Kaskus

Story

Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil

[K2HK]



Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.

Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya emoticon-Smilie

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.


Quote:
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
Pujangga.SesatAvatar border
TS
Pujangga.Sesat
#65
Part 9
"Selingkuh?" gue terpekik emoticon-Kagets

Vedora hanya mengangguk perlahan.

"Elo yakin?" gue mencoba memastikan apa yg gue dengar.

Vedora mengedipkan sebelah matanya.

"Gue selingkuh gitu ama elo?" gue masih nggak percaya.

Vedora kembali mendekati telinga gue dan berbisik perlahan, "Ya kagak lah, monyet...." diiringi tawanya yg meledak. Orang-orang disekelilingnya menatap dia, heran.

"Emang lo kira gue cewek apaan, mau jadi selingkuhan orang?" lanjut Vedora masih dengan tawanya yg menyakitkan bagi gue.

Gue nekuk muka. Tengsin abis. Nggak bisa berkata-kata lagi.

"Kecuali ...." suara Vedora tertahan.

"Kecuali apa?" gue penasaran.

Hening.

"Kecuali .... elo bisa berubah jadi Ultraman. Bruahahaha!" Vedora ngeledek gue lagi.

Bener-bener deh, nih cewek kadang ngeselin banget. Pengen gue tonjok rasanya.

Akhirnya, sepanjang hari ini kami habiskan dengan bercanda di sekitar Kota Tua. Kejar-kejaran kaya anak kecil, pukul-pukulan, lalu diakhiri dengan tawa Vedora yg kenceng. Jajannya juga kuat banget. Makanan apapun yg dia liat, pasti di beli. Belom abis yg dimulut, udah nyaplok lagi. Pantes deh pipinya chubby. Hahaha. Satu kali, karena keasikan makan es krim sambil jalan, dia nggak sadar ada lobang didepannya. Jadilah dia jatoh dengan es krim yg masih dimulut. Gue ketawain dia kenceng, dia hampir nangis, tapi langsung bangun dan ngejar-ngejar gue sambil ngamuk emoticon-Ngakak (S)

Nggak kerasa, matahari udah tenggelam. Lampu-lampu kota mulai menyala, menerangi seluruh jalanan Jakarta. Tapi hilir-mudik kendaraan masih belum mau berhenti beraktifitas. Malam pun masih terasa penat di Jakarta ini.

"Eh, anterin ke sekolah lagi yuk. Udah malem nih. Siapa tau sopir gue udah jemput." Vedora kembali menggandeng tangan gue.

"Ayo deh. Naek angkot ya, tapi. Kaki gue pegel banget." Gue megangin kaki gue. Wajar, dari tadi siang gue maen kejer-kejeran terus sama Vedora kaya anak kecil.

"Nggak mau. Gue maunya jalan!" Vedora nolak mentah-mentah permintaan gue.

"Emang lo nggak capek apa? Gila lo ah. Pegel gini. Udah, naek angkot aja. Gopek doang ini."

"Gue bilang nggak, ya nggak. Sono lo kalo mau naek angkot. Gue jalan!" Vedora membuang tangan gue yg lagi digandengnya. Ngambek lagi dia.

"Yah, Ve. Gitu doang ngambek. Maap deh."

Sepanjang perjalanan pulang, gue terus-terusan minta maap ke dia. Tapi dianya cuek ke gue. Yang pasti, gue nggak mau ngomongin soal pernikahan lagi. Takutnya dia nyerocos lagi nggak berenti, bikin gue gila. Untungnya sih, setengah perjalanan, dia mau maapin gue. Tapi dengan syarat, gue harus gendong dia sampe sekolah.

Ya, bisa di tebak. Gue nggak bisa nolak permintaan dia. Gue gendong lah dia ampe depan sekolah. Pegel banget! Meskipun menurut gue badannya lumayan langsing, tapi berat banget sumpah. Paling nggak, lumayan terbayar dengan benda lunak yg menempel di punggung gue selama gue gendong dia. Gue anggep itu berkah, lumayan buat penyemangat emoticon-Genit:

"Capek nggak, Dra?" tanyanya begitu udah sampe di depan sekolah.

"Lo aja sini coba gendong gue dari Glodok ampe sekolah" gue menjawab pertanyaan bodohnya itu.

Dia cuma senyum-senyum penuh arti, "Alah, elo suka kan gendong gue?"

"Kata siapa? Mana ada orang gendong orang laen bisa seneng?" gue mencoba mencari pembenaran.

"Nggak usah boong deh. Muka lo mesum gitu tadi, gue tau." dia nyolek-nyolek pinggang gue.

"Kaga." gue tetep ngeles.

Dia mendekatkan mukanya ke gue, seakan bertanya, "Beneran?"

"Lo nggak percaya amat sih ama gue?" gue menjawab mimik mukanya itu.

Tiba-tiba dia mendaratkan bibirnya ke bibir gue. Secepat kilat, gue paling kan muka gue ketempat lain. Bibir gue terasa sedikit basah setelah beberapa saat bersentuhan dengan bibir Vedora.

Lagi-lagi, bukti bahwa bocah ini nggak punya aturan di idupnya. Jiwa gue bergejolak kuat. Panas-dingin. Hati gue kini berbenturan sama moral. Gue nggak mau nantinya gue meminta lebih dari ini. Moral gue masih terlalu kuat sekarang.

"Elo kenapa sih, Ve. Gila ya?"

Vedora senyum ke gue, "Pengen aja. Abisnya bibir lo imut sih."

"Stress lo ah. Kalo diliat orang, gimana?"

"Kan, kalo. Nggak ada yg ngeliat tuh, lagian." dia membenarkan perbuatannya.

"Kalo gue minta lebih, gimana?" gue mencoba mojokin dia.

"Emang elo mau apa?" dia bingung.

"Ya, apa gitu misalnya."

"Kalo gue kasih, gimana?" katanya dengan nada menantang.

Buseeeeeeet daaaaaah! Dia ngomong gitu kaya anak nggak ada dosa. Enteng banget. Gue diem lagi. Selalu bingung kalo udah di gombalin sama dia.

"Romantis ya malem ini?" Vedora mengalihkan perhatiannya ke jalan raya di depannya.

Gue masih diem.

Vedora meletakkan tangan gue ke pinggangnya, dia mengarahkan gue supaya memeluk dia dari belakang. "Gue pengen setiap malem kaya gini, Dra. Romantis. Kaya di dongeng." Vedora berbicara kaya anak kecil.

"Sebenernya, gue pun nggak mau malam ini berlalu, Ve. Gue tetep pengen meluk elo, apa adanya kaya sekarang. Selalu ada yg berdesir di hati gue ketika gue mencium harumnya rambut lo. Gue merasa nyaman banget bisa sedeket ini sama elo. Gue sayang sama elo, Ve" gue berbisik, dalam hati.

"Kok elo diem aja sih?" tanya Vedora bingung.

"Menikmati malam, Ve." jawab gue singkat.

"Menikmati malam, apa menikmati yg laen nih?" Vedora sedikit terkekeh. "Makasih ya, Dra. Gue seneng banget hari ini."

Gue hanya tersenyum, kecil.

Nggak begitu lama, mobil jemputan Vedora dateng. Dia melepaskan tangan gue dari pinggangnya dan berjalan menuju mobil.

"See ya, Dra." dia mengedipkan sebelah matanya ke gue.

Lalu dia masuk ke mobil, dan hilang diantara kerumunan mobil-mobil lain yg melintas.

Gue kembali berjalan pulang menuju rumah. Perlahan. Gue nggak mau tiap langkah yg gue jejakkan membawa gue semakin menjauh dari bayang-bayang Vedora. Hari ini membawa kesan yg paling dalam seumur hidup gue. Baru kali ini gue mendapat ciuman dari seorang cewek. Di gombalin sama cewek. Bermain-main bebas sama cewek. Baru kali ini gue bisa merasakan itu semua. Terutama, gue merasakan rasa yg nggak pernah gue rasakan sebelum malam ini.

"Gue sayang elo, Ve." gue gumamin kata itu, sepanjang perjalanan gue pulang.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.