- Beranda
- Stories from the Heart
#KalauSukaBilang? [Sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan]
...
TS
cowoktomboi
#KalauSukaBilang? [Sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan]
Spoiler for say hello!:
Spoiler for Inspirasi:
Spoiler for TESTIMONI:
*****
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 353 suara
KEPADA SIAPAKAH SAKTI AKAN MENYATAKAN PERASAAN SUKA-NYA ?
Niken a.k.a Niki
21%
Reini a.k.a Pipi
22%
Hati-nya Sendiri a.k.a dipendam dalam hati
57%
sriwidyaning93 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
415.6K
3.8K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
cowoktomboi
#2470
Kalau Suka Bilang ?
PART 23 - Tak Seindah FTV ( Bagian 2 )
Tii.. kayanya kamu kuliah tahun depan aja ya. Kata bokap gue dengan suara yang cukup berat.
Gue menoleh memalingkan wajah gue dari bokap. Yaudah, pak. Gak apa-apa. Tahun depan aja.
Gue berkata sambil merasakan ada sesuatu di mata gue. Terasa berat. Mata gue mulai berair dan siap untuk mengalir keluar dari kelopak mata. Gue bangkit berjalan keluar meninggal kan bokap yang ada di ruang keluarga. Setelah merasa gue udah ga terlihat lagi dari pandangan bokap, gue menyeka mata gue yang sedikit berembun. Kayanya cuma keluar dua tetes aja.
Ya! Itu sedikit percakapan dan peristiwa sekitar 2 tahun lalu. Gue harus menunda keinginan gue buat kuliah selepas gue lulus SMA karena bokap gue harus di operasi karena sebuah penyakitnya. Biaya yang diperlukan juga gak sedikit. Satu persatu kerdaraan bermotor gue harus di lego dengan dijual atau di gadaikan. Mulai dari yang beroda Dua, Tiga sampai Empat, kecuali Roda Satu. Gue gak punya kendaraan bermotor beroda satu karena gue bukan pemain sirkus.
(masih becanda aja lu tii, padahal gue lagi serius nih bacanya.
). Kejadian ini sebenernya gak perlu terjadi kalau aja bokap bisa mengelola perencanaan keuangan dengan baik sebelum-sebelumnya. Tapi ya sudah lah. Ini bisa gue jadiin pelajaran kelak buat gue sendiri.
Sebelum bokap sadar ternyata penyakitnya harus di operasi, gue sama beliau sempat membahas bagaimana nasib kelanjutan pendidikan gue selepas lulus SMA dan gagal di SPMB
. Gue gagal SPMB karena kebodohan gue sendiri. Saat itu gue bingung mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa. Dan akhirnya entah kesambet setan judi darimana, gue mengambil pilihan di sebuah Universitas yang cukup terkenal dan mengambil 2 jurusan dengan peminat paling banyak. Dalam pikiran gue, masa sih gue gak hoki bisa tembus jurusan yang peminatnya sekitar 1700-an orang dan yang diterima sekitar 80-an orang. Bisa lah gue pasti. Gue percaya sama keberuntungan gue.
. Dan Ketika tes berlangsung, gue mati gaya. Ternyata soalnya susah banget.
tapi gue gak menyerah, lagi-lagi gue kembali mempercayai setan judi yang kayanya udah gue angkat sebagai penasihat spiritual gue. Semua soal gue tembak membabi buta. Gue hajar semuanya tanpa melihat soal. Bener-bener sebuah pembantaian terkejam pasca peristiwa G 30 S PKI.
. Dan akhirnya hasil SPMB keluar di Surat kabar nasional. Hasilnya? Nama gue gak tercantum disana. Tapi gue mencari alasan. Gue merasa Koran yang gue baca ini ada kesalahan cetak dari percetakannya. Ya! Pasti! Untuk itu gue membeli Koran yang berbeda untuk mengetahui nama gue tercetak atau tidak. Dan hasilnya? Nama gue gak ada juga.
Oke! Sesaat gue menyemangati diri gue sendiri terlepas dari kebodohan gue dalam mengikuti SPMB kemarin
, kuliah itu gak harus di negeri. Di swasta juga bisa kan? Tergantung bagaimana kita menjalaninya. Serius atau tidak. Karena itu gue sempat berdiskusi dengan bokap tentang peluang gue buat kuliah di Universitas Swasta entah dimana tempatnya.
Apaaa??! Jogja ?! Ga salah pilih?!. Kata Bokap dengan ekspresi kaget ala Deddy Mizwar ketika mendengar permintaan gue buat kuliah di Jogja.
Gue menggelengkan kepala perlahan, iya. Di Jogja aja.
Siapa yang ngawasin kamu kalo kamu kuliah disana? Kata Bokap.
Malu bapak sama pade bude-mu kalo kamu macem-macem disana. Udah di Jakarta atau Bekasi aja. Mungkin Bokap mengira gue bakal mati perlahan-lahan kalau kuliah di Jogja karena gak ada yang ngurusin gue.
Kalo gue bakal mati perlahan-lahan di Jogja, dengan kata lain, gue bakal mati cepat di Ibukota.
Bokap kayanya lagi berhemat. Kalo ujung-ujungnya gue mati juga, bokap pasti milih biaya perawatan yang paling murah dan cepat.
Satu Jam lebih dihabiskan hanya untuk membahas dimana gue boleh mati. Gue bersikeras memilih mati di pelukan gadis Jogja yang berjalan sepanjang jalan Malioboro, sementara Bokap kayanya tetep milih gue mati di tikam didalam metromini. Akhirnya, gue ngalah. Gue milih buat kuliah di Bekasi aja. Di kampus daerah kalimalang, karena disana banyak temen-temen SMA gue yang kuliah disana. Bokap setuju dan gue teriak kegirangan, gak lupa gue nari kucek-jemur. Lala yeye lalala yeyeye
.
(Oke.. Okee.. gue mulai ngalay lagi
).
Tapi apaboleh buat, setelah itu gue harus ngalah buat kesembuhan Bokap. Gue batal kuliah ditahun 2006. Nyesek. Apalagi ketika gue ngeliat SO Friendster temen-temen Ugalan gue, mereka pada sibuk dengan kegiatan Pra-Kuliah di kampusnya masing-masing.
Tahun itu, selepas lulus SMA dan gagal SPMB. Gue mengisi waktu dengan bantuin nyokap di Toko-nya, jadi re-Seller Merchandise salah satu Band Favorit gue, ClubEighties sampai mulai mengenal Dunia Warnet untuk jadi operator disana. Gak lupa gue belajar lagi buat persiapan SPMB tahun 2007 dan yang paling penting gue kembali memperdalam Ilmu Agama gue, ikut pengajian sana-sini sampai-sampai gue hampir direkrut sama salah satu aliran sesat, En Sebelas.
.
Bener emang kata orang, waktu berjalan cepat sekali kalo gak diliatin
. Gak terasa kesempatan gue untuk mencoba kembali Tes SPMB udah datang lagi. Masih sama seperti tahun sebelumnya, persiapan gue terbatas. Gue teralu sibuk sama urusan-urusan gue dalam mencari duit.Yang membedakan, gue udah gak sebodoh dahulu yang memilih program secara cap-cip-cup. Kali ini gue memilih program-program yang gak jauh berkaitan dengan hal-hal yang berbau Agama dan Syariah. Pilihan kampus pun gue jatuhkan di kampus di Jabotabek. Dan gue juga bisa dibilang udah mandiri. Semuanya udah pake biaya gue sendiri. Bokap udah ga suka nyindir-nyindir gue, ngebanding-bandingin sama abang gue atau ngomel-ngomelin gue karena gue sering main nongkrong pulang malem. Kalo lagi bareng Bokap, Gue lebih banyak diem-dieman sama beliau. Sejujurnya gue masih sedikit marah sama masalah-masalah yang menimpa Bokap. Karena itu gue jadi lebih sedikit gengsi kalau minta apa-apa ke Bokap. Tapi gue tetep sayang sama Bokap, walaupun gue jarang berkomunikasi sama beliau. Gue lebih suka memendam segala macam bentuk perasaan yang memberontak di dalam hati sambil manjat tiang listrik depan rumah. (oke
oke.. ini lebay
). Disaat-saat seperti ini lah gue mulai merasa, mempunyai seorang pacar mungkin bakal bikin gue jadi lebih baik. Saling berbagi, saling support dan saling menyayangi. Cii..Ciii..ciiiyeeeeee
Saktiiii
*tutup muka dengan kedua belah tangan* *lari* *Kesandung Meja* *jatoh* *pingsan*
Tes SPMB gue kali ini berlokasi di UI, Depok. Karena gak mungkin rasanya gue bolak balik kesana karena gue juga baru pertama kali yang namanya ke UI. Gue berencana buat numpang nginep di kosan temen gue Wandi. Anak ugalan. Anak Poltek.
Wan, besok gue ke kosan lo ya. Numpang nginep 2-3 hari. Gue tes SPMB di UI nih. Kata gue ke Wandi saat itu via SMS.
Oke, Te! Semalem 45 Ribu. Belom termasuk makan minum sama ongkos bensin. Haha. Balas si Wandi.
anjir.. Sama temen masih di bisnisin juga.
hahaha.. becanda, Te. Dateng kapan lo besok? Naik apaan ? Tanya Wandi
Siang kali, Wan. Dianter sama abang gue.
Wookee.. Kabar-kabarin aja besok dah, Te. Goodnite. Muah .
kampret!!!! Jadi ngeri gue nginep di kosan lo! -__- .
"wkwkwkwk".
Sesampainya di Depok, lebih tepatnya kosannya Wandi. Bukannya bantuin gue belajar tapi dia malah ngajakin gue jalan-jalan muter-muter UI sama DeTos.
. Gak enak nolak ajakannya karena dia udah kasih numpang gue nginep di Depok, akhirnya gue mengiyakan ajakan dia.
"Lo tes dimana, Te?". Tanya Wandi sambil mengendarai sepeda motornya.
"Di Fakultas MIPA, Wan". Jawab gue sambil melihat berkas-berkas Tes gue.
"ooh.. Disana tuh". Kata Wandi sambil menunjuk sebuah gedung.
"Ooh.. yang itu. Ehm, Wan.. Kita mau kemana sih ini?". Tanya gue lagi. Gue galau.
"Muter-muter aja. Ga pernah kan lo ke UI, SPMB sekarang gak ambil UI kan lo? Kapan lagi kesini coba. Kita ke danau aja, Te". Kata Wandi. Ini anak gak ngerti skala Prioritas gue kayanya.
Sepanjang perjalanan, Gue mencium aroma ketidaklulusan gue Part 2.

Bersambung .
Masa lalu mungkin memang menyakitkan, tapi selalu ada jejak yang bisa dilihat untuk dipelajari.
- Sakti
- Sakti
Tii.. kayanya kamu kuliah tahun depan aja ya. Kata bokap gue dengan suara yang cukup berat.
Gue menoleh memalingkan wajah gue dari bokap. Yaudah, pak. Gak apa-apa. Tahun depan aja.
Gue berkata sambil merasakan ada sesuatu di mata gue. Terasa berat. Mata gue mulai berair dan siap untuk mengalir keluar dari kelopak mata. Gue bangkit berjalan keluar meninggal kan bokap yang ada di ruang keluarga. Setelah merasa gue udah ga terlihat lagi dari pandangan bokap, gue menyeka mata gue yang sedikit berembun. Kayanya cuma keluar dua tetes aja.

Ya! Itu sedikit percakapan dan peristiwa sekitar 2 tahun lalu. Gue harus menunda keinginan gue buat kuliah selepas gue lulus SMA karena bokap gue harus di operasi karena sebuah penyakitnya. Biaya yang diperlukan juga gak sedikit. Satu persatu kerdaraan bermotor gue harus di lego dengan dijual atau di gadaikan. Mulai dari yang beroda Dua, Tiga sampai Empat, kecuali Roda Satu. Gue gak punya kendaraan bermotor beroda satu karena gue bukan pemain sirkus.
(masih becanda aja lu tii, padahal gue lagi serius nih bacanya.
). Kejadian ini sebenernya gak perlu terjadi kalau aja bokap bisa mengelola perencanaan keuangan dengan baik sebelum-sebelumnya. Tapi ya sudah lah. Ini bisa gue jadiin pelajaran kelak buat gue sendiri.Sebelum bokap sadar ternyata penyakitnya harus di operasi, gue sama beliau sempat membahas bagaimana nasib kelanjutan pendidikan gue selepas lulus SMA dan gagal di SPMB
. Gue gagal SPMB karena kebodohan gue sendiri. Saat itu gue bingung mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa. Dan akhirnya entah kesambet setan judi darimana, gue mengambil pilihan di sebuah Universitas yang cukup terkenal dan mengambil 2 jurusan dengan peminat paling banyak. Dalam pikiran gue, masa sih gue gak hoki bisa tembus jurusan yang peminatnya sekitar 1700-an orang dan yang diterima sekitar 80-an orang. Bisa lah gue pasti. Gue percaya sama keberuntungan gue.
. Dan Ketika tes berlangsung, gue mati gaya. Ternyata soalnya susah banget.
tapi gue gak menyerah, lagi-lagi gue kembali mempercayai setan judi yang kayanya udah gue angkat sebagai penasihat spiritual gue. Semua soal gue tembak membabi buta. Gue hajar semuanya tanpa melihat soal. Bener-bener sebuah pembantaian terkejam pasca peristiwa G 30 S PKI.
. Dan akhirnya hasil SPMB keluar di Surat kabar nasional. Hasilnya? Nama gue gak tercantum disana. Tapi gue mencari alasan. Gue merasa Koran yang gue baca ini ada kesalahan cetak dari percetakannya. Ya! Pasti! Untuk itu gue membeli Koran yang berbeda untuk mengetahui nama gue tercetak atau tidak. Dan hasilnya? Nama gue gak ada juga.
Oke! Sesaat gue menyemangati diri gue sendiri terlepas dari kebodohan gue dalam mengikuti SPMB kemarin
, kuliah itu gak harus di negeri. Di swasta juga bisa kan? Tergantung bagaimana kita menjalaninya. Serius atau tidak. Karena itu gue sempat berdiskusi dengan bokap tentang peluang gue buat kuliah di Universitas Swasta entah dimana tempatnya.Apaaa??! Jogja ?! Ga salah pilih?!. Kata Bokap dengan ekspresi kaget ala Deddy Mizwar ketika mendengar permintaan gue buat kuliah di Jogja.
Gue menggelengkan kepala perlahan, iya. Di Jogja aja.
Siapa yang ngawasin kamu kalo kamu kuliah disana? Kata Bokap.
Malu bapak sama pade bude-mu kalo kamu macem-macem disana. Udah di Jakarta atau Bekasi aja. Mungkin Bokap mengira gue bakal mati perlahan-lahan kalau kuliah di Jogja karena gak ada yang ngurusin gue.

Kalo gue bakal mati perlahan-lahan di Jogja, dengan kata lain, gue bakal mati cepat di Ibukota.
Bokap kayanya lagi berhemat. Kalo ujung-ujungnya gue mati juga, bokap pasti milih biaya perawatan yang paling murah dan cepat.
Satu Jam lebih dihabiskan hanya untuk membahas dimana gue boleh mati. Gue bersikeras memilih mati di pelukan gadis Jogja yang berjalan sepanjang jalan Malioboro, sementara Bokap kayanya tetep milih gue mati di tikam didalam metromini. Akhirnya, gue ngalah. Gue milih buat kuliah di Bekasi aja. Di kampus daerah kalimalang, karena disana banyak temen-temen SMA gue yang kuliah disana. Bokap setuju dan gue teriak kegirangan, gak lupa gue nari kucek-jemur. Lala yeye lalala yeyeye
.
(Oke.. Okee.. gue mulai ngalay lagi
).Tapi apaboleh buat, setelah itu gue harus ngalah buat kesembuhan Bokap. Gue batal kuliah ditahun 2006. Nyesek. Apalagi ketika gue ngeliat SO Friendster temen-temen Ugalan gue, mereka pada sibuk dengan kegiatan Pra-Kuliah di kampusnya masing-masing.
Tahun itu, selepas lulus SMA dan gagal SPMB. Gue mengisi waktu dengan bantuin nyokap di Toko-nya, jadi re-Seller Merchandise salah satu Band Favorit gue, ClubEighties sampai mulai mengenal Dunia Warnet untuk jadi operator disana. Gak lupa gue belajar lagi buat persiapan SPMB tahun 2007 dan yang paling penting gue kembali memperdalam Ilmu Agama gue, ikut pengajian sana-sini sampai-sampai gue hampir direkrut sama salah satu aliran sesat, En Sebelas.
. *****
Bener emang kata orang, waktu berjalan cepat sekali kalo gak diliatin
. Gak terasa kesempatan gue untuk mencoba kembali Tes SPMB udah datang lagi. Masih sama seperti tahun sebelumnya, persiapan gue terbatas. Gue teralu sibuk sama urusan-urusan gue dalam mencari duit.Yang membedakan, gue udah gak sebodoh dahulu yang memilih program secara cap-cip-cup. Kali ini gue memilih program-program yang gak jauh berkaitan dengan hal-hal yang berbau Agama dan Syariah. Pilihan kampus pun gue jatuhkan di kampus di Jabotabek. Dan gue juga bisa dibilang udah mandiri. Semuanya udah pake biaya gue sendiri. Bokap udah ga suka nyindir-nyindir gue, ngebanding-bandingin sama abang gue atau ngomel-ngomelin gue karena gue sering main nongkrong pulang malem. Kalo lagi bareng Bokap, Gue lebih banyak diem-dieman sama beliau. Sejujurnya gue masih sedikit marah sama masalah-masalah yang menimpa Bokap. Karena itu gue jadi lebih sedikit gengsi kalau minta apa-apa ke Bokap. Tapi gue tetep sayang sama Bokap, walaupun gue jarang berkomunikasi sama beliau. Gue lebih suka memendam segala macam bentuk perasaan yang memberontak di dalam hati sambil manjat tiang listrik depan rumah. (oke
oke.. ini lebay
). Disaat-saat seperti ini lah gue mulai merasa, mempunyai seorang pacar mungkin bakal bikin gue jadi lebih baik. Saling berbagi, saling support dan saling menyayangi. Cii..Ciii..ciiiyeeeeee
Saktiiii
*tutup muka dengan kedua belah tangan* *lari* *Kesandung Meja* *jatoh* *pingsan*
Tes SPMB gue kali ini berlokasi di UI, Depok. Karena gak mungkin rasanya gue bolak balik kesana karena gue juga baru pertama kali yang namanya ke UI. Gue berencana buat numpang nginep di kosan temen gue Wandi. Anak ugalan. Anak Poltek.
Wan, besok gue ke kosan lo ya. Numpang nginep 2-3 hari. Gue tes SPMB di UI nih. Kata gue ke Wandi saat itu via SMS.
Oke, Te! Semalem 45 Ribu. Belom termasuk makan minum sama ongkos bensin. Haha. Balas si Wandi.
anjir.. Sama temen masih di bisnisin juga.
hahaha.. becanda, Te. Dateng kapan lo besok? Naik apaan ? Tanya Wandi
Siang kali, Wan. Dianter sama abang gue.
Wookee.. Kabar-kabarin aja besok dah, Te. Goodnite. Muah .
kampret!!!! Jadi ngeri gue nginep di kosan lo! -__- .
"wkwkwkwk".
Sesampainya di Depok, lebih tepatnya kosannya Wandi. Bukannya bantuin gue belajar tapi dia malah ngajakin gue jalan-jalan muter-muter UI sama DeTos.
. Gak enak nolak ajakannya karena dia udah kasih numpang gue nginep di Depok, akhirnya gue mengiyakan ajakan dia."Lo tes dimana, Te?". Tanya Wandi sambil mengendarai sepeda motornya.
"Di Fakultas MIPA, Wan". Jawab gue sambil melihat berkas-berkas Tes gue.
"ooh.. Disana tuh". Kata Wandi sambil menunjuk sebuah gedung.
"Ooh.. yang itu. Ehm, Wan.. Kita mau kemana sih ini?". Tanya gue lagi. Gue galau.
"Muter-muter aja. Ga pernah kan lo ke UI, SPMB sekarang gak ambil UI kan lo? Kapan lagi kesini coba. Kita ke danau aja, Te". Kata Wandi. Ini anak gak ngerti skala Prioritas gue kayanya.
Sepanjang perjalanan, Gue mencium aroma ketidaklulusan gue Part 2.

Bersambung .

rafifdx memberi reputasi
1


KALAU SUKA BILANG 