- Beranda
- Stories from the Heart
Kereta terakhir ke kamar kita
...
TS
rahan
Kereta terakhir ke kamar kita
Quote:
Diubah oleh rahan 17-02-2016 01:29
anasabila memberi reputasi
1
28.8K
213
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rahan
#119
KEMBARA HATI
Dalam diam kutitipkan semua tanya tentangmu
Menginginkan yang terbaik selalu untuk dirimu
Hanya cinta, hanya rasa yang akan sanggup bertahan
Sampai kapan kauharapkan yang lalu akan kembali?
Reff:
Merindukah engkau untuk ada dan kembali di pelukku?
Menginginkan engkau mengakhiri kembara hati kau jalani
Dan lepaskan segala sesal, dan kuingin bersamamu
Dalam hujan, dalam awan ku merasakan dirimu
Dan benarkah ada cinta masih tersisa untukku?
Dan benarkah ada cinta di dalam hati kecilmu ...
Menginginkan yang terbaik selalu untuk dirimu
Hanya cinta, hanya rasa yang akan sanggup bertahan
Sampai kapan kauharapkan yang lalu akan kembali?
Reff:
Merindukah engkau untuk ada dan kembali di pelukku?
Menginginkan engkau mengakhiri kembara hati kau jalani
Dan lepaskan segala sesal, dan kuingin bersamamu
Dalam hujan, dalam awan ku merasakan dirimu
Dan benarkah ada cinta masih tersisa untukku?
Dan benarkah ada cinta di dalam hati kecilmu ...
Aku terbangun dari tidurku yang tak pulas. Memimpikan sesuatu yang aneh semalam. Dalam mimpi tersebut, aku berdiri di atas sebuah puncak gunung, memandang ke bawah, memandang bunga yang ada di dekat kakiku. Aku ingin memetik bunga itu. Aku ingin menggenggam bunga itu. Aku ingin mencium wangi bunga itu dan membawanya pulang. Tapi jangankan untuk melakukan itu semua. Hanya menekukkan lutut dan berada lebih dekat saja aku tak sanggup. Aku tak bisa. Sekuat-kuat inginku. Sebesar apapun tekadku. Aku tak bisa.
Dan lalu aku terbangun, jendela kamarku sudah terbuka, menghembuskan angin pagi dan udara segar ke dalam kamar. Menyeruakkan dingin yang menggigil ke seluruh tubuhku. Aku melihat jam wekerku, 5.30 pagi. Ah mungkin, dia datang lagi tadi ketika aku tertidur. Tiba-tiba seekor burung gereja hinggap di jendelaku. Dan seekor lagi. Seakan menyapaku, memberikan salam selamat pagi dunia. Satu burung menjejak terbang, yang tertinggal pun terbang mengejar. Rasa sakit tiba-tiba menyesak hatiku. "Apakah bila aku punya sayap, aku akan dapat mengejarmu?" Rindu ini terlalu nyata, Raine.
Mimpi yang tak bisa kuartikan. Pagi yang terlalu indah.
Dan tiba-tiba aku tersadar, aku masih menginginkanmu.
EPISODE 1 - KEMBARA HATI (27 SEPTEMBER 2009)
"Sierra! Bangun! Itu si Kikan udah krang kring krang kring di depan."
"Iya, iya, tumben cerewet banget lo pagi-pagi Lowry gendut!"
Aku masih menyelesaikan kumur-kumur mouthwash setelah sikat gigi.
Tubuhku terbungkus dengan paduan celana training dan jaket sporty. Ketika aku keluar dari kamar, kulihat Lowry sedang asyik membaca surat kabar paginya.
"Sarapan dulu gak?" tegurnya, sambil mata tak lepas dari koran yang sedang dibaca.
"Entar aja deh sepulangnya."
Aku mengambil kunci sepeda yang berada di dalam laci di dekat televisi. Dan tiba-tiba aku ingat sesuatu.
"Low, entar bokap lo jadi mampir ke sini? Enggak kan?"
"Ah, paling dia mampir tanpa kabar. Siap-siap ajalah. Gw sih udah ga ngaruh ama bokap. Masa bodo dia mau ngoceh apa lagi."
"Ok, deh... lo siap-siap earphone aja, ama kupluk, jadi pas bokap lo ngemeng lo puter tu PERFECT-nya Simple Plan."celotehku riang.
"Haha .. ngaco. Btw, lo lama ga jalan ama si Kikan?"
"Tauk, paling entar mampir bentar ke rumah dia," sambil menebar senyum penuh makna.
"Huuu .. kesempatan lo. Dasar PLAYBOY! Buaya Darat!" Lowry mencoba menimpuk dengan bantal sofa, tapi aku sudah berlari ke luar.
Di luar, Kikan cantik nan sexy sedang memainkan sepedanya berputar-putar.
"Kak Sierra, lama amaat sih!"
"Bawel, gua tidur lagi nih"
"Lain kali, Kikan banguninnya pake molotov aja lah!"
"Woy, cantik-cantik sadis!"
"Orang yang buat Kikan menunggu pantasnya dibom"
Halah. Dasar bocaah. Lagian ngapain sih gw ama bocah ini. Bagus dia ga di bawah umur. Seusai melepaskan gembok sepeda, aku pun langsung meluncur.
"Kejar, kalo bisa!"
"Eh Kak Sierra curang. Tunggu!"
--//--
Minggu pagi yang sama, menunggu di depan sebuah travel Bandung-Jakarta di daerah Cihampelas, Raine terlihat sedikit uring-uringan.
Masih terlintas dalam ingatannya, percakapannya dengan Max Alfar, pria yang tak kenal lelah mencoba mendekatinya selama tiga bulan terakhir ini, sejak ia menjadi tenaga pengajar di sebuah Bimbel ternama di Jalan Supratman, Bandung.
"Raine, besok malam, aku mau kita dinner di tempatku ya, boleh?"
"Boleh," jawabnya setengah hati.
"Baiklah kalau begitu. Aku jemput atau kamu datang sendiri?"
"Aku bisa datang sendiri, Max."
Itu kata-katanya tiga hari yang lalu. Menjanjikan kekasihnya untuk spend some quality time together, a candlelit dinner, tapi kini ia menyesalinya.
Handphone Nokia E63 di tangannya bergetar.
SMS dari Fiona.
: 'Sampe sini jam berapa, kira-kira say?'
Dengan cepat ia me-reply SMS tersebut
: 'Masih di tempat travel. Dua tiga jam lagi lah.'
Tiba-tiba sapaan seorang pria paruh baya dengan logat Sunda yang kental mengejutkannya, "Neng, aya deui koperna?"
"Ga ada pak, udah mau berangkat ya?"
"Sok naek neng. Tinggal nunggu supirnya masih di toilet."
Bye Max, gumam Raine dalam hati.
//
Masih pagi yang sama, Max Alfar tengah merencanakan segala sesuatunya untuk malam romantisnya bersama Raine malam ini. Ia bahkan sudah meng-cancel rencana futsal bareng rekan sekantornya. La la la. Hati Max bersenandung gembira. Ia hidupkan mobil Honda Jazznya untuk memanaskan mesin.
"Mbok," ia memanggil pembantunya. Seorang wanita tua yang sudah memasuki usia 50an. Max memanggilnya Mbok Asih.
"Ya pak?" Mbok Asih berjalan bergegas dari dalam ke teras depan.
"Mbok, tolong saya bersihin rumah ya. Dipel sampai wangi. Saya mau belanja dulu ke Carrefour. Soalnya nanti sore saya mau masak-masak. Raine mau datang nanti malam."
"Baik pak. Pewanginya pake yang mana pak?"
"Pake yang wangi apel saja. Oh ya terus itu tolong nanti kalau Pak Rudi datang, uang iuran keamanan sama kebersihan sudah saya amplopin di atas meja dekat televisi."
"Iya pak. Nanti saya kasihkan, kalau pak Rudinya datang."
-//-
Masih pagi yang sama, Lowry sedang gelisah, karena sebentar lagi Ayahnya akan datang. Edward Lowry Senior, seorang perfeksionis yang selalu mengganggu hidupnya sejak ia dan ibunya bercerai. Ketika perceraian itu terjadi Lowry baru berusia delapan tahun. Dan ketika Lowry kecil memilih untuk ikut ibunya, ayahnya merasa sangat kecewa. Lowry sendiri tidak tahu mengapa orang tuanya bercerai. Ia menganggap bahwa ibu dan ayahnya adalah dua orang yang terlalu ambisius dalam mengejar karir masing-masing.
Dampak positifnya adalah Lowry tidak pernah kekurangan uang. Setiap bulan setidaknya dua puluh juta masing-masing dari ibu dan ayahnya akan mengalir ke rekeningnya. Ayah dan ibunya seakan-akan berlomba-lomba untuk memberikan materi pada Lowry. Bedanya, ibunya tidak campur tangan dalam hidup pribadinya. Sedangkan ayahnya, meskipun sudah minggat ke Jepang sejak ia bercerai, setidak-tidaknya tiga kali dalam setahun akan menyambangi Lowry secara pribadi, dan tiap kunjungan itu adalah 'hari neraka' bagi Lowry Junior.
Hari tersebut secara tipikal akan dipenuhi dengan kritik dan pertanyaan. Mulai dari keadaan rumah, cara berpakaian, berat badan (Lowry Junior agak bertubuh gempal), asmara, hingga pekerjaan atau pun kuliah.
Nanti siang, 'monster' kritik pemberi uang itu akan datang. Di e-mailnya, Ayahnya mengatakan bahwa ia membawakan Lowry kejutan besar. Inilah yang membuat Lowry sangat gelisah.
"Monster kritik akan memberi kejutan, well let's see," kesahnya.
Diubah oleh rahan 18-12-2014 03:58
0