Kaskus

Story

Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil

[K2HK]



Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.

Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya emoticon-Smilie

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.


Quote:
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
#90
Part 11
Sejak saat itu, Vedora makin nempel ke gue. Makin nggak ngeliat sekeliling. Setiap saat, dimanapun itu, kalo dia ngeliat gue pasti langsung menggelayut manja di pundak gue. Dia bahkan nggak pernah peduli sekalipun ada Syeanne atau guru yg lewat di depannya. Dan bisa ditebak, gue cuma bisa diem dan menikmati permainannya itu. Tapi, selalu ada penyesalan dalam diri gue sehabis itu. Gue selalu merasa bersalah banget sama Syeanne. Sikap baik Syeanne nggak pernah berubah sedikitpun ke gue hanya karena kejadian seperti itu.

Satu hari di awal Desember. Vedora dengan semangat menggebu-gebu menarik-paksa gue ke kantin. Dia bilang sih, dia mau nraktir gue lagi. Beberapa hari belakangan, dia jadi sering mentraktir gue tanpa ada maksud apa-apa. Gue juga sedikit heran, karena duitnya kebanyakan malah dipake buat makan gue. Kadang gue merasa nggak enak, tapi pikiran itu gue buang jauh-jauh saat melihat tampang senengnya ketika nraktir gue.

"Dra, mau tau sesuatu nggak?" Vedora membuka pembicaraan dengan senyum-senyum-najis emoticon-Big Grin

"Apaan?"

"Tebak dong. Kalo gue seneng, biasanya kenapa?" dia mau bikin gue penasaran emoticon-Smilie

"Mana gue tau. Elo dapet pacar?" tebak gue sekenanya.

Dia menggeleng diiringi senyum dengan berjuta maksud.

"Terus apaan?" gue heran.

"Gue bentar lagi pindah rumah ke deket sini, lho!" dia antusias banget ngabarin berita itu.

"Terus kenapa?" gue tetep bingung emoticon-Bingung (S)

"Ih, terus-terusan mulu! Itu tandanya, rumah gue deket sama rumah lo nanti."

Gue mengernyitkan dahi. Apa istimewanya dia pindah ke deket rumah gue?

"Seneng kek! Itu tandanya kita bisa ketemuan tiap malem!" cecarnya.

"Oh.. Yaudah." jawab gue singkat.

Dia mendengus, "Elo mah! Nggak ada ekspresinya sama sekali!" katanya dengan muka cemberut yg dibuat-buat.

"Iya deh. Gue senyum nih." gue buka senyum gue selebar mungkin emoticon-Big Grin

Dia malah nabok idung gue, "Jijik lo!" emoticon-Mad:

Gue terbahak sambil megangin idung gue yg lumayan sakit kena tabokan Vedora.

"Eh, Dra.." suara Vedora tertahan.

Gue menunggu kelanjutan pembicaraannya.

Hening sesaat.

"Nggak jadi deh." dia nyengir kuda.

"Nggak jelas lo, asli." giliran gue yg nyubit pipinya.

Akhirnya, waktu di kantin kami habiskan dengan pukul-pukulan dan kata-kataan. Dan gue harus ngalah, karena nggak mungkin bagi gue buat mukul cewek. Paling mentok, gue cuma ngatain dia pake bahasa kebon binatang.

Sepulang sekolah, Syeanne kembali meminta gue untuk tinggal sebentar di dalam kelas. Kayanya ada yg mau dia omongin. Dan gue menuruti aja apa permintaannya.

"Dra, nih liat. Lucu nggak?" dia menunjukkan kalung putih berliontin lumba-lumba perak.

"Bagus tuh. Kenapa?" gue tersenyum.

"Gue baru beli kemaren. Bagus ya?" dia seneng banget ketika gue bilang kalung itu bagus. "Oh iya, nih buat elo." dia menyodorkan gantungan kunci dengan motif yg sama persis kaya liontin yg dia pake.

"Thanks yah. Kok bisa sama sih lumba-lumbanya?" entah kenapa, gue cukup seneng diberi bingkisan seperti itu.

"Iya, tadinya itu juga kalung kok. Gue beli sepasang. Cuma karena gue pikir elo nggak mau make aksesoris cewek, jadi liontinnya gue jadiin gantungan kunci aja. Keren nggak?" dia terlihat sangat bahagia

Gue hanya tersenyum, memandang wajah Syeanne yg kelihatan bersih dan bersinar hari ini. Ada aura kebahagiaan terpancar dari senyum manisnya. Seketika, gue merasa bangga bisa kenal sama gadis ini.

"Sini gantungannya. Gue pasangin di tas lo." dia menawarkan diri.

Gue serahkan tas yg sedari tadi gue gendong itu ke dia.

Nggak butuh waktu lama bagi dia buat masang gantungan kunci itu di tas gue. Tapi, tiba-tiba raut wajahnya berubah. Dia menatap hampa ke liontin yg udah menempel di tas hitam itu. Cukup lama dia terdiam. Gue merasakan ada sesuatu yg mengganjal hatinya saat itu. Auranya bener-bener berubah 180 derajat kali ini. Gue sendiri seperti memandang sesosok patung tanpa ekspresi.

"Elo kenapa, Syeann? Ada yg aneh ya sama gantungannya? Gue suka kok." gue mencoba menyadarkan dia.

Syeanne hanya menggeleng. "Bukan gantungannya, Dra."

"Terus, apaan?"

"Dra, akhir-akhir ini gue liat elo makin deket banget deh sama cewek yg dari kelas sebelah itu."

Gue tertohok. Gue nggak nyangka, akhirnya dia mulai merasa janggal dengan hubungan gue sama Vedora. Seketika, pikiran gue kalut. Ada rasa takut yg entah darimana datangnya. Gue takut hubungan gue dan Syeanne harus berakhir disini. Saat gue mulai bisa menyayangi dia apa adanya.

"Uhm, gue sama dia cuma temen kok, Syeann." ucap gue.

Dia kembali menggeleng, "Nggak, Dra. Gue cewek, dan gue tau banget kalo dia sebenernya sayang sama elo."

Gue merasa terhenyak. Gue nggak bisa menyangkal kalo gue juga sayang sama Vedora. Tapi gue nggak pernah tau bagaimana perasaan Vedora ke gue.

"Elo cemburu, Syeann?"

Dia mengangguk, "Pasti, Dra. Dari awal sebenernya gue juga udah cemburu kok."

Gue makin terbawa perasaan tentang Syeanne.

"Tapi gue sadar, gue nggak bisa seenaknya cemburu sama elo." Syeanne terus berbicara. "Gue tau, elo masih dalam tahap menyayangi gue. Dan gue nggak mau merusak itu hanya karena sedikit kecemburuan."

Gue hanya bisa diem mendengarkan segala ucapan Syeanne.

"Dra, gue tau adakalanya kita merasa bosen sama pasangan kita. Elo pasti juga pernah bosen kan sama gue? Gue nggak pernah ngelarang elo kok buat berhubungan sama cewek laen, selama itu cuma buat obat bosen lo doang. Gue bisa nerimanya. Asalkan elo jujur, Dra." dia tetap berucap, "Elo sayang dia kan, Dra?"

Pertanyaan itu membunuh gue. Di satu sisi, gue bener-bener sayang sama Vedora. Di sisi lain, gue mulai merasa nggak mau kehilangan Syeanne. Gue nggak tau harus jawab apa. Gue hanya bisa diam.

"Jawab, Dra. Elo sayang kan sama dia?" dia memeluk tas gue dan meletakkan dagunya di atas tas hitam itu.

Gue masih terdiam.

"Nggak usah dijawab, ya? Gue tau kok jawaban lo." dia memberi gue senyuman yg lembut, "Karena itu, mulai hari ini ..." suaranya tertahan di kerongkongan.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.