- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah 2 Hati Kecil
...
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil
[K2HK]
Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.
Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya
Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.
[K2HK]
Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.
Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.
Quote:
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Pujangga.Sesat
#89
Part 10
Hari senin selalu menjadi momok bagi kehidupan SMA gue. Dan gue yakin, kebanyakan orang juga akan berpikir hal yg sama. Apalagi bagi seorang pemalas seperti gue. Selalu ada hal yg kurang menyenangkan terjadi di hari senin. Seperti peer yg belom dikerjain, ulangan mendadak, tugas yg masih nganggur, dan yg paling bikin males di hari senin adalah; Upacara.
Nggak tau kenapa, bagi gue upacara itu adalah hal yg sangat membosankan, dan akan lebih membosankan lagi jika yg pidato di mimbar makan waktu terlalu lama. Kadang gue sering kena hukuman karena ketauan ribut dibelakang barisan. Sebenernya salah gue juga, karena upacara adalah sesuatu yg sakral di negara ini. Makanya, bagi yg masih sekolah, jangan niru gue ya.
Hari senin ini, masih sama seperti sebelumnya. Masih tetap menyebalkan. Beberapa kali, gue seperti melamun sendiri di tengah hiruk pikuknya kelas gue. Gue masih terbayang kejadian demi kejadian yg gue lewati kemarin. Jauh lebih menyenangkan dibanding hari ini. Vedora. Nama itu terpaku di otak gue.
"Kenapa lo, Dra? Bengong aje." Tepukan Syeanne menyadarkan lamunan gue.
"Eh, nggak kok. Nggak pa-pa." gue mencoba bersikap sebiasa mungkin.
"Alah, pasti ada yg elo pikirin kan? Apaan sih?" Syeanne cukup antusias mengintrogasi gue.
"Mau tau aja lo, ah." gue mencibir.
"Yah, sama gue aja maen rahasia-rahasiaan. Nggak seru ah." dia nyolek-nyolek pinggang gue. "Oh iya, kemaren kenapa lo? Telepon gue dimatiin gitu aja." tanya Syeanne.
Beberapa saat, gue nyari alasan yg tepat buat ngejawab pertanyaannya, "Kemaren gue ada janji sama orang. Begitu lo telpon, gue baru sadar kalo gue kesiangan. Jadi buru-buru deh."
"Oh.." dia menanggapi gue dengan singkat.
"Emang ada apa sih? Kok kemaren lo ngajak gue ke GM? Mendadak amat?"
"Tadinya gue pengen minta lo nemenin gue beli kado. Nyokap gue ultah hari kamis besok. Tapi elonya ngabur duluan."
"Terus, lo jadi nggak ke GM?"
"Jadi sih. Tapi sendirian."
"Oh, ya sorry deh. Elonya sih ngasih taunya mendadak. Keburu gue ada janji duluan sama orang."
"Sorry juga deh. Gue kan nggak tau. Gue kira hari minggu elo nganggur." dia sedikit menundukan kepala, "Eh, tanya sebentar deh Dra." raut muka Syeanne mendadak berubah.
"Apaan?"
"Elo kemaren kemana? Boleh tau nggak?"
"Lho, emang kenapa?" gue sedikit heran sama pertanyaan Syeanne.
"Nggak pa-pa. Tanya aja. Jawab dong."
"Kemaren gue kerumah temen gue. Ngerjain tugas." jawab gue, berbohong.
"Beneran?" Syeanne menyelidik.
"Iya. Emang kenapa, sih?"
Syeanne tersenyum. Kelegaan terpancar dari wajahnya. "Berarti kemaren gue salah liat beneran. Hehehe."
"Apaan sih? Sok aneh lo."
"Nggak pa-pa. Soalnya kemaren gue liat ada orang mirip elo lagi ciuman sama cewek di Kota Tua. Hahaha.. Tapi gue liatnya dari kejauhan sih. Gue pikir juga, gue pasti salah liat. Taunya emang beneran salah liat gue." dia tersenyum lebar.
Degg! Jantung gue serasa abis di palu. Keringet dingin mengucur deres seketika. Entah kenapa, gue takut banget kalo sampe ketauan bahwa yg di Kota Tua itu beneran gue.
"Salah liat, lo. Gue kemaren dirumah temen gue ampe malem." gue terus berbohong.
"Iya, gue tau. Gue percaya kok sama elo." dia tersenyum.
"Elo ngapain ke Kota Tua? Bukannya elo ke GM?" gue sedikit penasaran sekaligus was-was.
"Cuma jalan-jalan, sih. Daripada bete, abis dari GM, gue langsung bablas ke Kota Tua aja. Cari angin bentar, baru pulang."
"Oh." gue respon singkat.
Pulangnya, gue berinisiatif nemuin Vedora. Gue pengen sekedar curhat ke dia tentang Syeanne. Tentunya, gue nungguin Syeanne bener-bener pulang duluan supaya nggak ketauan.
Setelah gue rasa keadaan cukup aman, gue mulai menemui Vedora yg udah gue suruh nunggu di kantin.
"Kemana aja, lo? Kebiasaan ah, telat mulu." Vedora sedikit cemberut
"Nunggu sepi aja, Ve. Hehehe.." gue terkekeh
"Demennya yg sepi-sepi, lo. Biar romantis lagi ya? Hahahaha.." dia ketawa lebar.
"Kebanyakan nonton film, lo. Romantis mulu."
"Bodo, bwek! Ada apaan sih lo nyuruh gue kesini?" Vedora penasaran.
"Eh, Syeanne kemaren ......" belom selese gue ngomong, Vedora udah keburu motong.
"Oh.. Dia udah tau ya? Cemburu nggak dia?" Vedora tersenyum penuh arti.
"Hah? Cemburu? Emang kenapa?" gantian gue yg bingung.
"Lho? Bukannya dia nanya soal gue yg nyium lo kemaren ya?"
"Kok elo tau?"
"Ya tau lah. Lo pikir, kenapa gue nyium lo kemaren siang?"
Gue rada mikir. Agak susah juga mencerna kata-kata Vedora kali ini. Hingga akhirnya gue sadar.
"Jadi elo kemaren nyium gue karena elo ngeliat ada Syeanne, gitu?"
Vedora cuma ngangguk sambil senyum.
Gue shock. Gue bener-bener nggak ngerti. Permainan macam apa yg sedang dipikirkan cewek satu ini.
"Jadi, dia cemburu nggak?" cecar Vedora.
Gue menggeleng, "Gue boong sama dia. Dia juga bilangnya salah liat."
Vedora cemberut seketika, "Bego lo ah! Gue udah seiya-iyanya juga bikin dia cemburu. Elonya malah ngeboong. Bego lo!" Vedora maki-maki gue seenaknya.
Gue cuma diem. Nggak pernah terpikir sedikitpun di benak gue tentang kejadian waktu itu. Seperti skenario yg dibuat Vedora.
"Capek tau ga? Mau ngebantuin, yg dibantu malah kaya bego!" dia masih ngoceh seenak jidatnya.
"Salah elo sendiri, elo kaga bilang-bilang dulu sama gue." gue membela diri.
Dia makin cemberut, "Gue berbuat kaya gitu kan pasti ada alesannya. Nggak mungkin gue nyium orang sembarangan. Emang gue cewek gampangan?" dia menjelaskan ke gue.
"Tetep aja. Kalo lo nggak bilang dulu, mana gue bisa tau?"
"Ya, berarti elo yg nggak peka. Capek ah ngomong sama lo." dia mendengus. "Udah ah, gue balik. Sopir gue udah nungguin dari tadi." dia berbalik menuju gerbang sekolah.
"Eh, Ve. Nanya bentar."
"Apaan lagi?" tanya Vedora sedikit kesel
:
"Kalo siang itu lo nyium gue karena satu alesan, apa alesan lo nyium gue kedua kalinya pas malem?" tanya gue penasaran.
Vedora noleh dengan bibir yg dimanyunin, "Makanya, jadi orang yg peka dikit dong! Pikir aja sendiri!" sambil berlalu, sampai akhirnya dia menghilang di balik tembok luar kelas.
Pikir sendiri? Gue udah memikirkan itu, dan belom dapet jawabannya sampe sekarang. Apaan sih, Ve?
Nggak tau kenapa, bagi gue upacara itu adalah hal yg sangat membosankan, dan akan lebih membosankan lagi jika yg pidato di mimbar makan waktu terlalu lama. Kadang gue sering kena hukuman karena ketauan ribut dibelakang barisan. Sebenernya salah gue juga, karena upacara adalah sesuatu yg sakral di negara ini. Makanya, bagi yg masih sekolah, jangan niru gue ya.
Hari senin ini, masih sama seperti sebelumnya. Masih tetap menyebalkan. Beberapa kali, gue seperti melamun sendiri di tengah hiruk pikuknya kelas gue. Gue masih terbayang kejadian demi kejadian yg gue lewati kemarin. Jauh lebih menyenangkan dibanding hari ini. Vedora. Nama itu terpaku di otak gue.
"Kenapa lo, Dra? Bengong aje." Tepukan Syeanne menyadarkan lamunan gue.
"Eh, nggak kok. Nggak pa-pa." gue mencoba bersikap sebiasa mungkin.
"Alah, pasti ada yg elo pikirin kan? Apaan sih?" Syeanne cukup antusias mengintrogasi gue.
"Mau tau aja lo, ah." gue mencibir.
"Yah, sama gue aja maen rahasia-rahasiaan. Nggak seru ah." dia nyolek-nyolek pinggang gue. "Oh iya, kemaren kenapa lo? Telepon gue dimatiin gitu aja." tanya Syeanne.
Beberapa saat, gue nyari alasan yg tepat buat ngejawab pertanyaannya, "Kemaren gue ada janji sama orang. Begitu lo telpon, gue baru sadar kalo gue kesiangan. Jadi buru-buru deh."
"Oh.." dia menanggapi gue dengan singkat.
"Emang ada apa sih? Kok kemaren lo ngajak gue ke GM? Mendadak amat?"
"Tadinya gue pengen minta lo nemenin gue beli kado. Nyokap gue ultah hari kamis besok. Tapi elonya ngabur duluan."
"Terus, lo jadi nggak ke GM?"
"Jadi sih. Tapi sendirian."
"Oh, ya sorry deh. Elonya sih ngasih taunya mendadak. Keburu gue ada janji duluan sama orang."
"Sorry juga deh. Gue kan nggak tau. Gue kira hari minggu elo nganggur." dia sedikit menundukan kepala, "Eh, tanya sebentar deh Dra." raut muka Syeanne mendadak berubah.
"Apaan?"
"Elo kemaren kemana? Boleh tau nggak?"
"Lho, emang kenapa?" gue sedikit heran sama pertanyaan Syeanne.
"Nggak pa-pa. Tanya aja. Jawab dong."
"Kemaren gue kerumah temen gue. Ngerjain tugas." jawab gue, berbohong.
"Beneran?" Syeanne menyelidik.
"Iya. Emang kenapa, sih?"
Syeanne tersenyum. Kelegaan terpancar dari wajahnya. "Berarti kemaren gue salah liat beneran. Hehehe."
"Apaan sih? Sok aneh lo."
"Nggak pa-pa. Soalnya kemaren gue liat ada orang mirip elo lagi ciuman sama cewek di Kota Tua. Hahaha.. Tapi gue liatnya dari kejauhan sih. Gue pikir juga, gue pasti salah liat. Taunya emang beneran salah liat gue." dia tersenyum lebar.
Degg! Jantung gue serasa abis di palu. Keringet dingin mengucur deres seketika. Entah kenapa, gue takut banget kalo sampe ketauan bahwa yg di Kota Tua itu beneran gue.
"Salah liat, lo. Gue kemaren dirumah temen gue ampe malem." gue terus berbohong.
"Iya, gue tau. Gue percaya kok sama elo." dia tersenyum.
"Elo ngapain ke Kota Tua? Bukannya elo ke GM?" gue sedikit penasaran sekaligus was-was.
"Cuma jalan-jalan, sih. Daripada bete, abis dari GM, gue langsung bablas ke Kota Tua aja. Cari angin bentar, baru pulang."
"Oh." gue respon singkat.
Pulangnya, gue berinisiatif nemuin Vedora. Gue pengen sekedar curhat ke dia tentang Syeanne. Tentunya, gue nungguin Syeanne bener-bener pulang duluan supaya nggak ketauan.
Setelah gue rasa keadaan cukup aman, gue mulai menemui Vedora yg udah gue suruh nunggu di kantin.
"Kemana aja, lo? Kebiasaan ah, telat mulu." Vedora sedikit cemberut

"Nunggu sepi aja, Ve. Hehehe.." gue terkekeh

"Demennya yg sepi-sepi, lo. Biar romantis lagi ya? Hahahaha.." dia ketawa lebar.
"Kebanyakan nonton film, lo. Romantis mulu."
"Bodo, bwek! Ada apaan sih lo nyuruh gue kesini?" Vedora penasaran.
"Eh, Syeanne kemaren ......" belom selese gue ngomong, Vedora udah keburu motong.
"Oh.. Dia udah tau ya? Cemburu nggak dia?" Vedora tersenyum penuh arti.
"Hah? Cemburu? Emang kenapa?" gantian gue yg bingung.
"Lho? Bukannya dia nanya soal gue yg nyium lo kemaren ya?"
"Kok elo tau?"
"Ya tau lah. Lo pikir, kenapa gue nyium lo kemaren siang?"
Gue rada mikir. Agak susah juga mencerna kata-kata Vedora kali ini. Hingga akhirnya gue sadar.
"Jadi elo kemaren nyium gue karena elo ngeliat ada Syeanne, gitu?"
Vedora cuma ngangguk sambil senyum.
Gue shock. Gue bener-bener nggak ngerti. Permainan macam apa yg sedang dipikirkan cewek satu ini.
"Jadi, dia cemburu nggak?" cecar Vedora.
Gue menggeleng, "Gue boong sama dia. Dia juga bilangnya salah liat."
Vedora cemberut seketika, "Bego lo ah! Gue udah seiya-iyanya juga bikin dia cemburu. Elonya malah ngeboong. Bego lo!" Vedora maki-maki gue seenaknya.
Gue cuma diem. Nggak pernah terpikir sedikitpun di benak gue tentang kejadian waktu itu. Seperti skenario yg dibuat Vedora.
"Capek tau ga? Mau ngebantuin, yg dibantu malah kaya bego!" dia masih ngoceh seenak jidatnya.
"Salah elo sendiri, elo kaga bilang-bilang dulu sama gue." gue membela diri.
Dia makin cemberut, "Gue berbuat kaya gitu kan pasti ada alesannya. Nggak mungkin gue nyium orang sembarangan. Emang gue cewek gampangan?" dia menjelaskan ke gue.
"Tetep aja. Kalo lo nggak bilang dulu, mana gue bisa tau?"
"Ya, berarti elo yg nggak peka. Capek ah ngomong sama lo." dia mendengus. "Udah ah, gue balik. Sopir gue udah nungguin dari tadi." dia berbalik menuju gerbang sekolah.
"Eh, Ve. Nanya bentar."
"Apaan lagi?" tanya Vedora sedikit kesel
:"Kalo siang itu lo nyium gue karena satu alesan, apa alesan lo nyium gue kedua kalinya pas malem?" tanya gue penasaran.
Vedora noleh dengan bibir yg dimanyunin, "Makanya, jadi orang yg peka dikit dong! Pikir aja sendiri!" sambil berlalu, sampai akhirnya dia menghilang di balik tembok luar kelas.
Pikir sendiri? Gue udah memikirkan itu, dan belom dapet jawabannya sampe sekarang. Apaan sih, Ve?
0