- Beranda
- Stories from the Heart
Kereta terakhir ke kamar kita
...
TS
rahan
Kereta terakhir ke kamar kita
Quote:
Diubah oleh rahan 17-02-2016 01:29
anasabila memberi reputasi
1
28.8K
213
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rahan
#122
Masih malam yang sama. Pukul sebelas malam. Ayako sudah pergi tidur sejak jam 9 tadi. Hanya Lowry dan ayahnya duduk mematung di depan televisi tanpa ada saling tegur sapa. Sudah satu jam keadaannya seperti itu. Lowry malas untuk memulai percakapan. Ia tahu ayahnya biasanya akan mencerewetinya dalam banyak hal.
"Bagaimana, apa kau ada niat untuk ikut ayah ke Jepang?" ayahnya tiba-tiba saja memecah kesunyian.
Lowry tidak menjawab apapun.
"Kau tahu, kau bisa melihat banyak hal baru seandainya kau memperluas pandanganmu."
"Aku tidak tahu aku punya adik tiri hingga hari ini. Apa ada rahasia lain yang perlu engkau ceritakan hari ini, Ayah?" Lowry Junior menggeram kesal.
"Kau akan berulang tahun yang ke 26 bulan Oktober yang akan datang, benar?"
"Ya,"Lowry tak tahu alasan ayahnya menanyakan hal tersebut.
"Kau tahu berapa umurku?" tanya ayah Lowry balik.
"Kau ... kau berusia 55 tahun bukan?"
Ayahnya hanya tersenyum kecil. "Seperti yang kuduga, kau bahkan tak yakin kau tahu umurku. Nampaknya, aku benar-benar dalam masalah."
"Apa .. mengapa kau mengatakan .. masalah apa maksudmu?" Lowry Junior tambah bingung dibuat oleh ucapan ayahnya yang tak sedikitpun ia mengerti.
"Malam ini, malam terakhir ayah akan mengganggumu. Ayah hanya meminta agar kita dapat berkomunikasi dengan baik malam ini. Maukah kau memberikanku satu kesempatan ini?"
"Ya ... tentu saja .. mengapa tidak .. mari bicara."
"Aku dan ibumu berpisah saat kau baru berusia delapan tahun. Kau masih sangat kecil waktu itu. Aku pun masih bergelut dengan berbagai macam ketidak pastian dalam menjalani pekerjaanku. Saat itu, ... satu-satunya yang ada dalam pikiranku adalah pekerjaanku. Jadi, dengan sangat terpaksa aku membiarkan kau diasuh oleh ibumu."
"Kau ... lebih memilih pekerjaanmu daripada aku?"
"Tidak. Bukan seperti itu. Aku tahu aku tidak pandai dalam bergaul dengan orang. Saat itu adalah masa-masa yang sangat sulit dalam hidupku. Aku sendiri tidak yakin aku bisa melewatinya. Kau hanya akan menjadi anak yang kurang pendidikan bila ikut denganku. Untungnya, ibumu masih memiliki keluarga yang sangat baik. Meskipun ia sibuk berkarir, aku yakin kau tidak akan terlantar begitu saja."
"Wah, kau sangat perhatian, terimakasih." Lowry masih tetap sinis.
"Aku ingin tahu, apa pendapatmu tentang diriku selama ini. Ayolah, kau bisa mengatakan yang sejujurnya. Aku ingin mendengarkannya."
"Pendapatku tentang Ayah. Kau benar-benar ingin tahu? Ayah meninggalkan ibu. Ayah bersikap seenaknya sendiri dan mementingkan masa depannya sendiri. Ayah ingin lepas dari semua beban dan tanggung jawab. Ayah menginginkan wanita yang lebih dari ibu. Ayah adalah seorang yang egois. Seorang yang berfikir bahwa dengan uang maka engkau bisa memiliki seluruh isi dunia. Dan oleh sebab itu semua, aku tak ingin menjadi orang seperti Ayah!" Lowry memuntahkan seluruh perasaannya yang terpendam selama ini. Tangannya bahkan sedikit mengepal kencang.
"Bagus. Sekarang Ayah ingin tahu, bagaimana caranya agar Ayah bisa terlihat baik di matamu?"
"Cara? Tidak akan ada cara. Semua kepahitan yang telah terjadi di masa lalu tidak akan menghilang begitu saja dengan beberapa perbuatan baik di saat ini dan masa depan. Kau seharusnya tahu itu. Kau seharusnya berfikir lebih jauh dan lebih panjang ke depan sebelum meninggalkan aku dan ibu."
"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana menurutmu semuanya akan terjadi saat ini seandainya dulu aku membawa engkau bersamaku ketika aku berpisah dengan ibumu? Ibumu akan hancur hatinya karena kehilanganmu,dan dia akan jatuh sakit-sakitan. Aku tidak akan sanggup untuk membiayaimu, dan kau mungkin tidak akan menyelesaikan sekolah dasar. Aku mungkin tidak akan punya kebebasan dan keberanian untuk pergi mengadu nasib di negara orang. Dan saat itu semua terjadi, kau akan menyalahkanku atas apa yang terjadi dengan ibumu dan dirimu."
"Kau membela diri? Bisanya kau." Lowry masih kesal.
"Aku tidak membela apapun. Tapi kau tidak melihat semua ini dengan sudut pandang yang benar."
"Sudut pandang apa yang benar?! Mengapa Ayah dan Ibu harus berpisah? Mengapa kalian tidak bisa menyatukan perbedaan dalam hidup kalian? Mengapa kalian begitu egois?"
"Ada kalanya segala sesuatu memang mesti terjadi. Ada kalanya gelas akan pecah dan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah mencari gelas yang baru. Ada kalanya hal-hal tidak bekerja seperti apa yang kita mau, dan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah menghadapinya dengan keberanian, meskipun pahit, meskipun sedih, meskipun kelam. Itulah yang namanya hidup! Kau 26 tapi pengalaman hidupmu belum ada apa-apanya! Kalau kau sudah merasakan luka yang mematikan hatimu, dan kau sanggup bangkit lagi, menghadapi dan menjalani hidup dengan luka itu, baru kau bisa bicara. Apa kau pikir kau bisa melakukannya lebih baik dariku?!"
"Aku bisa melakukannya semuanya lebih baik darimu, Ayah! Aku tidak akan meninggalkan seorang wanita yang kucintai, karena itu akan menyiksa hidupnya bila aku tak ada disisinya. Aku tidak akan seperti kau!"
"Bagaimana bila adanya dirimu itulah yang menyiksa wanita yang kaucintai? Kau tetap tak akan meninggalkannya?"
Lowry Junior tertegun sesaat.
"Apakah kau sedang mencoba mengatakan bahwa Ibu tidak setia padamu? Ibu menyayangi kita semua. Seharusnya kau tahu itu!"
"Ibumu menyayangi aku tetapi ia tidak mencintai aku. Dan itu sama sekali tidak salah. Kau benar, ia menyayangi kita berdua."
"Lalu mengapa kau masih meninggalkan kami?"
"Jika aku masih bersama kalian, kita akan hancur sebagai keluarga. Saat itu aku tidak punya pekerjaan dan penghasilan, Saat kau berusia lima tahun aku dipecat dari pekerjaanku sebagai pelayan, dan selama hampir tiga tahun, aku kesulitan menafkahi keluarga kecilku. Kami, aku dan ibumu, sangat bergantung pada kebaikan hati orang tua ibumu. Di saat yang bersamaan, kau mulai masuk sekolah. Di tempat tinggal kami yang lama, jauh dari rumah orang tua ibumu, sedangkan kantor ibumu ada di dekat rumah kakek nenekmu.Aku bisa merasakan bahwa aku menjadi penghalang bagi banyak hal. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan kau dan ibumu, sebelum nilaiku sebagai laki-laki benar-benar hilang dimatanya. Aku memutuskan untuk meninggalkannya selagi masih ada sedikit cinta tersisa untuk diriku."
"Kau tahu, kepergianmu itu membuat ibu menangis, dan membencimu, tapi kau tetap melakukannya?"
"Aku melakukan apa yang harus kulakukan. Aku lebih bisa hidup dengan kebencian dari ibumu daripada harus hidup dengan kenyataan bahwa akulah yang membuat kalian berdua tidak memiliki masa depan. Dan saat ini, aku percaya bahwa keputusanku waktu itu adalah keputusan yang tepat."
"Entahlah, Ayah. Aku tak tahu harus berkata apa."
"Setidaknya, terima kasih karena telah memberiku kesempatan. Masalah tawaranku untuk kerja di Jepang, kau boleh pertimbangkan kapan saja."
"Bagaimana, apa kau ada niat untuk ikut ayah ke Jepang?" ayahnya tiba-tiba saja memecah kesunyian.
Lowry tidak menjawab apapun.
"Kau tahu, kau bisa melihat banyak hal baru seandainya kau memperluas pandanganmu."
"Aku tidak tahu aku punya adik tiri hingga hari ini. Apa ada rahasia lain yang perlu engkau ceritakan hari ini, Ayah?" Lowry Junior menggeram kesal.
"Kau akan berulang tahun yang ke 26 bulan Oktober yang akan datang, benar?"
"Ya,"Lowry tak tahu alasan ayahnya menanyakan hal tersebut.
"Kau tahu berapa umurku?" tanya ayah Lowry balik.
"Kau ... kau berusia 55 tahun bukan?"
Ayahnya hanya tersenyum kecil. "Seperti yang kuduga, kau bahkan tak yakin kau tahu umurku. Nampaknya, aku benar-benar dalam masalah."
"Apa .. mengapa kau mengatakan .. masalah apa maksudmu?" Lowry Junior tambah bingung dibuat oleh ucapan ayahnya yang tak sedikitpun ia mengerti.
"Malam ini, malam terakhir ayah akan mengganggumu. Ayah hanya meminta agar kita dapat berkomunikasi dengan baik malam ini. Maukah kau memberikanku satu kesempatan ini?"
"Ya ... tentu saja .. mengapa tidak .. mari bicara."
"Aku dan ibumu berpisah saat kau baru berusia delapan tahun. Kau masih sangat kecil waktu itu. Aku pun masih bergelut dengan berbagai macam ketidak pastian dalam menjalani pekerjaanku. Saat itu, ... satu-satunya yang ada dalam pikiranku adalah pekerjaanku. Jadi, dengan sangat terpaksa aku membiarkan kau diasuh oleh ibumu."
"Kau ... lebih memilih pekerjaanmu daripada aku?"
"Tidak. Bukan seperti itu. Aku tahu aku tidak pandai dalam bergaul dengan orang. Saat itu adalah masa-masa yang sangat sulit dalam hidupku. Aku sendiri tidak yakin aku bisa melewatinya. Kau hanya akan menjadi anak yang kurang pendidikan bila ikut denganku. Untungnya, ibumu masih memiliki keluarga yang sangat baik. Meskipun ia sibuk berkarir, aku yakin kau tidak akan terlantar begitu saja."
"Wah, kau sangat perhatian, terimakasih." Lowry masih tetap sinis.
"Aku ingin tahu, apa pendapatmu tentang diriku selama ini. Ayolah, kau bisa mengatakan yang sejujurnya. Aku ingin mendengarkannya."
"Pendapatku tentang Ayah. Kau benar-benar ingin tahu? Ayah meninggalkan ibu. Ayah bersikap seenaknya sendiri dan mementingkan masa depannya sendiri. Ayah ingin lepas dari semua beban dan tanggung jawab. Ayah menginginkan wanita yang lebih dari ibu. Ayah adalah seorang yang egois. Seorang yang berfikir bahwa dengan uang maka engkau bisa memiliki seluruh isi dunia. Dan oleh sebab itu semua, aku tak ingin menjadi orang seperti Ayah!" Lowry memuntahkan seluruh perasaannya yang terpendam selama ini. Tangannya bahkan sedikit mengepal kencang.
"Bagus. Sekarang Ayah ingin tahu, bagaimana caranya agar Ayah bisa terlihat baik di matamu?"
"Cara? Tidak akan ada cara. Semua kepahitan yang telah terjadi di masa lalu tidak akan menghilang begitu saja dengan beberapa perbuatan baik di saat ini dan masa depan. Kau seharusnya tahu itu. Kau seharusnya berfikir lebih jauh dan lebih panjang ke depan sebelum meninggalkan aku dan ibu."
"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana menurutmu semuanya akan terjadi saat ini seandainya dulu aku membawa engkau bersamaku ketika aku berpisah dengan ibumu? Ibumu akan hancur hatinya karena kehilanganmu,dan dia akan jatuh sakit-sakitan. Aku tidak akan sanggup untuk membiayaimu, dan kau mungkin tidak akan menyelesaikan sekolah dasar. Aku mungkin tidak akan punya kebebasan dan keberanian untuk pergi mengadu nasib di negara orang. Dan saat itu semua terjadi, kau akan menyalahkanku atas apa yang terjadi dengan ibumu dan dirimu."
"Kau membela diri? Bisanya kau." Lowry masih kesal.
"Aku tidak membela apapun. Tapi kau tidak melihat semua ini dengan sudut pandang yang benar."
"Sudut pandang apa yang benar?! Mengapa Ayah dan Ibu harus berpisah? Mengapa kalian tidak bisa menyatukan perbedaan dalam hidup kalian? Mengapa kalian begitu egois?"
"Ada kalanya segala sesuatu memang mesti terjadi. Ada kalanya gelas akan pecah dan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah mencari gelas yang baru. Ada kalanya hal-hal tidak bekerja seperti apa yang kita mau, dan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah menghadapinya dengan keberanian, meskipun pahit, meskipun sedih, meskipun kelam. Itulah yang namanya hidup! Kau 26 tapi pengalaman hidupmu belum ada apa-apanya! Kalau kau sudah merasakan luka yang mematikan hatimu, dan kau sanggup bangkit lagi, menghadapi dan menjalani hidup dengan luka itu, baru kau bisa bicara. Apa kau pikir kau bisa melakukannya lebih baik dariku?!"
"Aku bisa melakukannya semuanya lebih baik darimu, Ayah! Aku tidak akan meninggalkan seorang wanita yang kucintai, karena itu akan menyiksa hidupnya bila aku tak ada disisinya. Aku tidak akan seperti kau!"
"Bagaimana bila adanya dirimu itulah yang menyiksa wanita yang kaucintai? Kau tetap tak akan meninggalkannya?"
Lowry Junior tertegun sesaat.
"Apakah kau sedang mencoba mengatakan bahwa Ibu tidak setia padamu? Ibu menyayangi kita semua. Seharusnya kau tahu itu!"
"Ibumu menyayangi aku tetapi ia tidak mencintai aku. Dan itu sama sekali tidak salah. Kau benar, ia menyayangi kita berdua."
"Lalu mengapa kau masih meninggalkan kami?"
"Jika aku masih bersama kalian, kita akan hancur sebagai keluarga. Saat itu aku tidak punya pekerjaan dan penghasilan, Saat kau berusia lima tahun aku dipecat dari pekerjaanku sebagai pelayan, dan selama hampir tiga tahun, aku kesulitan menafkahi keluarga kecilku. Kami, aku dan ibumu, sangat bergantung pada kebaikan hati orang tua ibumu. Di saat yang bersamaan, kau mulai masuk sekolah. Di tempat tinggal kami yang lama, jauh dari rumah orang tua ibumu, sedangkan kantor ibumu ada di dekat rumah kakek nenekmu.Aku bisa merasakan bahwa aku menjadi penghalang bagi banyak hal. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan kau dan ibumu, sebelum nilaiku sebagai laki-laki benar-benar hilang dimatanya. Aku memutuskan untuk meninggalkannya selagi masih ada sedikit cinta tersisa untuk diriku."
"Kau tahu, kepergianmu itu membuat ibu menangis, dan membencimu, tapi kau tetap melakukannya?"
"Aku melakukan apa yang harus kulakukan. Aku lebih bisa hidup dengan kebencian dari ibumu daripada harus hidup dengan kenyataan bahwa akulah yang membuat kalian berdua tidak memiliki masa depan. Dan saat ini, aku percaya bahwa keputusanku waktu itu adalah keputusan yang tepat."
"Entahlah, Ayah. Aku tak tahu harus berkata apa."
"Setidaknya, terima kasih karena telah memberiku kesempatan. Masalah tawaranku untuk kerja di Jepang, kau boleh pertimbangkan kapan saja."
Diubah oleh rahan 02-12-2014 13:26
0