Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil

[K2HK]



Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.

Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya emoticon-Smilie

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.


Quote:
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
87.6K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
#194
Part 17
Gradak.. Gruduk.. Gradak.. Gruduk..
"Kebo! Bangon!" seseorang menggebrak-gebrak kasur yg sedang gue tiduri.

"Apaan sih? Ganggu lo bener-bener." gue sewot. Mata gue masih terasa berat banget untuk terbuka. Badan gue pun masih lemes karena nyawa belom sepenuhnya balik dari alam mimpi. Tapi bocah di samping gue ini tanpa lelah, terus loncat-loncatan di ranjang gue.

"Bangun! Bangun! Bangun!" dia meneriakkan yel-yel nggak jelas yg bikin kuping gue panas.

Dengan sangat terpaksa gue bangun dari tidur indah gue, dan duduk di sisi tempat tidur. Lalu sedikit meregangkan otot-otot yg terasa kaku dan ngucek-ngucek mata.

"Nah, gitu dong." Vedora langsung bergelayut manja di pundak gue. "Sarapan yuk."

Gue sama sekali nggak menanggapi omongan Vedora. Gue masih ngantuk banget. Mata gue pun sesekali masih terpejam dengan sendirinya.

"Dih, jangan tidur lagi lah. Udah jem 7 nih. Sarapan ayuk." dia menyadarkan gue yg nggak sengaja terpejam.

"Ngantuk, Ve. Baru juga jem 7. Gue baru tidur 3 jem barusan." gue inget tadi malem gue genjreng-genjrengan nggak jelas sama Vedora di balkon, sampe menjelang subuh. Kebiasaan baru gue saat ini, nyanyi dan becanda tengah malem karena insomnia. Dan entah berapa kali pula dia ngebangunin gue pagi-pagi begini buat sarapan.

"Asli, kebo banget. Gue juga cuma tidur 3 jem kali. Buruan lah, uduknya keburu dingin ntar." dia mulai menarik-narik gue menuju dapur, buat sarapan.

Setiap pagi, inilah yg terjadi. Gangguan demi gangguan terus menghantui tidur nyenyak gue. Gue bener-bener nggak kuat ngeladenin tingkah Vedora yg enerjik banget, kaya kuli. Nggak pernah gue sangka sebelomnya, gue bakal jadi baby sitternya Vedora. Tiap hari harus ngeladenin dia maen, jalan-jalan, atau bahkan sekedar maen gitar dan nyanyi. Energi dia kaya nggak pernah abis walaupun dibawa beraktifitas seharian. Yg ada malah gue yg tepar kepayahan.

Malam kembali tiba. Rintik-rintik hujan yg turun deras, menambah dinginnya malam ini. Setelah seharian penuh menemani seorang Vedora, rasa lelah menyergap tubuh gue hingga ke sendi-sendinya yg paling dalam. Gue duduk di dalam ruangan yg tertutup dinding kaca itu. Menatap keluar, menikmati tetesan hujan yg seakan menari dan bernyanyi menghibur gue. Sesaat, gue seperti melupakan sesuatu yg penting dalam hidup gue. Bayang-bayang akan seseorang, terus berkelebat dalam benak gue. Tapi perasaan itu perlahan menghilang, mengepul bersama aroma kopi yg ada di depan gue.

"Diem aja, tumben?" seseorang tiba-tiba memijat pundak gue dari belakang.

"Nggak pa-pa sih. Emang gue harus teriak-teriak?" balas gue sambil menikmati pijatannya dan secangkir kopi buatannya.

"Ya nggak, lah. Biasa kan nyanyi."

Gue menggelengkan kepala gue. Bayangan tentang seseorang itu kembali terbesit di pikiran gue.

"Elo kenapa sih? Kaya ada masalah gitu."

Gue tetep menggelengkan kepala gue.

"Syeanne ya?" dia mendekap gue dari belakang, dan mendekat kan wajahnya ke muka gue.

Seketika gue tersadar, beberapa hari ini gue udah melupakan dia. Betapa hari-hari gue bersama Vedora telah menyisihkannya dari benak gue. Dan sekarang, dia seperti hendak keluar dari sela-sela otak gue yg sempit. Seperti hendak menyampaikan rindunya pada gue. Dan gue pun mengangguk perlahan mendengar bisikan Vedora.

Dia tersenyum kecut disamping gue, "Elo plin-plan banget jadi cowok, Dra." ucapnya. "Kenapa elo nggak bisa tegas sih milih antara gue atau dia."

Gue terkesiap. Kata-kata Vedora bener-bener menusuk gue. Ada rasa sakit sekaligus bersalah di diri gue.

"Capek tau nggak, Dra. Digantungin gini." dia menghela napas panjangnya. "Gue beneran cuma kaya selingkuhan yg wajib nyenengin elo doang." dia menatap nanar ke hujan deras diluar ruangan.

"Sorry, Ve." gue merasa seperti seseorang yg sedang dihakimi. "Kenapa elonya juga mau sih, masuk ke hubungan ini?"

"Terlanjur, Dra. Kita udah sama-sama salah kan? Elo ngeduain cewek lo. Dan begonya, gue jadi yg ketiga diantara elo." dia masih tersenyum kecut.

"Elo udah tau salahkan? Kenapa tetep mau?" gue nggak mau kalah mencecar dia.

"There's no way to return, dude. Keep movin' even if it's a wrong way. That's my way." dia mengucapkan kata itu perlahan, mendikte gue. Lalu menatap mata gue dalam-dalam.

Gue hanya bisa terdiam, melihat mata Vedora yg penuh dengan pemberontakan. Ya, gue dikalahkan hanya dengan tatapan mata yg menakutkan itu. Gue seperti sedang diawasi oleh ratusan serigala yg siap menerkam gue kapan saja.

"Elo tau kan, gue selalu dapet apa yg gue mau? Dan itu berlaku sampe kapanpun, Dra." ujarnya mantap.

Hujan masih turun deras. Angin dan petir terus bersaut-sautan diluar sana. Suasana sekejap menjadi menakutkan buat gue. Terlebih, melihat bagaimana Vedora berucap dan meyakinkan gue.

Vedora memejamkan matanya, dan mengubah raut mukanya. "Ok, lupakan lah. Mending nyanyi aja yuk." dia kembali mengambil gitar tuanya.

Gue hanya mengikuti apa kemauannya, dan perlahan mencoba melupakan kejadian barusan. "Terserah deh. Bikinin kopi lagi dong." pinta gue, mencoba mencairkan suasana.

"Bikin sendiri lah, gantian. Gue mulu, masa?"

"Ya kan yg cewek elo."

"Ye! Emang cewek musti bikin kopi mulu? Gantian ah. Bikinin buat gue sekalian."

Dan akhirnya, kami kembali genjreng-genjrengan nggak tentu arah. Ditemani 2 cangkir kopi buatan gue, kami terus bernyanyi dan tertawa tanpa kenal waktu. Hingga akhirnya, kami berdua tertidur sendiri di samping dinding kaca itu. Ditemani dinginnya malam dan nyanyian dari tetesan hujan. Kami saling memeluk erat satu sama lain tanpa canggung, mencoba saling menghangatkan. Seakan nafsu yg dulu menggebu, kini telah hilang bersama aroma kopi yg hanya tersisa ampasnya itu.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.