Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil

[K2HK]



Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.

Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya emoticon-Smilie

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.


Quote:
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
87.6K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
#134
Part 15
Esok harinya, gue terbangun dengan kepala yg sangat berat dan badan yg terasa dingin. Mau bangun aja rasanya hampir mustahil. Agaknya gue meriang karena ujan-ujanan semalem. Jadilah gue tiduran terus di ranjang. Sesaat, gue melihat sekeliling kamar ini. Rasanya ada yg ganjil, dan gue merasa asing sama tempat ini. Ah, gue baru sadar kalo ini adalah kamar Vedora. Gue juga baru inget kalo semalem Vedora minta gue nemenin dia.

"Ve?" gue mencoba membuka suara gue yg terasa berat dan serak. Berkali-kali gue memanggil Vedora, tapi nggak ada yg menanggapi panggilan gue. Rumah ini keliatan begitu sunyi.

Sampai akhirnya, pintu kamar ini terbuka. Lalu muncul sesosok perempuan paruh baya dari balik pintu itu. "Eh, tuannya udah bangun? Sebentar ya." katanya, lalu pergi entah kemana.

Nggak begitu lama berselang, Vedora muncul dengan senyum khasnya. "Bangun juga lo, kebo. Hahaha." candanya sambil menghampiri gue.

"Yg tadi itu siapa, Ve?" gue nggak begitu menghiraukan candaan Vedora.

"Itu bibi disini. Kenapa? Naksir?" dia menatap gue dengan tatapan yg aneh. "Eh, elo kok pucet gitu sih? Sakit ya?" katanya begitu melihat muka gue dengan seksama.

"Kayanya sih iya." jawab gue seadanya.

"Kok kayanya? Panas gini badan lo. Bentar ya." Vedora mengambil sebuah remote dan mematikan AC yg ternyata dari tadi nyala. Pantesan dingin banget badan gue. Lalu dia melangkahkan kakinya meninggalkan kamar ini, membiarkan gue sendiri lagi.

Belom sempet gue berpikir apa yg dilakukan Vedora, dia udah balik lagi sambil membawakan gue segelas air putih hangat. "Nih minum." dia menyodorkan gelas itu ke gue.

Gue pun bangun dengan susah payah. Dan tanpa diminta, Vedora membantu gue untuk bangun dan menyandarkan diri gue di tempat tidurnya.

"Lemes banget ya, Dra? Gue udah nyuruh bibi gue beli makanan ama obat kok. Tunggu ya." katanya dengan nada khawatir.

"Sok bae, lo." gue menggoda dia dengan senyuman.

Dia nyubit pinggang gue pelan, "Ih, rese lo! Bukannya terima kasih, malah ngeledek." dia cemberut.

"Iya deh. Terima kasih."

"Nggak ikhlas amat ngucapinnya." dia masih cemberut.

"Emang maunya gimana?"

"Ya gimana, kek. Yg ikhlas."

"Gue kan tadi udah ikhlas ngucapin terima kasihnya."

Dia makin cemberut. Gue hanya bisa tertawa kecil ngeliat tampangnya. Lucu banget, kaya bocah.

"Udah sakit, masih ngetawain orang aja lo!" dia kesel.

"Abis, tampang lo lucu sih." gue masih tertawa.

"Udah lah ketawanya. Gue doain nggak sembuh-sembuh nih!" dia mengancam.

"Jahat amat lo." gue sedikit mengurangi tawa gue.

"Makanya, diem." dia juga mengurangi cemberutnya. "Eh, Dra. Elo kan sakit. Elo nginep disini lagi aja ya, nemenin gue." pintanya, begitu tawa gue berhenti.

"Mana bisa? Gue belom ngasih tau orang rumah."

"Kasih tau lah, telepon. Gampang kan? Atau nggak, ntar sore gue anter lo pulang dulu deh. Bilang mau nginep, sama sekalian ambil baju ganti. Bisa ya, Dra. Please."

"Maksa amat, ampe ambil baju segala. Kaya gue bakal seminggu aja disini."

"Nggak seminggu sih. Elo harus temenin gue selama liburan. Berarti 2 mingguan lebih."

Gue kaget. Tapi belom sempet gue protes, dia udah menimpali duluan "Udah, nggak usah protes lo. Tuh, makanan ama obat udah dateng." katanya sambil mengambil piring dan bungkusan dari bibi yg tadi. Gue gondok setengah mati.

"Gue suapin ya?" dia menawarkan diri.

"Nggak usah, gue makan sendiri aja." gue menolak dengan sedikit kesel karena hal yg tadi.

"Yaudah nih." katanya sambil meletakkan makanan, minuman, dan obat di meja kecil sebelah gue. "Abis makan, istirahat. Nanti sore gue anter elo pulang."

"Bawel lo."

Dia hanya tersenyum. Tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya ke gue, dan mengecup kening gue.

"Gila lo, ya? Orang lagi sakit, seenak-enaknya aja dicium." gerutu gue. Jujur aja gue kurang nyaman dengan hal itu.

"Kata nyokap gue, itu namanya obat spesial. Tiap gue sakit, pasti nyokap gue selalu nyium gue. Terus abis istirahat dikit, gue langsung sembuh deh." jelasnya bersemangat.

Gue hanya menatapnya, heran.

"Elo juga pasti cepet sembuh kok, sayang." katanya sambil mengacak-acak rambut gue. Lalu keluar dan menutup pintu kamar. Meninggalkan gue sendiri untuk beristirahat.

Sore harinya setelah tiduran, badan gue terasa jauh lebih enteng. Entah karena obatnya yg manjur atau karena sugesti dari Vedora, yg jelas gue udah bisa sedikit meregangkan otot gue. Gue menengok keluar rumah, cahaya matahari mulai berpendar kemerahan. Kayanya bentar lagi mulai malem. Gue pun bergegas menghampiri Vedora yg sedang nonton tv di ruang tamu.

"Ve, udah sore nih. Jadi nggak?"

"Eh, lo udah mendingan? Ayo deh." dia langsung buru-buru mengambil sweater putihnya dan berjalan mengikuti gue.

Begitu udah sampe, rumah gue masih terlihat sepi. Agaknya orang-orang rumah belom pada pulang kerja. Hanya ada oma gue yg menyambut kedatangan gue.

"Dari mana aja lo? Jem segini baru balik." oma gue terlihat biasa aja ngeliat gue pulang sore.

"Abis nginep. Ini mau nginep lagi."

"Eh, ini siapa? Pacar lo ya?" tanya oma gue sambil memandang Vedora yg berdiri di depan pintu.

Gue udah mau jawab "Bukan.", tapi Vedora buru-buru menanggapi dengan kata "Iya, popo." sambil tersenyum penuh maksud.

"Cantik banget." puji oma gue.

Akhirnya mereka larut dalam obrolan khas perempuan yg gue nggak ngerti tentang apa. Gue sendiri naik ke kamar dan mengemas beberapa potong baju, dan memasukkannya kedalam tas yg biasa gue bawa ke sekolah. Setelah gue rasa cukup, gue langsung turun dan menghampiri Vedora.

"Udah yuk." ajak gue.

"Eh tunggu, elo mau nginep lama kan? Nih." oma gue menyerahkan beberapa lembar uang untuk makan gue nanti. "Oh iya, tuh cewek jangan lo apa-apain lho ya!" oma gue mewanti-wanti.

"Yailah, Indra bisa jaga diri kali, oma. Nggak usah khawatir gitu lah." balas gue.

"Gue nggak nguatirin elo. Gue nguatirin ceweknya." katanya sambil memandang Vedora. Lalu mereka berdua tertawa. Gue sendiri malah salah tingkah jadinya emoticon-Nohope"Yaudah. Ati-ati ya." kata oma gue tanpa mau menahan gue lebih lama lagi.

Keluarga gue memang membebaskan gue dalam bergaul dengan siapapun. Mereka bahkan mungkin nggak akan mempermasalahkan kalo gue pulang malem atau menggandeng cewek ke dalam kamar gue. Tapi gue tau, mereka begitu karena mereka percaya kalo gue udah bisa bersikap dewasa, dan untungnya gue belom pernah mengecewakan mereka. Jujur aja, lingkungan di sekitar rumah gue pun banyak memberi pelajaran tentang hal itu.

Setelah pamitan seperlunya, gue dan Vedora kembali ke rumahnya. Sepanjang perjalanan, dia menceritakan betapa asiknya oma gue dan betapa senengnya dia ketika gue boleh nginep di rumah dia selama liburan. Dan gue juga nggak bisa bohong sama diri gue sendiri, bahwa sebenernya gue pun seneng banget bisa nginep berdua sama Vedora emoticon-Malu
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.