Kaskus

Story

Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil

[K2HK]



Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.

Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya emoticon-Smilie

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.


Quote:
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
#175
Part 16
Hari-hari gue di rumah Vedora adalah saat yg sepenuhnya menyenangkan. Betapa kelucuan dia bisa bikin gue terbahak, tampang polos yg diimut-imutinnya kadang bikin gue gemes, dan segala hal yg gue suka tentang dia memberikan warna tersendiri di liburan gue kali ini. Momen yg sulit dilupakan ketika gue bertanya tentang kehidupan dan keluarganya, dan dia bercerita panjang lebar dengan semangat.

Vedora adalah seorang gadis yg lahir di salah satu kota di Perancis, Marseille. Ayahnya asli orang perancis dan ibunya orang palembang. Dia baru pindah ke palembang ketika berumur 10 tahun bersama ibunya, untuk merawat kakek dan neneknya yg sudah tua. Sementara ayahnya tetap bekerja di negara asalnya. 1 tahun berlalu, kakeknya meninggal yg kemudian disusul neneknya 3 tahun kemudian. Setelah meninggalnya kakek dan nenek Vedora, ibunya pun memutuskan kembali ke perancis untuk bertemu sang suami. Namun Vedora sudah terlanjur lebih betah disini dan memutuskan untuk tinggal di Jakarta bersama tantenya, kakak dari ibu Vedora. Dan kedua orang tuanya menyetujui saja permintaan anak tunggalnya itu, tentu setelah dipaksa oleh si gadis kecil.

Di Jakarta sendiri setelah 6 bulan tinggal bersama tantenya, dia merasa kurang betah karena merasa terasing. Dan kemudian dia minta ngekos di deket sekolah. Tapi tantenya menolak dengan alasan kurang aman bagi gadis seumuran Vedora. Tapi memang dasarnya anak kepala batu, dia terus mendesak tantenya hingga akhirnya mengalah. Tapi dia tetep nggak ditempatkan di kos-kosan. Dia ditempatkan di rumah yg kini dia tempati. Rumah tantenya yg sudah nggak terpakai yg kemudian di renovasi lagi untuk tempat tinggal Vedora. Di rumah ini pun sebenarnya dia cuma sendirian. Hanya kadang ada bibi yg membantu membersihkan rumah pada siang hari, dan sore harinya si bibi kembali pulang.

Gue rasa cukup menyenangkan hidup sebagai seorang Vedora yg segala kemauannya pasti dituruti. Tapi dia sendiri mengaku kurang bahagia, dan gue nggak pernah tau apa alasannya. Dia lebih memilih bungkam soal itu.

Malam pertama gue di rumah Vedora. Waktu menunjukkan pukul 11 malam, dan dia menyeret-nyeret gue ke satu ruangan.

"Ayo buruan!" ujarnya.

"Kemana?"

"Ke atas."

Dia menarik gue ke lantai 2. Sebuah ruangan yg cukup luas dan lega karena nggak ada banyak barang disini. Hanya ada sofa tua yg terlihat masih bagus dan beberapa perkakas yg nggak begitu terpakai. Ruangan ini berlantaikan kayu dan ada balkon yg dibatasi pintu kaca dengan penerangan yg agak remang. Suasananya seperti rumah dengan gaya jepang.

"Sini deh." ajaknya sambil membuka pintu kaca itu dan mengajak gue menuju balkon.

"Ngapain sih?" gue heran.

"Ngadem." dia bersandar di balkon itu. "Enak ya?"

"Biasa aja tuh." ucap gue tanpa ekspresi.

"Ah, elo mah. Biasa mulu kalo ditanya." balasnya. Dia memandang sayu ke jalanan yg terbentang di bawahnya. Satu-dua kendaraan masih hilir-mudik di jalan itu. "Sepi ya, Dra?" ujarnya lirih.

"Kenapa sih lo?" gue memandang dia, heran.

"Nggak pa-pa. Gue ngerasa sepi aja." dia memejamkan matanya. Seakan mencari sesuatu didalam otaknya. "Elo pernah nggak sih ngerasa kesepian?" tanyanya.

Gue diem sesaat. "Pernah sih sesekali. Emang kenapa?"

"Nggak pa-pa sih. Eh, nyanyi aja yuk." katanya bersemangat sambil mengambil sebuah gitar tua yg sudah dipenuhi dengan tempelan karakter disney. "Elo bisa maen gitar kan?"

"Bisa sih, tapi cuma kunci dasar doang." ucap gue malu-malu.

"Cupu lo! Hahaha.. Gue dong, jago!" ujarnya menyombongkan diri.

"Bawel. Maen aja kek."

"Yaudah. Mau lagu apa neh?"

"Apa aja lah. Yg penting enak."

"Sip deh. Nih denger ya. Gue nyanyiin lagu buat elo." dia tersenyum.

Dia kembali memejamkan matanya, dan memetik senar gitar itu dengan sepenuh hati. Gue akui, dia emang jago maen gitar. Melodi yg dia petik terdengar begitu asing ditelinga gue. Terdengar seperti musik latin yg cukup sulit untuk gue mainkan. Kemudian dia mulai bernyanyi dalam bahasa inggris. Suaranya pun terdengar indah dan menenangkan. Tapi jujur aja, saat itu gue masih bego banget bahasa inggris. Jadi gue cuma menikmati aja lagu yg dia nyanyikan tanpa tau lirik dan artinya. Belakangan, gue tau lagu itu milik Spice Girl yg berjudul Viva Forever.

Do you still remember how we used to be
Feeling together believe in whatever
My love has said to me
Both of us were dreamers, young love in the sun
Felt like my savior, my spirit I gave you
We'd only just begun

Hasta Manana, always be mine
Viva forever I'll be waiting
Everlasting like the sun
Live forever for the moment
Ever searching for the world

Yes I still remember every whispered word
The touch of your skin, giving life from within
Like a love song that I've heard
Slipping through our fingers, like the sands of time
Promises made, every memory saved
Has reflections in my mind

Hasta Manana, always be mine
Viva Forever, I'll be waiting
Everlasting, Like the sun
Live Forever, For the moment
Ever searching, for the world

But we're all alone, was it just a dream
Feelings untold, They will never be sold
And the secrets safe with me

Hasta Manana, always be mine
Viva Forever, I'll be waiting
Everlasting, Like the sun
Live Forever, for the moment
Ever searching, for the world


"Gimana?" tanyanya begitu selesai bernyanyi.

"Nggak gimana-gimana lah. Gue aja nggak tau artinya." gue jujur.

"Buahahaha!" tawanya lagi-lagi terdengar sangat menyakitkan. "Bego lo ah. Gue kira elo ngerti."

"Emang apaan sih?" gue balik bertanya.

"Apa ya? Kasih tau nggak ya?" dia menggoda gue. "Cari tau sendiri deh."

Gue cuma bisa menghela napas panjang. "Udah yuk ah, tidur aja." ajak gue.

"Semangat amat lo gue ngajak tidur? Elo tidur di kamar yg kiri. Jangan tidur di kamar gue."

"Dih! Yaudah deh." gue langsung lemes. Padahal gue udah ngarep banget bisa tidur bareng dia. Akhirnya gue tidur di kamar yg berbeda dengan Vedora.

Malemnya, begitu gue hendak memejamkan mata. Pintu kamar gue terbuka.

"Sonoan dong." ucap Vedora sambil berjalan memeluk guling.

"Apaan sih? Ganggu aje."

"Sonoan bawel! Gue mau tidur."

"Tidur di kamar lo lah. Udah tau kamar sini sempit."

"Takut." ujarnya singkat sambil merebahkan diri disamping gue.

"Sok sih lo! Nggak mau tidur bareng gue. Udah pindah yuk sebelah."

"Ngoceh ah. Udah sini aja. Sonoan lo tidurnya, jangan deket-deket gue." dia masih tetep memeluk guling.

Yah, akhirnya gue berdua dempet-dempetan tidur di ranjang yg lumayan sempit, tapi dengan posisi yg berlawanan. Yah, dasar bocah. Badan SMA, tingkah TK. Hahaha. Nggak pa-pa deh sempit dikit, yg penting lumayan anget dari tiupan AC di kamar ini emoticon-Malu
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.