Kaskus

Story

Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil

[K2HK]



Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.

Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya emoticon-Smilie

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.


Quote:
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
#114
Part 13
Beberapa hari belakangan, adalah hari yg cukup berat buat gue. Gue harus pandai mengatur waktu untuk bertemu Syeanne dan Vedora. Gue nggak mungkin mempertemukan keduanya disaat yg sama. Karena kalo hal itu sampe terjadi, gue bisa pingsan sendiri merasakan aura persaingan dalam diri mereka masing-masing. Kondisi badan gue pun semakin hari semakin melemah. Terlalu banyak hal yg gue pikirkan antara Syeanne, Vedora dan sekolah. Beberapa kali bahkan gue harus tidur di UKS karena pusing yg begitu hebat.

Makanya, pertengahan desember ini cukup membuat gue bisa bernapas lega. Liburan panjang menjelang natal, lebaran dan tahun baru begitu mengangkat beberapa beban berat yg gue pikul belakangan ini. Gue pun udah merencanakan bakal menghabiskan liburan gue dengan tiduran di rumah dan sedikit jalan-jalan sama beberapa anak di kelas gue. Yg pasti, gue harus mengosongkan pikiran gue saat liburan ini. Gue harus menikmatinya.

Malam pertama liburan, gue habiskan dengan tidur-tiduran di kamar. Di luar, hujan turun begitu deras. Cukup bisa menyejukkan suasana kamar gue yg kecil. Masih terbayang di benak gue tentang Syeanne dan Vedora. Gue sendiri udah berusaha memikirkan hal lain untuk mengalihkan perhatian gue dari kedua gadis itu. Tapi mereka seperti memaksa keluar. Merangsek di sela-sela otak gue yg begitu sempit. Beberapa kali, gue menyadari kalo gue sedang melamun tentang mereka.

Tengah malam, gue terhentak dari lamunan gue karena mendengar dering telepon dari ruang tengah. Cukup lama gue biarkan deringan itu karena gue pikir bakal ada orang rumah yg ngangkat. Tapi nyatanya, nggak ada satupun orang yg terbangun. Akhirnya gue berjalan gontai menuju ruang tengah, sumber dari suara itu.

"Siapa sih yg nelpon jem 1 malem gini?" gerutu gue.

Begitu gue udah deket dengan si telepon, deringnya mati begitu aja. Gue dongkol setengah mampus, kaya orang yg lagi di kerjain. Gue langsung berbalik menuju kamar lagi. Nggak begitu lama, telepon itu berdering lagi. Gue tunggu beberapa saat sampai akhirnya gue angkat telepon itu.

"Halo?" sapa gue.

"Indra?" suara seorang gadis yg sedang terisak menyebut nama gue.

"Ya, kenapa?"

"Cepetan kesini. Gue takut. Cepetan, Dra." suara itu begitu berat dan dalam, dan jelas ada isakan dalam tiap tarikan napasnya.

Gue sedikit bergidik. Seketika, gue membayangkan hal yg nggak jelas yg bahkan nggak gue ketahui wujudnya. "Ini siapa?" gue penasaran.

"Gue Vedora. Cepetan ke rumah gue." kata-kata itu membuat gue sedikit lega.

"Eh, Ve? Rumah lo kan jauh. Lagian ini udah malem, Ve."

"Rumah gue deket dari sekolah. Elo cepetan kesini. Gue takut banget. Gue sendirian di rumah."

"Elo udah pindah? Oke, kasih gue alamatnya. Gue kesono."

"Gue nggak tau alamat rumah gue. Yg jelas deket Loka***i, deket sekolah Rah***i. Nomornya 26. Cepetan kesini, Dra. Gue takut banget." dia langsung menutup teleponnya.

Gue panik. Mana ujan masih gede banget, dan gue nggak ada payung. Akhirnya gue nekat nerobos ujan itu dengan berbekal sweater tebal gue satu-satunya.

Cukup lama gue berkeliling mencari rumah yg dimaksud. Hampir 1 jam gue ujan-ujanan tengah malam hanya demi kekhawatiran gue akan Vedora. Tapi karena Vedora juga lah, gue nekat melakukan ini. Setelah muter-muter di sekitar lokasi yg di maksud, gue tertegun di depan sebuah rumah yg nggak terlalu besar. Rumah yg terlihat baru di renovasi ini seakan menahan gue untuk berdiri di depannya. Di sebelah pagarnya, terpampang jelas angka 26. Mungkin ini rumah yg dimaksud Vedora.

Gue menggedor-gedor pagar yg terlihat masih baru itu. Tapi nggak ada jawaban dari yg punya rumah. Entah dapet dorongan darimana, gue nekat memanjat pagar yg digembok dari dalam itu. Gue bener-bener khawatir sama keadaan Vedora. Sampai di depan pintu, gue mencoba membukanya secara paksa. Tapi gagal, pintunya terkunci rapat dari dalam. Gue terus menggedor-gedor pintu itu dan memanggil nama Vedora dari luar.

Beberapa saat, terdengar derap langkah kaki yg terburu-buru menghampiri gue dari dalam. "Klik!" kunci pintu itu terlepas, dan pintunya terbuka. Vedora berdiri di hadapan gue. Mukanya pucat pasi dan matanya memerah dengan airmata yg membanjiri pipinya.

"Plak!" tiba-tiba dia menampar gue tanpa alasan yg jelas.

"Elo kenapa, Ve?" gue kaget.

"Bagh! Bugh! Bagh! Bugh!" dia menyerang gue secara membabi buta. Pukulan dan tendangan yg diberikan ke gue bener-bener dengan tenaga penuh. Gue merasa ngeri dengan apa yg ada di hadapan gue. Vedora bener-bener seperti orang yg nggak gue kenal sebelumnya. Gue hanya bisa bertahan dari serangannya. Beberapa lama, akhirnya dia berhenti sendiri.

"Elo kemana aja sih! Elo tau nggak sih kalo gue butuh elo! Brengsek lo! Elo nggak tau ya gue ketakutan setengah mati? Elo jahat, Dra! Elo jahat sama gue!" cecarnya sambil menangis dan beberapa kali masih memukul gue.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.