ini biasanya dilakukan oleh sesepuh atau tetua sebelum memulai upacara tarawangsa yaitu pada saat sebelum membaca mantra-mantra.
g. Selendang
![kaskus-image]()
Selendang yang digunakan dalam upacara mempunyai empat macam warna yaitu warna merah, kuning, hijau, dan putih. Setiap warna tersebut menggambarkan karakter-karakter yang dimiliki oleh manusia, yaitu:
1. Warna merah menggambarkan sifat pemarah, berani, dan angkara murka.
2. Warna kuning menggambarkan kejujuran, kemuliaan, dan sikap bertanggung jawab.
3. Warna hijau menggambarkan kedamaian dan ketentraman.
4. Warna putih menggambarkan sifat ksatria, suci, dan membela kebenaran.
h. Keris
![kaskus-image]()
Keris adalah sejenis senjata tikam khas yang berasal dari Indonesia, atau mungkin lebih tepat Nusantara. Berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, keris dalam bentuk awal telah digunakan sejak abad ke-IX. Kuat kemungkinannya bahwa keris telah digunakan sebelum masa tersebut (http://id.wikipedia.org).
Keris, berangkat dari pengertian secara bahasa yaitu dari bahasa Jawa mengker kerono aris yang berarti menuju kebijaksanaan, menuju Yang Maha Bijaksana, peringkat yang menjadi simbol kehidupan manusia dan hubungannya dengan Tuhan. Tidak hanya sebagai sebuah bentuk simbol, keris juga merupakan hasil karya spiritual yang mempunyai nilai-nilai keindahan, nilai-nilai estetika dan tentu saja nilai pesan-pesan moral.
Keris pada seni tarawangsa melambangkan kebijaksanaan, kepandaian, keuletan, dan ketangkasan dalam menghadapi segala tantangan hidup yang berliku. Agar dapat selamat dari segala tipu daya manusia hendaknya memiliki pikiran tajam, dapat menghadapi segala macam situasi, lalu bertindak dengan cepat, tepat, tangkas dan ulet.
i. Padi
Padi memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Rancakalong yaitu sebagai sumber kehidupan. Begitu berartinya padi, membuat masyarakat Rancakalong senantiasa mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan rezeki yang telah mereka dapatkan.
Padi dipercaya sebagai penjelmaan Dewi Sri, yaitu dewi kemakmuran. Agar hidup manusia mencapai kemakmuran maka setiap orang harus mampu ngreksa Dewi Sri dalam arti harus bersedia mengolah lahan pertanian hingga dapat menghasilkan bahan makanan pokok untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun Nyi Pohaci atau dewi padi adalah penunjang utama kehidupan. "Euweuh sangu mah urang moal hirup," begitu kata mereka dalam bahasa Sunda. Tanpa nasi kita tidak akan hidup, begitu kurang lebih artinya.
Secara filsafati padi memiliki sifat semakin tua semakin merunduk. Sama halnya dengan manusia, sudah semestinya semakin tua semakin mengolah batin untuk menundukkan diri terhadap Sang Pencipta dan memiliki sifat rendah hati terhadap sesama.
j. Air
![kaskus-image]()
Masyarakat Rancakalong menggambarkan air sebagai simbol dari kebersihan dan kehidupan. Air senantiasa mereka pergunakan untuk membersihkan diri mereka sehingga dapat mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Bersih mempunyai dua pengertian, pertama bersih tubuh jasmani dari noda dan kotoran (najis) dan kedua bersih rohani dan jiwa dari segala hal yang dapat mengganggu ketulusan dalam mengabdi (menyembah) kepada Tuhan. Bersih dalam arti yang pertama yakni bersih tubuh jasmani dari segala noda dan kotoran inilah yang memerlukan air bersih, air dalam pengertian ini adalah air yang turun dari langit atau yang keluar dari bumi yang belum tercemar oleh noda dan kotoran (najis). Misalnya; air hujan, air sungai, air laut, air sumur, air salju, air embun, dan air dari mata air.
Keberadaan air pun sangat mereka hargai sebagai salah satu penyangga kehidupan, karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa air, serta penggunaan air untuk mengairi lahan pertanian mereka.
k. Kelapa muda
![kaskus-image]()
Kelapa muda mengandung makna bahwa setiap perbuatan manusia haruslah berguna dan bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, maupun bangsa.
Manusia haruslah bermanfaat layaknya buah kelapa, karena semua bagian dari kelapa bisa dimanfaatkan oleh manusia, mulai dari sabut, tempurung, hingga isi dan airnya.
l. Buah-buahan dan sayuran
![kaskus-image]()
Merupakan suatu bentuk persembahan sebagai simbol yang akan mengingatkan mereka untuk senantiasa bersyukur akan apa yang telah mereka dapatkan (panen). Makna lainnya adalah bahwa hasil buah-buahan dan sayuran tersebut merupakan suatu karya Tuhan melalui manusia, artinya manusia menanam, Tuhan memberikan kehidupan. Dalam hal ini tersirat karunia Tuhan kepada manusia sehingga manusia wajib mensyukurinya.
m. Rurujakan (7 macam rujak)
![kaskus-image]()
Angka 7 (tujuh) yang ditunjukkan pada jumlah macam rujak menggambarkan kalau dalam satu minggu ada tujuh hari yang harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif. Angka 7 merupakan simbol dari jumlah hari yang mengatur hidup manusia. Rujak-rujak tersebut terdiri atas beberapa jenis, yaitu rujak asem, rujak roti, rujak pisang, rujak kelapa, rujak kembang, rujak tebu, dan rujak kopi.
n. Uang.
![kaskus-image]()
Uang menggambarkan rejeki yang harus dicari oleh setiap orang dalam hidup. Uang, ternyata bukan hanya benda yang digunakan sebagai satuan nilai dalam jual beli. Uang telah menjadi bagian dari kelengkapan sesajen dalam ritual atau upacara adat. Dengan kata lain, upacara, sebagai tindakan yang terikat adat dan kepercayaan, pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan uang. Karena uang, seluruh kebutuhan upacara, baik yang bersifat spiritual maupuan material bisa dipenuhi: benda-benda upacara, pakaian adat, sesajen, tempat upacara, fasilitas upacara, makanan, jumlah hewan yang dikorbankan dan lain-lain. Uang pun bisa menjadi simbol status sosial, kepangkatan, gengsi, atau harga diri.
Sebagai sesaji, uang yang dipersembahkan biasanya bervariasi nilai nominalnya. Juga, tata cara penyajiannya pun berbeda antarbudaya masyarakat. Ada yang berupa uang kepeng, pecahan uang logam, hingga uang kertas yang nilainya ribuan sampai ratusan ribu rupiah, tapi ada pula yang memakai uang tiruan. Demikian juga dengan tata cara mempersembahkannya, ada yang dicampur dengan beras, ada juga yang dibungkus kertas atau sapu tangan yang disemprot minyak wangi, tapi tidak sedikit yang dibakar atau ditanam dalam tanah.
Dalam penyajian seni tarawangsa uang yang dipergunakan adalah uang benggol. Mungkin dalam perkembangannya nanti, jenis uang tersebut akan digantikan dengan uang recehan dalam bentuk rupiah.
o. Telur
![kaskus-image]()
Telur adalah simbol kehidupan yang akan memberi kesuburan atau umur yang panjang. Hal ini dihubungkan dengan kebangkitan atau reinkarnasi alam semesta sesudah kematian, dan juga dengan beberapa mitos penciptaan yang mengambarkan sebutir telur sebagai awal kehidupan.yang mempunyai makna bahwa setiap manusia harus mengalami reborn atau lahir baru.

Tampolong adalah wadah untuk meludah, terutama oleh orang yang mengunyah tembakau. Juga dikenal sebagai cuspidor, walaupun nama ini juga digunakan untuk tempat meludah di dokter gigi. Cuspidor masih diproduksi sekarang, terutama ditemukan di tempat olahraga dekat tempat minum. Wadah serupa telah digunakan di Asia barat daya selama berabad-abad. Tampolong dikenal di Amerika Serikat dan Inggris kurang lebih sekitar tahun 1840-an (http://id.wikipedia.org).
Tampolong memiliki alas datar, biasanya diberi pemberat agar tidak mudah terbalik. Penggunaan tampolong dianggap kemajuan dalam hal kebersihan dan kesopanan, karena orang tidak meludah sembarangan di tanah, jalan, dan sisi jalan. Intinya adalah bahwa tampolong adalah wadah atau tempat yang terbuat dari bahan logam untuk membuang kotoran. Benda tersebut mengandung pengertian bahwa manusia haruslah kuat dalam menghadapi segala cobaan, walaupun manusia tersebut diperlakukan seperti tampolong tetapi manusia tetap harus mempunyai kegunaan. Tampolong pada upacara tarawangsa dipakai sebagai wadah untuk membuang air bekas berkumur-kumur para sesepuh sebelum membaca mantra atau doa-doa.
f. Poci
Poci yaitu tempat untuk air minum. Air yang ada dalam poci tersebut digunakan untuk berkumurkumur dengan tujuan untuk membersihkan mulut. Aktivitas tersebut mengandung pengertian bahwa manusia harus menjaga hal- hal yang akan diucapkannya agar tidak sampai mengucapkan kata-kata kotor atau katakata yang dapat menyakiti orang lain. Pedoman utama mereka terletak pada sikap hati-hati dan terukur, khususnya dalam berbicara. Hal itu untuk menghindari salah paham. Sementara dalam pergaulan sehari-hari, setiap warga dituntut mampu berbuat baik, bertanggung jawab, dan menepati janji.
Kegiatan berkumur ini biasanya dilakukan oleh sesepuh atau tetua sebelum memulai upacara tarawangsa yaitu pada saat sebelum membaca mantra-mantra.
g. Selendang

Selendang yang digunakan dalam upacara mempunyai empat macam warna yaitu warna merah, kuning, hijau, dan putih. Setiap warna tersebut menggambarkan karakter-karakter yang dimiliki oleh manusia, yaitu:
1. Warna merah menggambarkan sifat pemarah, berani, dan angkara murka.
2. Warna kuning menggambarkan kejujuran, kemuliaan, dan sikap bertanggung jawab.
3. Warna hijau menggambarkan kedamaian dan ketentraman.
4. Warna putih menggambarkan sifat ksatria, suci, dan membela kebenaran.
h. Keris

Keris adalah sejenis senjata tikam khas yang berasal dari Indonesia, atau mungkin lebih tepat Nusantara. Berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, keris dalam bentuk awal telah digunakan sejak abad ke-IX. Kuat kemungkinannya bahwa keris telah digunakan sebelum masa tersebut (http://id.wikipedia.org).
Keris, berangkat dari pengertian secara bahasa yaitu dari bahasa Jawa mengker kerono aris yang berarti menuju kebijaksanaan, menuju Yang Maha Bijaksana, peringkat yang menjadi simbol kehidupan manusia dan hubungannya dengan Tuhan. Tidak hanya sebagai sebuah bentuk simbol, keris juga merupakan hasil karya spiritual yang mempunyai nilai-nilai keindahan, nilai-nilai estetika dan tentu saja nilai pesan-pesan moral.
Keris pada seni tarawangsa melambangkan kebijaksanaan, kepandaian, keuletan, dan ketangkasan dalam menghadapi segala tantangan hidup yang berliku. Agar dapat selamat dari segala tipu daya manusia hendaknya memiliki pikiran tajam, dapat menghadapi segala macam situasi, lalu bertindak dengan cepat, tepat, tangkas dan ulet.
i. Padi
Padi memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Rancakalong yaitu sebagai sumber kehidupan. Begitu berartinya padi, membuat masyarakat Rancakalong senantiasa mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan rezeki yang telah mereka dapatkan.
Padi dipercaya sebagai penjelmaan Dewi Sri, yaitu dewi kemakmuran. Agar hidup manusia mencapai kemakmuran maka setiap orang harus mampu ngreksa Dewi Sri dalam arti harus bersedia mengolah lahan pertanian hingga dapat menghasilkan bahan makanan pokok untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun Nyi Pohaci atau dewi padi adalah penunjang utama kehidupan. "Euweuh sangu mah urang moal hirup," begitu kata mereka dalam bahasa Sunda. Tanpa nasi kita tidak akan hidup, begitu kurang lebih artinya.
Secara filsafati padi memiliki sifat semakin tua semakin merunduk. Sama halnya dengan manusia, sudah semestinya semakin tua semakin mengolah batin untuk menundukkan diri terhadap Sang Pencipta dan memiliki sifat rendah hati terhadap sesama.
j. Air

Masyarakat Rancakalong menggambarkan air sebagai simbol dari kebersihan dan kehidupan. Air senantiasa mereka pergunakan untuk membersihkan diri mereka sehingga dapat mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Bersih mempunyai dua pengertian, pertama bersih tubuh jasmani dari noda dan kotoran (najis) dan kedua bersih rohani dan jiwa dari segala hal yang dapat mengganggu ketulusan dalam mengabdi (menyembah) kepada Tuhan. Bersih dalam arti yang pertama yakni bersih tubuh jasmani dari segala noda dan kotoran inilah yang memerlukan air bersih, air dalam pengertian ini adalah air yang turun dari langit atau yang keluar dari bumi yang belum tercemar oleh noda dan kotoran (najis). Misalnya; air hujan, air sungai, air laut, air sumur, air salju, air embun, dan air dari mata air.
Keberadaan air pun sangat mereka hargai sebagai salah satu penyangga kehidupan, karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa air, serta penggunaan air untuk mengairi lahan pertanian mereka.
k. Kelapa muda

Kelapa muda mengandung makna bahwa setiap perbuatan manusia haruslah berguna dan bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, maupun bangsa.
Manusia haruslah bermanfaat layaknya buah kelapa, karena semua bagian dari kelapa bisa dimanfaatkan oleh manusia, mulai dari sabut, tempurung, hingga isi dan airnya.
l. Buah-buahan dan sayuran

Merupakan suatu bentuk persembahan sebagai simbol yang akan mengingatkan mereka untuk senantiasa bersyukur akan apa yang telah mereka dapatkan (panen). Makna lainnya adalah bahwa hasil buah-buahan dan sayuran tersebut merupakan suatu karya Tuhan melalui manusia, artinya manusia menanam, Tuhan memberikan kehidupan. Dalam hal ini tersirat karunia Tuhan kepada manusia sehingga manusia wajib mensyukurinya.
m. Rurujakan (7 macam rujak)

Angka 7 (tujuh) yang ditunjukkan pada jumlah macam rujak menggambarkan kalau dalam satu minggu ada tujuh hari yang harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif. Angka 7 merupakan simbol dari jumlah hari yang mengatur hidup manusia. Rujak-rujak tersebut terdiri atas beberapa jenis, yaitu rujak asem, rujak roti, rujak pisang, rujak kelapa, rujak kembang, rujak tebu, dan rujak kopi.
n. Uang.

Uang menggambarkan rejeki yang harus dicari oleh setiap orang dalam hidup. Uang, ternyata bukan hanya benda yang digunakan sebagai satuan nilai dalam jual beli. Uang telah menjadi bagian dari kelengkapan sesajen dalam ritual atau upacara adat. Dengan kata lain, upacara, sebagai tindakan yang terikat adat dan kepercayaan, pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan uang. Karena uang, seluruh kebutuhan upacara, baik yang bersifat spiritual maupuan material bisa dipenuhi: benda-benda upacara, pakaian adat, sesajen, tempat upacara, fasilitas upacara, makanan, jumlah hewan yang dikorbankan dan lain-lain. Uang pun bisa menjadi simbol status sosial, kepangkatan, gengsi, atau harga diri.
Sebagai sesaji, uang yang dipersembahkan biasanya bervariasi nilai nominalnya. Juga, tata cara penyajiannya pun berbeda antarbudaya masyarakat. Ada yang berupa uang kepeng, pecahan uang logam, hingga uang kertas yang nilainya ribuan sampai ratusan ribu rupiah, tapi ada pula yang memakai uang tiruan. Demikian juga dengan tata cara mempersembahkannya, ada yang dicampur dengan beras, ada juga yang dibungkus kertas atau sapu tangan yang disemprot minyak wangi, tapi tidak sedikit yang dibakar atau ditanam dalam tanah.
Dalam penyajian seni tarawangsa uang yang dipergunakan adalah uang benggol. Mungkin dalam perkembangannya nanti, jenis uang tersebut akan digantikan dengan uang recehan dalam bentuk rupiah.
o. Telur

Telur adalah simbol kehidupan yang akan memberi kesuburan atau umur yang panjang. Hal ini dihubungkan dengan kebangkitan atau reinkarnasi alam semesta sesudah kematian, dan juga dengan beberapa mitos penciptaan yang mengambarkan sebutir telur sebagai awal kehidupan.yang mempunyai makna bahwa setiap manusia harus mengalami reborn atau lahir baru.
0