- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah 2 Hati Kecil
...
TS
Pujangga.Sesat
Kisah 2 Hati Kecil
Kisah 2 Hati Kecil
[K2HK]
Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.
Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya
Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.
[K2HK]
Sebelumnya, maaf kalo cerita gue sedikit berantakan. Gue bukan penulis hebat seperti kalian.
Dan jujur, gue menulis pengalaman hidup gue ini karena terinspirasi sama cerita Om Ari a.k.a pujangga.lamadan Om Anto a.k.a bukanpujangga.
Jadi, maaf juga kalo nantinya cerita gue terkesan mirip sama mereka dari segi gaya penulisan. Terima kasih om, atas inspirasinya

Oh iya, perkenalkan nama gue Indra. Dan cerita ini berawal ketika gue baru masuk SMA.
Quote:
anasabila memberi reputasi
1
87.8K
599
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Pujangga.Sesat
#1
Part 1
Bulan Mei tahun 2000 yg lalu, gue resmi lulus dari SMP gue di daerah terpencil di Jawa Tengah. Dan karena NEM gue cukup tinggi, gue berniat untuk lanjut ke SMA favorit di Ibukota, Jakarta.
Satu siang di pertengahan bulan Mei, gue utarakan niat gue ke bokap gue yg emang udah kerja disana.
"Pah, Juni ini Indra boleh pindah ke Jakarta yah. Indra pengen ngelanjutin sekolah disana aja." ujar gue lewat telepon wartel.
"Boleh sih, cuma mau sekolah dimana kamu udah tau?" jawab bokap gue dari seberang sana.
"Belom pah, ada masukan nggak?"
Maklum, gue bener-bener dari kampung banget, jarang ke kota kecuali pas liburan. Jadi gue nggak ngerti tentang sekolah-sekolah bagus di Ibukota sana. Beda sama bokap gue yg emang kelahiran Jakarta. Dari lahir sampe bangkotan udah idup di Jakarta.
"Ada sih, di Chapt**n mau? Sekolahnya sih lumayan bagus, tapi sering tawuran, anaknya juga bengal-bengal."
Gue menelan ludah
"ada yg laen nggak pah?"
"Uhm, Chapk*w? Om kamu lulusan sana tuh."
"Oh, yg itu? Nggak ah, kayanya biasa aja tuh."
"Bagus kok lumayan, tergantung kamunya aja bisa atau nggak ngikutin pelajarannya."
"Bukan masalah pelajarannya, pah. Masalah pemandangannya Itu lho." ucap gue sedikit malu-malu
"Yeee, mau sekolah apa nyari cewek luh?" kata bokap gue sewot
:
"Kalo bisa sih dua-duanya pah. Kalo nggak bisa ya, yg nyari cewek dulu deh. Hehehe" gue terkekeh
"Jeh, kagak gue sekolahin juga luh!" bokap gue mengancam. "Eh iya, ada nih. Bagus banget sekolahnya. Dalemannya juga bagus-bagus. Top deh" bokap gue mulai semangat banget berpromosi.
"Dih, kok jadi papa sih yg semangat
? Emang dimana?"
"SMAN*, mau? Tapi berat lho saingannya. Soalnya favorit punya nih."
"MAU!" kata gue tanpa mempedulikan kata "saingan" dari bokap gue
:
Yang terngiang dalam kepala gue saat itu hanya kata "dalemannya bagus-bagus" sama kata "favorit". Dan selama selang waktu pengangguran gue, gue habiskan dengan membayangkan gimana jadinya kalo gue benar-benar bisa sekolah disana. Gue membayangkan seandainya gue jadi Prince Charming disana, dikelilingi cewek cantik berseragam putih-abu-abu, dihormati layaknya ketua geng sama anak-anak cowoknya. Pokoknya pikiran gue saat itu dihiasi berbagai khayalan khas anak SMP yg baru mau gede. Tanpa sadar, gue udah di Jakarta, dan gue sedang mendaftar di sekolah idaman gue itu.
Satu siang di pertengahan bulan Mei, gue utarakan niat gue ke bokap gue yg emang udah kerja disana.
"Pah, Juni ini Indra boleh pindah ke Jakarta yah. Indra pengen ngelanjutin sekolah disana aja." ujar gue lewat telepon wartel.
"Boleh sih, cuma mau sekolah dimana kamu udah tau?" jawab bokap gue dari seberang sana.
"Belom pah, ada masukan nggak?"

Maklum, gue bener-bener dari kampung banget, jarang ke kota kecuali pas liburan. Jadi gue nggak ngerti tentang sekolah-sekolah bagus di Ibukota sana. Beda sama bokap gue yg emang kelahiran Jakarta. Dari lahir sampe bangkotan udah idup di Jakarta.
"Ada sih, di Chapt**n mau? Sekolahnya sih lumayan bagus, tapi sering tawuran, anaknya juga bengal-bengal."
Gue menelan ludah
"ada yg laen nggak pah?""Uhm, Chapk*w? Om kamu lulusan sana tuh."
"Oh, yg itu? Nggak ah, kayanya biasa aja tuh."
"Bagus kok lumayan, tergantung kamunya aja bisa atau nggak ngikutin pelajarannya."
"Bukan masalah pelajarannya, pah. Masalah pemandangannya Itu lho." ucap gue sedikit malu-malu

"Yeee, mau sekolah apa nyari cewek luh?" kata bokap gue sewot
:"Kalo bisa sih dua-duanya pah. Kalo nggak bisa ya, yg nyari cewek dulu deh. Hehehe" gue terkekeh

"Jeh, kagak gue sekolahin juga luh!" bokap gue mengancam. "Eh iya, ada nih. Bagus banget sekolahnya. Dalemannya juga bagus-bagus. Top deh" bokap gue mulai semangat banget berpromosi.
"Dih, kok jadi papa sih yg semangat
? Emang dimana?""SMAN*, mau? Tapi berat lho saingannya. Soalnya favorit punya nih."
"MAU!" kata gue tanpa mempedulikan kata "saingan" dari bokap gue
:Yang terngiang dalam kepala gue saat itu hanya kata "dalemannya bagus-bagus" sama kata "favorit". Dan selama selang waktu pengangguran gue, gue habiskan dengan membayangkan gimana jadinya kalo gue benar-benar bisa sekolah disana. Gue membayangkan seandainya gue jadi Prince Charming disana, dikelilingi cewek cantik berseragam putih-abu-abu, dihormati layaknya ketua geng sama anak-anak cowoknya. Pokoknya pikiran gue saat itu dihiasi berbagai khayalan khas anak SMP yg baru mau gede. Tanpa sadar, gue udah di Jakarta, dan gue sedang mendaftar di sekolah idaman gue itu.
0