Kaskus

Story

Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil

[K2HK]



Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.

Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya emoticon-Smilie

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.


Quote:
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
#99
Part 12
Syeanne menarik napasnya dalam-dalam, "Mulai hari ini, semuanya akan terasa sulit buat gue."

Gue tertunduk lesu, "Maksud lo apa?"

"Maksud gue, perjuangan gue buat bikin elo sayang sama gue bakal semakin berat." dia menggenggam erat tangan gue.

Gue bales genggaman tangannya.

"Tuhan, tolong beri aku kekuatan. Aku tulus menyayanginya, seperti Kau menyayangi anakmu. Aku percaya, suatu saat nanti dia juga akan tulus menyayangiku. Beri aku kekuatan sampai saat itu tiba, Tuhan." dia menerawang jauh ke awang-awang. Tatapannya berbinar. Doanya yg begitu tulus, menusuk telinga gue.

Hati gue mencelos. Seperti ada semilir angin yg menembus kepala gue. Tetes airmata gue mengalir perlahan tanpa gue sadari. Ada rasa penyesalan bercampur bahagia yg luar biasa, bergejolak dalam hati. Gue seperti orang yg limpung. Syaraf-syaraf gue seakan melemah dengan sendirinya.

Gue berlutut di hadapan Syeanne, mencium jemari tangannya yg lembut. "Maapin gue, Syeann.."

Belom sempet gue berbicara, Syeanne buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman gue dan menuntun gue untuk berdiri. "Elo apa-apaan sih? Elo cowok bukan? Cowok itu nggak boleh sembarangan berlutut di depan cewek. Itu dosa buat cowok, tau nggak?" dia memeluk gue, erat. "Sesayang-sayangnya elo sama cewek, elo harus tetep berdiri di hadapan dia dengan kepala yg tegak. Elo harus angkuh. Itu baru cowok." betapa damainya tiap kata yg dia ucapkan ke gue.

"Kenapa sih Syeann, sifat lo kaya gini banget." gue membalas pelukan Syeanne.

"Karena gue sayang Dra, sama elo."

Kami berdua terdiam. Menikmati hangatnya pelukan masing-masing. Suara deru kendaraan yg meraung tanpa henti di luar sana, seakan menjadi musik pengiring adegan kami di dalam kelas.

Hari-hari selanjutnya, gue mulai berusaha sekuat mungkin untuk menghindar dari Vedora. Seperti ada rasa tanggung jawab yg harus gue emban. Gue nggak mau menyia-nyiakan kasih sayang Syeanne yg begitu tulus ke gue. Gue berusaha bersikap sedingin mungkin di hadapan Vedora, walaupun gue masih tetap sulit menolak ajakan Vedora. Dan sepertinya, Vedora juga melihat perubahan sikap gue.

Beberapa hari setelah itu, Vedora masih mengajak gue makan bareng di kantin.

"Elo kenapa sih, Dra? Dingin amat. Sok cool, lo." Vedora mencoba mencairkan suasana yg terlihat kaku ini.

Gue hanya terdiam, mencoba mengacuhkan dia.

"Oi, jawab kek! Ngeselin lo ah!" dia buang muka, ngambek.

Sebenernya, pengen banget gue becandain dia. Gue pengen nyubit pipinya. Gue pengen ngatain dia. Gue pengen merasa bebas seperti itu. Tapi entah kenapa, ada sesuatu yg memaksa gue untuk terus diam dan diam. Cukup lama gue diam, sampai akhirnya Vedora yg merasa bosan sendiri.

Breeeeeeeeegggghhh.
Vedora memeluk gue dengan manja, "Elo kenapa sih? Akhir-akhir ini lo jadi berubah." dia menyandarkan kepalanya di bahu gue.

"Nggak pa-pa, Ve. Nggak mood doang, gue." jawab gue berbohong.

"Ah, boong lo. Gue nggak percaya." suaranya terdengar sangat dalam.

Gue masih terdiam.

"Jangan berubah, Dra. Gue nggak mau elo kaya gini. Gue pengen elo kaya dulu lagi."

Bahu gue seketika basah. Mata Vedora terpejam, ada bulir-bulir air mengalir perlahan dari sela-sela kelopak matanya.

Gue kembali kalut. Gue nggak pernah ngeliat Vedora sesedih ini. Apakah yg gue lakukan ini bener-bener menyakiti dia? Sebenernya, gue hanya bermaksud membuat dia melepaskan perhatiannya dari gue perlahan. Gue nggak pernah ada maksud bikin dia nangis seperti ini. Gue lagi-lagi merasa bersalah sama dia.

"Maap, Ve. Gue nggak berubah kok. Cuma perasaan lo doang paling." gue merangkul pundak Vedora.

"Ah, boong aja lo bisanya." dia membenamkan mukanya di bahu gue yg semakin basah.

"Elo nangis ya? Hayo.. Vedora nangis." gue menggoda dia. Gue nyolek-nyolek pinggangnya.

"Nggak kok, siapa yg nangis?" dia mengelap air matanya di baju gue. "Gue cuma kelilipan, tuh."

"Ye, nangis mah nangis aja, nggak usah pake boong. Mana baju gue lagi yg dipake buat ngelap." gue sewot.

Dia nyubit pinggang gue, kenceng banget. "Dibilang gue kaga nangis, ih! Nggak percayaan lo!"

"Boong.. Boong.. Boong.." gue berkali-kali menggelitik perutnya.

Gue nggak pernah bisa membohongi diri gue sendiri, bahwa sebenernya gue jauh lebih nyaman dan lepas bersama Vedora. Betapa gue merasa bahwa Vedora lah yg bisa membuat gue tersenyum dan tertawa bahagia. Gue hanya seperti secarik kertas yg sedang terbang terombang-ambing oleh angin. Tak pernah tentu arahnya. Syeanne dan Vedora seakan nggak pernah membiarkan gue menentukan pilihan gue sendiri.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.