- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah 2 Hati Kecil
...
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil
[K2HK]
Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.
Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya
Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.
[K2HK]
Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.
Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.
Quote:
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Pujangga.Sesat
#354
Part 23
Gue membuka mata gue perlahan, kemudian mulai menerawang ke sekeliling. Di sebelah gue, sesosok gadis mungil masih terlelap dalam dongeng indah di mimpinya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, tapi yg gue inget adalah pagi ini gue berrencana bolos sekolah sama setan kecil di sebelah gue ini.
"Udah malem nih. Gue balik ya, Ve." ujar gue disela-sela petikan gitar Vedora.
"Yah, masa balik? Nginep dong. Udah lama lo nggak nginep disini." rengeknya.
"Males ah, besok kan masih sekolah."
"Emang kenapa kalo besok sekolah? Kaya sekolah lo bener aje."
"Ye, gue kan bayar tiap bulan buat sekolah. Sayang kalo gue sia-siain tuh duit bayaran." gue mencoba bijak.
Mendadak, tawa Vedora meledak, "Bruakakakaka! bodoh! Gaya amat lo? Gue juga tau kali, lo di kelas cuma tidur-tiduran. Kaga pernah belajar. Masih mending gue deh." ujarnya, pede.
Gue diem, karena emang itu yg terjadi. Gue hampir nggak pernah serius belajar di kelas. Kalo nggak tidur ya bengong deh. Tau aja nih bocah aib gue.
"Udah, madol aja yuk sekali-kali." ajaknya.
Tanpa pikir panjang, gue iyain ajakan itu. Lagipula kalo dipikir-pikir, gue jarang banget bolos sih. Jadi, sah-sah aja deh kalo bolos sekali-kali.
Akhirnya, si Putri Tidur itu mulai membuka mata sedikit demi sedikit. Putri Tidur ini terbangun bukan karena ciuman seorang pangeran, melainkan karena tiupan napas di wajah damai yg terlelap itu, perlahan.
"Bau tau..." gerutunya pelan dengan mata yg setengah terpejam, sambil mengernyitkan hidung berusaha menutupi bau napas gue pagi ini.
"Bangun yuk, sarapan." ajak gue sembari membelai rambutnya.
Dia hanya mengangguk tanpa berusaha bangun dari posisi nyamannya. Begitu pula dengan gue. Kalo aja perut gue nggak protes karena belom diisi semaleman, mungkin gue masih bergelut dengan mimpi gue sekarang.
Butuh waktu lama untuk mengumpulkan nyawa di pagi hari. Entah berapa lama Vedora meringkuk nyaman di badan gue, sampai akhirnya dia bangun sendiri dan menuju keluar kamar.
"Gosok gigi sama cuci muka dulu gih, gue bikinin mie." ujarnya.
Gue pun meluncur ke kamar mandi di sebelah kamar ini, dan mulai membasuh muka gue.
Setelah gue dan Vedora selesai membersihkan sisa-sisa cairan malam di wajah, gue bersiap menyantap semangkok mie yg udah disiapkan diatas meja di ruang tamu.
"Eh, kok mienya cuma satu?" ujar gue begitu sadar.
Vedora cuma tersenyum kecil.
"Elo nggak makan?" tanya gue penasaran.
Vedora mengambil garpu di mangkok itu dan mulai melahap mienya perlahan.
"Terus mie gue mana?" gue masih bingung.
Vedora berjalan ke dapur dan kembali lagi dengan satu garpu baru ditangan, sambil tetap memasang senyum penuh maksudnya.
Gue cuma bisa cengo. Pantes mangkok mienya keliatan gede banget dan isinya lumayan banyak, ternyata dia emang udah ngerencanain hal nggak beres ini.
Yah, daripada nggak makan deh. Keburu laper juga, jadi gue nggak banyak protes. Sayangnya, mie kita nggak pernah nyambung kaya di film-film, jadi nggak bisa ciuman karena nggak sengaja gitu. Padahal pengen banget. Hahaha.
"Jalan yuk." ajak Vedora selesai sarapan.
"Kemana?"
"Kemana ya?" Vedora mendongak ke atas sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan pipi yg digembungin. Pose yg bikin gue gemes.
"Kelamaan mikir ah. Nggak jadi deh." sergah gue.
"Dih, baru juga mikir. Newton aja musti ketiban apel dulu baru bisa mikir." dia cemberut.
Gue tertawa kecil mendengar ucapan itu.
"Eh, ke Monas yuk?" ajak Vedora kemudian.
"Ngapain? Nggak ada ongkos gue." ujar gue jujur.
"Siapa yg suruh ngongkos? Kita jalan aja yuk. Olahraga."
"Udah jem segini baru olahraga?" balas gue sambil menunjuk jam dinding yg menunjukkan pukul 8.
"Buruan! Males amat lo!" dia menarik baju gue dan menyeret gue ke kamar mandi. "Cepetan mandi, Ntar gantian! Abis itu, langsung jalan." paksanya.
Dasar cewek tukang maksa. Kadang bikin kesel setengah mampus, tapi kadang bikin geer juga
***
"Udah malem nih. Gue balik ya, Ve." ujar gue disela-sela petikan gitar Vedora.
"Yah, masa balik? Nginep dong. Udah lama lo nggak nginep disini." rengeknya.
"Males ah, besok kan masih sekolah."
"Emang kenapa kalo besok sekolah? Kaya sekolah lo bener aje."
"Ye, gue kan bayar tiap bulan buat sekolah. Sayang kalo gue sia-siain tuh duit bayaran." gue mencoba bijak.
Mendadak, tawa Vedora meledak, "Bruakakakaka! bodoh! Gaya amat lo? Gue juga tau kali, lo di kelas cuma tidur-tiduran. Kaga pernah belajar. Masih mending gue deh." ujarnya, pede.
Gue diem, karena emang itu yg terjadi. Gue hampir nggak pernah serius belajar di kelas. Kalo nggak tidur ya bengong deh. Tau aja nih bocah aib gue.
"Udah, madol aja yuk sekali-kali." ajaknya.
Tanpa pikir panjang, gue iyain ajakan itu. Lagipula kalo dipikir-pikir, gue jarang banget bolos sih. Jadi, sah-sah aja deh kalo bolos sekali-kali.
***
Akhirnya, si Putri Tidur itu mulai membuka mata sedikit demi sedikit. Putri Tidur ini terbangun bukan karena ciuman seorang pangeran, melainkan karena tiupan napas di wajah damai yg terlelap itu, perlahan.
"Bau tau..." gerutunya pelan dengan mata yg setengah terpejam, sambil mengernyitkan hidung berusaha menutupi bau napas gue pagi ini.
"Bangun yuk, sarapan." ajak gue sembari membelai rambutnya.
Dia hanya mengangguk tanpa berusaha bangun dari posisi nyamannya. Begitu pula dengan gue. Kalo aja perut gue nggak protes karena belom diisi semaleman, mungkin gue masih bergelut dengan mimpi gue sekarang.
Butuh waktu lama untuk mengumpulkan nyawa di pagi hari. Entah berapa lama Vedora meringkuk nyaman di badan gue, sampai akhirnya dia bangun sendiri dan menuju keluar kamar.
"Gosok gigi sama cuci muka dulu gih, gue bikinin mie." ujarnya.
Gue pun meluncur ke kamar mandi di sebelah kamar ini, dan mulai membasuh muka gue.
Setelah gue dan Vedora selesai membersihkan sisa-sisa cairan malam di wajah, gue bersiap menyantap semangkok mie yg udah disiapkan diatas meja di ruang tamu.
"Eh, kok mienya cuma satu?" ujar gue begitu sadar.
Vedora cuma tersenyum kecil.
"Elo nggak makan?" tanya gue penasaran.
Vedora mengambil garpu di mangkok itu dan mulai melahap mienya perlahan.
"Terus mie gue mana?" gue masih bingung.
Vedora berjalan ke dapur dan kembali lagi dengan satu garpu baru ditangan, sambil tetap memasang senyum penuh maksudnya.
Gue cuma bisa cengo. Pantes mangkok mienya keliatan gede banget dan isinya lumayan banyak, ternyata dia emang udah ngerencanain hal nggak beres ini.
Yah, daripada nggak makan deh. Keburu laper juga, jadi gue nggak banyak protes. Sayangnya, mie kita nggak pernah nyambung kaya di film-film, jadi nggak bisa ciuman karena nggak sengaja gitu. Padahal pengen banget. Hahaha.
"Jalan yuk." ajak Vedora selesai sarapan.
"Kemana?"
"Kemana ya?" Vedora mendongak ke atas sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan pipi yg digembungin. Pose yg bikin gue gemes.
"Kelamaan mikir ah. Nggak jadi deh." sergah gue.
"Dih, baru juga mikir. Newton aja musti ketiban apel dulu baru bisa mikir." dia cemberut.
Gue tertawa kecil mendengar ucapan itu.
"Eh, ke Monas yuk?" ajak Vedora kemudian.
"Ngapain? Nggak ada ongkos gue." ujar gue jujur.
"Siapa yg suruh ngongkos? Kita jalan aja yuk. Olahraga."
"Udah jem segini baru olahraga?" balas gue sambil menunjuk jam dinding yg menunjukkan pukul 8.
"Buruan! Males amat lo!" dia menarik baju gue dan menyeret gue ke kamar mandi. "Cepetan mandi, Ntar gantian! Abis itu, langsung jalan." paksanya.
Dasar cewek tukang maksa. Kadang bikin kesel setengah mampus, tapi kadang bikin geer juga

0