TS
prabuanom
beberapa simbolisasi ubo rampe dan falsafahnya
ubo rampe atau piranti sesajian ada banyak sekali, misal bunga bungaan. kue, janur, dan banyak lagi lainnya. semua pasti memiliki makna kenapa dipakai, dipilih dan dipergunakan sebagai sarana ritual. saya ingin membahasanya satu persatu, tetapi mohon maaf tidak bisa urut karena kebanyakan ilmunya dari hasil googling. jadi kalo ada yang ingin menambahkan sangat dipersilakan sekali untuk ikut menambahkan atau mendiskusikannya. mari kita mulai membahasnya sedikit demi sedikit falsafah dan simbolisasi dalam ubo rampe, piranti dan peralatan, atau ritualnya itu sendiri. sebagai bagian dari khazanah budaya kita 


daftar isi:
note:
kebanyakan disini berbentuk copasan artikel. makna filosofinya ada dalam penjelasan artikel tersebut. tidak disajikan mentah inti per inti. jadi jangan merasa segan untuk membaca.



daftar isi:
- halaman 1
falsafah simbolisasi janur kuning
falsafah angka tujuh dalam sesajen
bubur sajen malam satu suro oleh mbah buhitoz
filosofi canang oleh mbah angsip
- halaman 2,
falsafah simbolisasi kupat/ketupat
makna kupat dari budaya sunda dan betawi dr kang angel
seri falsafah makna kembang setaman
makna kembang kantil
makna kembang melati
makna kembang kenongo
makna kembang mawar
kembang telon, kembang boreh, kembang tujuh rupa
upacara ritual king ho ping dan sesajennya
mengenai angka 7 tambahan dr mbah empheldum
- halaman 3,
tambahan makna kupat oleh mbah empel
upacara panggih adat dan sesajennya
makna kepyok kembang mayang yg menyertai keluarnya pengantin wanita
lempar sirih balangan gantal dan maknanya
makna ritual wijikan dan memecah telur
berjalan gandeng jari kelingking, tampa kaya, dan dahar klimah
ubo rampe bagi ibu hamil yang susah melahirkan bersama maknanya by kang buhitoz
tambahan makna angka tujuh oleh mbah detiklink
falsafah, makna, simbolisasi roti buaya dari betawi
falsafah, simbolisasi, makna kue keranjang
falsafah simbolisasi baju adat pernikahan aceh
selamatan mitoni, tingkepan, ubo rampe serta makna nya
- halaman 4,
makna sajen dari budaya sunda oleh kang angel
falsafah makna tumpeng
hiasan pernikahan ala surakarta dan maknanya
falsafah makna dari tradisi ojung
falsafah upacara pelet kandhung dari madura
- halaman 5,
tambahan makna simbolisasi hiasan pernikahan oleh mbah grubyuk
tambahan filosofi kupat oleh kang angel
makna, simbolisasi, sajen muludan dan pelal cirebon oleh kang angel
makna filosofi sintren oleh kang angel
makna dan filosofi yang terkandung dalam reog ponorogo
kesenian reak cianjur 1 oleh kang angel
kesenian reak cianjur 2 oleh kang angel
- halaman 6,
makna bagian ubo rampe ritual jawa
filosofi makna tedak sinten
falsafah simbolisasi kesenian bantengan
antara perkutut dan falsafah jawa
sekilas falsafah keris
falsafah, simbolisasi nyadran dan sesajinya
makna ritual chau da fa hui serta perlengkapan ritualnya
filosofi poleng by bli patih djelantik
- halaman 7,
falsafah kirab agung tapa bisu
hakekat upacara tumpak landhep bali
makna tuturiagina andala, sesaji dr pulau di makassar
filosofi sedekah laut pocosari dan ubo rampenya
Peusijuek dalam budaya aceh oleh mbah agung
erau kutai kartanegara part 1
erau kertanegara part 2
- halaman 8,
falsafah ritual ya qowiyu
ya qowiyu dan makna apem
falsafah makna tayuban
falsafah tari topeng cirebon part 1
falsafah tari topeng cirebon part 2
- halaman 9,
falsafah gamelan
tradisi cowongan
tahap pelaksanaan cowongan dan sesajinya part 1
tahapan cowongan part 2
selamatan tingkep dan sesajinya oleh kang buhitoz
tumpeng robyong dalam slamatan tingkep oleh kang buhitoz
tambahan tentang tumpeng oleh kang buhitoz
- halaman 10,
menempati rumah baru by kang buhitoz
tarawangsa makna dan simbolisnya oleh kang buhitoz part 1
tarawangsa makna dan simbolnya oleh kang buhitoz part 2
tarawangsa makna dan simbolnya oleh kang buhitoz part 3
tarawangsa makna dan simbolisnya oleh kang buhitoz part 4
tambahan tarawangsa makna saji oleh papi angel
kebo bule keraton surakarta
upacara membangun pura
menanam kebo perjaka oleh kang buhitoz
- halaman 11,
kirab tebu temanten
tanam kepala kerbau awal musim giling tebu
tanam kepala kerbau by papi angel
kepala kerbau by kang buhitoz
pertamanan bali
filosofi tanaman dan penempatannya bali
aspek religi pertamanan bali
aspek usada pertamanan bali
sifat air dalam ritual kungkum by kang buhitoz
jaranan
- halaman 12,
sesaji dalam kesenian jaranan
sesaji cok bakal
sesaji buceng mas
- halaman 13,
slamatan kematian
makna sajen dalam ritual kematian
simbolisasi cermin
mabeakala adat bali
simbolisasi meru
- halaman 14
sajen mengenai babaran
sapu gerang
filosofi makna wadah daun pisang, picuk takir dll
makna takir
makna takir 2
takir pontang
makna sudi
- halaman 15
bedug kentongan makna
upacara wiwitan
pis bolong bali
pis bolong bali 2
makna festival dongzhi onde
pisang, menjari seperti berdoa
- halaman 16
badik
tradisi bebuang suku bugis kalimantan
upacara mapalili suku bugis part 1
upacara mappalili suku bugis part 2
upacara mappalili suku bugis part 3
upacara mappalili suku bugis part 4
note:
kebanyakan disini berbentuk copasan artikel. makna filosofinya ada dalam penjelasan artikel tersebut. tidak disajikan mentah inti per inti. jadi jangan merasa segan untuk membaca.
Diubah oleh prabuanom 10-07-2013 13:59
0
136.9K
327
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
2.5KThread•1.6KAnggota
Tampilkan semua post
buhitoz
#182
Simbol - Simbol pada Seni Tarawangsa
Setiap kelompok masyarakat atau setiap suku bangsa mempunyai kebudayaan dan kesenian sendiri-sendiri yang khas dan cenderung berbeda dengan masyarakat lainnya. Dalam kesehariannya, setiap kelompok atau suku bangsa tersebut, baik di dalam berkomunikasi, pergaulan, terutama dalam pelaksanaan upacara-upacara ritual selalu ada penggunaan simbol-simbol dalam rangka mengungkapkan rasa budayanya.
Suatu karya seni juga dapat berperan sebagai media penyampaian suatu perasaan, suasana hati, pemikiran, pesan atau amanat yang diyakini oleh penciptanya kepada penghayatnya. Hal tersebut disampaikan melalui bentuk-bentuk simbol yang mereka gunakan pada karya seni tersebut.
Seni tarawangsa merupakan salah satu jenis seni tradisi yang banyak menyimpan simbol-simbol di dalamnya. Kita dapat melihat penggunaan simbol-simbol tersebut di antaranya pada tata cara penyajian, perlengkapan upacara, alat musik, lagu-lagu, tarian dan lain-lainnya. Simbol-simbol tersebut haruslah terbuka maknanya agar masyarakat luas dapat mengetahui makna-makna yang terkandung di dalamnya. Karena ada semacam kesan bahwa makna dari simbol-simbol itu hanyalah milik dari para tetua belaka. Simbol-simbol itu seolah-olah dianggap sakral sehingga masyarakat awam atau kalangan muda ditabukan untuk mengetahuinya.
Makna dari suatu simbol haruslah diungkapkan, karena simbol-simbol tersebut mengandung pesan-pesan atau nasehat-nasehat yang dapat dikenali dan dihayati sehingga dapat diambil nilai-nilai positifnya. Seperti halnya makna dari bentuk-bentuk simbol yang terdapat pada penyajian seni tarawangsa di Kecamatan Rancakalong di bawah ini:
1. Bentuk dan Makna Simbol pada Sesajen dan Perlengkapan Upacara.
Sudah menjadi ketentuan bahwa sebelum melaksanakan upacara yang bersifat ritual haruslah menyediakan bermacam sesajen dan juga perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan.
Sesajen merupakan simbol dari sebuah bentuk persembahan kepada para dewa, roh atau arwah nenek moyang, serta pengiring doa-doa agar dewa dan roh nenek moyang menerima dengan bahagia doa mereka sambil menikmati harumnya bunga dan asap kemenyan. Hal tersebut juga bertujuan agar mereka mendapatkan kelancaran dan keselamatan dalam melaksanakan upacara.
Persembahan sesajen juga merupakan suatu bentuk komunikasi manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Budaya timur zaman dahulu termasuk di Nusantara mengajarkan keseimbangan hubungan terhadap 3 hal, yaitu :
1. Vertikal ke atas antara manusia dengan Tuhan.
2. Horisontal antara manusia dengan sesama manusia.
3. Vertikal ke bawah antara manusia dengan alam serta hewan dan tumbuhan.
Konon, sesajen merupakan bentuk pengajaran penghargaan terhadap alam, bukan hanya sebuah teori tapi dengan pelaksanaan secara ritual sehingga jika sebuah tempat dikeramatkan adalah dengan tujuan agar orang tidak merusaknya. Hal tersebut juga merupakan satu bentuk wujud rasa terima kasih atas berkah yang diberikan oleh Tuhan melalui tempat atau benda tersebut, jadi bukan menyamakan benda tersebut atau tempat tersebut dengan Tuhan. Manusia yang memiliki keterbatasan membutuhkan sebuah simbol atau tanda dalam mengungkapkan perasaannya.
Segala bentuk kegiatan simbolik dalam masyarakat tersebut juga merupakan sebuah upaya pendekatan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan, menghidupkan dan juga menentukan kematian. Jadi simbol-simbol tersebut selain mempunyai pesan-pesan kepada generasi berikutnya, juga berkaitan dengan religi.
Dapat diyakini bahwa seiring bertambahnya kesadaran manusia, bentuk fisik dari sesajen dan sebagainya akan semakin terabaikan, sebab itu hanya merupakan alat bantu saja. Karena apabila digali lagi makna dari pemberian sesajen dan perlengkapan upacara tersebut, maka kita akan takjub dengan cara pengajaran tempo dulu dan pemahaman leluhur kita saat itu.
Dalam perspektif kultural, sesajen dapat dipandang sebagai adat dan tradisi yang penuh makna. Di dalamnya ada nilai yang jika dipahami akan menjadikan manusia lebih bersikap arif dan bijak terhadap Tuhan, sesamanya, alam serta lingkungan sekitar.
Hal seperti tersebut di atas dapat kita lihat pada beberapa sesajen dan perlengkapan upacara tarawangsa berikut ini.
a. Parupuyan
![kaskus-image]()
Parupuyan yaitu wadah untuk pembakaran kemenyan. Parupuyan digambarkan sebagai bentuk dari manusia yang mempunyai nafsu yang disimbolkan oleh bara api dan kesucian yang disimbolkan dengan asap dari pembakaran kemenyan. Asap dari pembakaran kemenyan pun mempunyai pengertian sebagai simbol terhubungnya dunia manusia dengan dunia atas atau dunia para roh leluhur. Parupuyan mempunyai pengertian bahwa manusia harus bisa menghilangkan segala hawa nafsunya sehingga bisa mencapai kesucian untuk dapat menuju dunia atas.
b. Kemenyan
![kaskus-image]()
Wangi khas asap yang dihasilkan dari pembakaran kemenyan dianggap sebagai media penyampaian pesan, dalam hal ini manusia mencoba untuk mengundang arwah atau roh para leluhur untuk dapat menghadiri upacara yang akan mereka laksanakan. Hal tersebut mempunyai tujuan untuk menghormati arwah para leluhur dengan cara mengundangnya untuk turut serta bersuka cita, karena dengan jasa dari para leluhurlah masyarakat Rancakalong kini mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kemenyan yang biasa digunakan adalah kemenyan jenis durame atau kemenyan berwarna hitam (Styrax Benzoine).
Selain hal di atas, dalam masyarakat pedesaan pada umumnya ada pengetahuan tentang alam secara terbatas. Segala sesuatu yang tampak dapat mereka identifikasi sedang segala sesuatu yang tidak tampak atau diluar kemampuan akalnya, mereka hubungkan dengan hal-hal yang supranatural. Untuk itulah mereka percaya bahwa ada sesuatu yang mengatasi segalanya di dunia tempat ia berada. Untuk mempengaruhi kekuatan alam supranatural, mereka menggunakan upacara-upacara tertentu, misalnya dengan sesajen, berkurban dan lain sebagainya.
Di dalam menjaga keseimbangan alam mereka memiliki kepercayaan tertentu, yang berhubungan dengan supranatural itu dan mereka tidak menyadari makna apa yang ada dibalik kepercayaan itu kalau berdasarkan logika. Sekalipun kepercayaan itu sepintas lalu bersifat takhyul dan tidak masuk akal, namun apabila kita renungkan ternyata memiliki tujuan tertentu, yang tidak disadari oleh kebanyakan orang. Misalnya kepercayaan beberapa orang ketika menebang pohon besar di dekat kuburan, memperlakukan barang atau sesuatu pusaka. Mereka percaya adanya kekuatan gaib yang akan mencelakakan apabila larangan itu dilanggarnya, sehingga untuk itu seringkali diberi sesajen, kemenyan, menempatkan bunga (kembang setaman) dan sebagainya
c. Kain putih
![kaskus-image]()
Kain berwarna putih tersebut digunakan sebagai alas dari semua sesajian. Warna putih merupakan simbol kebaikan, putih itu berhubungan dengan cahaya spiritual (King Gunawan, 2004:34).
Warna putih juga bermakna netral, namun tidak hanya bermakna netral, putih bisa diartikan cahaya, terang, dan bersih. Jika dikaitkan dalam hal berbusana, putih sering menjadi pilihan dalam busana kantor karena membuat si pemakai merasa sejuk dan nyaman. Putih juga melambangkan kepolosan dan kebersihan. Hal itu juga menjelaskan para pelaku medis menggunakan seragam putih untuk merepresentasikan bersih dan bebas kuman.
Dalam kaitannya dengan penggunaan kain putih sebagai alas sesajen pada upacara tarawangsa adalah bahwa warna putih menggambarkan kesucian, yang mengandung makna bahwa setiap manusia di dalam mengerjakan sesuatu hal haruslah didasari dengan hati yang suci dan bersih.
d. Kendi berisi air, daun hanjuang, dan hihid
![kaskus-image]()
Hal di atas merupakan simbol dari empat unsur yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kendi menggambarkan bumi,
hihid menggambarkan angin atau udara, daun hanjuang sebagai gambaran dari kehidupan, dan air sebagai sumber kehidupan. Keempat elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan semua umat manusia. Kita tidak akan mungkin bisa hidup tanpa salah satu elemen tersebut. Manusia dalam kesehariannya sangat membutuhkan semua unsur tersebut, karena itu manusia berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya.
Setiap kelompok masyarakat atau setiap suku bangsa mempunyai kebudayaan dan kesenian sendiri-sendiri yang khas dan cenderung berbeda dengan masyarakat lainnya. Dalam kesehariannya, setiap kelompok atau suku bangsa tersebut, baik di dalam berkomunikasi, pergaulan, terutama dalam pelaksanaan upacara-upacara ritual selalu ada penggunaan simbol-simbol dalam rangka mengungkapkan rasa budayanya.
Suatu karya seni juga dapat berperan sebagai media penyampaian suatu perasaan, suasana hati, pemikiran, pesan atau amanat yang diyakini oleh penciptanya kepada penghayatnya. Hal tersebut disampaikan melalui bentuk-bentuk simbol yang mereka gunakan pada karya seni tersebut.
Seni tarawangsa merupakan salah satu jenis seni tradisi yang banyak menyimpan simbol-simbol di dalamnya. Kita dapat melihat penggunaan simbol-simbol tersebut di antaranya pada tata cara penyajian, perlengkapan upacara, alat musik, lagu-lagu, tarian dan lain-lainnya. Simbol-simbol tersebut haruslah terbuka maknanya agar masyarakat luas dapat mengetahui makna-makna yang terkandung di dalamnya. Karena ada semacam kesan bahwa makna dari simbol-simbol itu hanyalah milik dari para tetua belaka. Simbol-simbol itu seolah-olah dianggap sakral sehingga masyarakat awam atau kalangan muda ditabukan untuk mengetahuinya.
Makna dari suatu simbol haruslah diungkapkan, karena simbol-simbol tersebut mengandung pesan-pesan atau nasehat-nasehat yang dapat dikenali dan dihayati sehingga dapat diambil nilai-nilai positifnya. Seperti halnya makna dari bentuk-bentuk simbol yang terdapat pada penyajian seni tarawangsa di Kecamatan Rancakalong di bawah ini:
1. Bentuk dan Makna Simbol pada Sesajen dan Perlengkapan Upacara.
Sudah menjadi ketentuan bahwa sebelum melaksanakan upacara yang bersifat ritual haruslah menyediakan bermacam sesajen dan juga perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan.
Sesajen merupakan simbol dari sebuah bentuk persembahan kepada para dewa, roh atau arwah nenek moyang, serta pengiring doa-doa agar dewa dan roh nenek moyang menerima dengan bahagia doa mereka sambil menikmati harumnya bunga dan asap kemenyan. Hal tersebut juga bertujuan agar mereka mendapatkan kelancaran dan keselamatan dalam melaksanakan upacara.
Persembahan sesajen juga merupakan suatu bentuk komunikasi manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Budaya timur zaman dahulu termasuk di Nusantara mengajarkan keseimbangan hubungan terhadap 3 hal, yaitu :
1. Vertikal ke atas antara manusia dengan Tuhan.
2. Horisontal antara manusia dengan sesama manusia.
3. Vertikal ke bawah antara manusia dengan alam serta hewan dan tumbuhan.
Konon, sesajen merupakan bentuk pengajaran penghargaan terhadap alam, bukan hanya sebuah teori tapi dengan pelaksanaan secara ritual sehingga jika sebuah tempat dikeramatkan adalah dengan tujuan agar orang tidak merusaknya. Hal tersebut juga merupakan satu bentuk wujud rasa terima kasih atas berkah yang diberikan oleh Tuhan melalui tempat atau benda tersebut, jadi bukan menyamakan benda tersebut atau tempat tersebut dengan Tuhan. Manusia yang memiliki keterbatasan membutuhkan sebuah simbol atau tanda dalam mengungkapkan perasaannya.
Segala bentuk kegiatan simbolik dalam masyarakat tersebut juga merupakan sebuah upaya pendekatan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan, menghidupkan dan juga menentukan kematian. Jadi simbol-simbol tersebut selain mempunyai pesan-pesan kepada generasi berikutnya, juga berkaitan dengan religi.
Dapat diyakini bahwa seiring bertambahnya kesadaran manusia, bentuk fisik dari sesajen dan sebagainya akan semakin terabaikan, sebab itu hanya merupakan alat bantu saja. Karena apabila digali lagi makna dari pemberian sesajen dan perlengkapan upacara tersebut, maka kita akan takjub dengan cara pengajaran tempo dulu dan pemahaman leluhur kita saat itu.
Dalam perspektif kultural, sesajen dapat dipandang sebagai adat dan tradisi yang penuh makna. Di dalamnya ada nilai yang jika dipahami akan menjadikan manusia lebih bersikap arif dan bijak terhadap Tuhan, sesamanya, alam serta lingkungan sekitar.
Hal seperti tersebut di atas dapat kita lihat pada beberapa sesajen dan perlengkapan upacara tarawangsa berikut ini.
a. Parupuyan

Parupuyan yaitu wadah untuk pembakaran kemenyan. Parupuyan digambarkan sebagai bentuk dari manusia yang mempunyai nafsu yang disimbolkan oleh bara api dan kesucian yang disimbolkan dengan asap dari pembakaran kemenyan. Asap dari pembakaran kemenyan pun mempunyai pengertian sebagai simbol terhubungnya dunia manusia dengan dunia atas atau dunia para roh leluhur. Parupuyan mempunyai pengertian bahwa manusia harus bisa menghilangkan segala hawa nafsunya sehingga bisa mencapai kesucian untuk dapat menuju dunia atas.
b. Kemenyan

Wangi khas asap yang dihasilkan dari pembakaran kemenyan dianggap sebagai media penyampaian pesan, dalam hal ini manusia mencoba untuk mengundang arwah atau roh para leluhur untuk dapat menghadiri upacara yang akan mereka laksanakan. Hal tersebut mempunyai tujuan untuk menghormati arwah para leluhur dengan cara mengundangnya untuk turut serta bersuka cita, karena dengan jasa dari para leluhurlah masyarakat Rancakalong kini mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kemenyan yang biasa digunakan adalah kemenyan jenis durame atau kemenyan berwarna hitam (Styrax Benzoine).
Selain hal di atas, dalam masyarakat pedesaan pada umumnya ada pengetahuan tentang alam secara terbatas. Segala sesuatu yang tampak dapat mereka identifikasi sedang segala sesuatu yang tidak tampak atau diluar kemampuan akalnya, mereka hubungkan dengan hal-hal yang supranatural. Untuk itulah mereka percaya bahwa ada sesuatu yang mengatasi segalanya di dunia tempat ia berada. Untuk mempengaruhi kekuatan alam supranatural, mereka menggunakan upacara-upacara tertentu, misalnya dengan sesajen, berkurban dan lain sebagainya.
Di dalam menjaga keseimbangan alam mereka memiliki kepercayaan tertentu, yang berhubungan dengan supranatural itu dan mereka tidak menyadari makna apa yang ada dibalik kepercayaan itu kalau berdasarkan logika. Sekalipun kepercayaan itu sepintas lalu bersifat takhyul dan tidak masuk akal, namun apabila kita renungkan ternyata memiliki tujuan tertentu, yang tidak disadari oleh kebanyakan orang. Misalnya kepercayaan beberapa orang ketika menebang pohon besar di dekat kuburan, memperlakukan barang atau sesuatu pusaka. Mereka percaya adanya kekuatan gaib yang akan mencelakakan apabila larangan itu dilanggarnya, sehingga untuk itu seringkali diberi sesajen, kemenyan, menempatkan bunga (kembang setaman) dan sebagainya
c. Kain putih

Kain berwarna putih tersebut digunakan sebagai alas dari semua sesajian. Warna putih merupakan simbol kebaikan, putih itu berhubungan dengan cahaya spiritual (King Gunawan, 2004:34).
Warna putih juga bermakna netral, namun tidak hanya bermakna netral, putih bisa diartikan cahaya, terang, dan bersih. Jika dikaitkan dalam hal berbusana, putih sering menjadi pilihan dalam busana kantor karena membuat si pemakai merasa sejuk dan nyaman. Putih juga melambangkan kepolosan dan kebersihan. Hal itu juga menjelaskan para pelaku medis menggunakan seragam putih untuk merepresentasikan bersih dan bebas kuman.
Dalam kaitannya dengan penggunaan kain putih sebagai alas sesajen pada upacara tarawangsa adalah bahwa warna putih menggambarkan kesucian, yang mengandung makna bahwa setiap manusia di dalam mengerjakan sesuatu hal haruslah didasari dengan hati yang suci dan bersih.
d. Kendi berisi air, daun hanjuang, dan hihid

Hal di atas merupakan simbol dari empat unsur yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kendi menggambarkan bumi,
hihid menggambarkan angin atau udara, daun hanjuang sebagai gambaran dari kehidupan, dan air sebagai sumber kehidupan. Keempat elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan semua umat manusia. Kita tidak akan mungkin bisa hidup tanpa salah satu elemen tersebut. Manusia dalam kesehariannya sangat membutuhkan semua unsur tersebut, karena itu manusia berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya.
0