- Beranda
- Online Games
[RF] The Story of Novus (Patriot RF wajib masuk!)
...
TS
sipaul76
[RF] The Story of Novus (Patriot RF wajib masuk!)
Quote:
Just share gan, sebenernya ane udah cukup lama nemu cerita ini. tema ceritanya tentang kehidupan di dunia RF. ceritanya asik & seru banget gan, pokoknya top deh. kalo gk percaya silahkan agan baca sendiri.
tapi cerita ini emang agak panjang, lumayanlah buat ngisi waktu luang disela-sela kegiatan agan sekalian, atau bisa juga dibaca kalo agan lagi bosen main RF & ngaskus.
cerita ini tepatnya dibuat saat zaman patch RF Red-Army sampai zaman patch RF Secret of Holystone.
"The Story of Novus" adalah cerita yang dibuat oleh salah satu patriot RF mengenai kehidupan di planet novus. Cerita ini dibuat oleh patriot RF yang memiliki ID di dunia maya "pan7her", ia telah posting cerita ini di beberapa forum. dan sekarang orangya telah hilang entah kemana, tapi semoga ia tetap mendapat perlindungan dari tuhan yang maha esa.
akhir kata terimakasih kepada saudara pan7her atas ceritanya yang begitu mengagumkan.
so, check this out.
tapi cerita ini emang agak panjang, lumayanlah buat ngisi waktu luang disela-sela kegiatan agan sekalian, atau bisa juga dibaca kalo agan lagi bosen main RF & ngaskus.
cerita ini tepatnya dibuat saat zaman patch RF Red-Army sampai zaman patch RF Secret of Holystone.
"The Story of Novus" adalah cerita yang dibuat oleh salah satu patriot RF mengenai kehidupan di planet novus. Cerita ini dibuat oleh patriot RF yang memiliki ID di dunia maya "pan7her", ia telah posting cerita ini di beberapa forum. dan sekarang orangya telah hilang entah kemana, tapi semoga ia tetap mendapat perlindungan dari tuhan yang maha esa.
akhir kata terimakasih kepada saudara pan7her atas ceritanya yang begitu mengagumkan.
so, check this out.
Spoiler for "tambahan":
ohya gan, biar lebih seru cerita ini akan ane update secara berkala.
Spoiler for "part 1":
The Story of Novus Part 1 [Begining]
Nama gw Ravi... gw mau cerita tentang tragedi kehidupan gw di galaksi Novus ini...
Dulu gw punya sahabat-sahabat sejati... Zinn dan TherMiaN. kita bertiga sama-sama ditempatin di pos Lunar. gw dan Zinn adalah anak yatim piatu. ortu gw dibunuh accretia waktu gw kecil, trus gw dirawat oleh pemerintah di bagian militer. ortunya Zinn udah ga ada dari kecil n dia tinggal bersama keluarga tantenya di desa, orang paling baik yang gw kenal, mungkin orang paling pendek se-Cora dan sering jadi ledekan gw dan TherMian. Lain lagi halnya dengan TherMiaN, dia ini bagian elitenya Cora. dari keluarga tob banget deh. dia ini Cora paling berbakat yang gw tau (n rada-rada songong kadang2) udah gitu kidal pula, bikin makin repot aja klo lagi latihan tanding lawan dia, sementaranya dia sendiri haus banget akan kekuatan.
Kita mengambil posisi berbeda dalam training. gw ngambil kearah Black Knight, Zinn ke arah Ranger dan TherMian ke arah Templar. Kekompakan kita bertiga saat latihan perang paling terkenal. kombinasi serangan kita merupakan salah satu rangking tertinggi di training camp.
Pada dasarnya emang berbakat, TherMian di panggil ke garis depan untuk perang berikutnya. kehebatannya sudah diakui DECEM. wajahnya terlihat puas dan semangat sekali mendengar pemanggilan ini, tentunya gw dan Zinn juga ikut kesenengan.
berada di garis depan adalah impian kita dari dulu. dan TherMian mendapatkan kesempatan ini duluan.
"Hei, sisain bagian buat gw ya nanti!", kata gw dalam kamar kita malam itu.
"Ogah! gw abisin semua itu Belatung n Kaleng-kaleng di jalanan!! biar pas lu masuk ke garis depan kerjaannya tinggal ngopi doang!" tawa TherMian.
"bawain kepala kaleng dong satu buat lampu kamar!" canda Zinn.
Kita merayakan keberangkatan TherMian malam itu dengan penuh keceriaan. besoknya pada saat berangkat, kami berpelukan (berpelukaaaann...). dan kata-kata yang terakhir diucapkan TherMian adalah..
"jangan bikin gw nunggu terlalu lama.." dengan senyum sombong khasnya.
kata-kata terakhir itu rupanya benar-benar kata-kata terakhir yang kami dengar dari dia. Cora kalah total hari itu karena keabsenan Archon yang entah apa sebabnya. dari 300 yang berangkat, yang kembali hanya 91, dan TherMian tidak termasuk diantaranya. gw dan Zinn yang menunggu berdebar-debar di portal akhirnya terduduk lemas begitu patriot Cora terakhir melewati portal dan kemudian portal tersebut ditutup.
gw berdua melaporkan hal ini kepada ortunya TherMiaN yang merupakan salah satu petinggi Cora, dan mereka bilang sudah tau karena diberitahukan oleh komandan lapangannya duluan. mereka berdua menumpahkan air mata, dan membuat gw berdua juga tidak kuat nahan air mata kita.
Setelah kepergian TherMiaN itu, gw dan Zinn jadi jarang ngobrol. kita berdua lebih banyak fokus ningkatin PT dan level masing-masing....berminggu-minggu, hingga suatu saat, Zinn memulai pembicaraan.
"hari ini gw ketemu Bellato di Rawa Kabut" katanya pelan.
"oya?! nyesel dong dia ketemu lu?" sahut gw.
"dia lagi diserang sama 5 Vafer..." katanya lagi, masih pelan.
"......." gw mandang dia dan berkata "jangan bilang lu tolong dia?!"
dia diem...
dengan menampar muka gw sendiri, gw bilang "ampun den Zinn...dia kan musuh. gw tau lu baik, tapi ga perlu juga kali ditolongin?!" dan gw tiba-tiba menyadari kalo tangan kanannya di balut sama kain warna biru muda.
sekarang kita berdua diem...
"cewe?" kata gw. dan dia masih tetep diem.
jadi bingung gw mo ngomong apa. tapi akhirnya dia yang ngomong duluan. "Vi, gw mau ke markas Bellato".
Sesaat gw seneng, dan berseru "wues, gaya amat lu mo nyerang markas bellato sendirian doang demi cewe?!", tapi sesaat kemudian gw menyadari kalo yang dimaksud bukan itu.. "jangan bilang klo..."
Zinn berdiri dan berkata, "ya. gw mau jadi pasukan Bellato".
yang namanya didikan militer dari kecil, emosi suka ga kejaga. dalam kejapan mata, gw udah nonjok Zinn sampe jatuh ke
lantai. "LU GILA YA?!! LU MAU KHIANATIN BANGSA LU SENDIRI DEMI SEORANG CEWE??!!".
Zinn tidak melawan. dia menyapu darah dari bibirnya yang sobek oleh pukulan gw dan berdiri. "Vi, lu tau kenapa ortu gw ga ada dari kecil?". gw terdiem, dan emosi gw menurun dengan sendirinya. gw belom pernah tau kenapa ortu Zinn meninggal. karena ortu gw sendiri juga dah ga ada, gw juga ga berminat berbagi cerita soal itu.
"gw bukan keturunan murni Cora", kata Zinn dengan jelas.
di dalam kebengongan gw, dia melanjutkan, "Nyokap gw orang Bellato. karena itu tinggi gw dibawah rata-rata orang Cora".
Shock. gw terduduk di tempat tidur. sementara Zinn melanjutkan ceritanya "Ortu gw dihukum oleh pengadilan Cora. karena pernikahan mereka diharamkan oleh DECEM", terdiam sebentar, dia duduk disamping gw.
"orang tua gw ga pernah diakui eksis di Cora, yang menyebut nama ortu gw akan dihukum berat" dia mengambil nafas panjang, "om dan tante yang gw tinggal sekarang sayang banget sama bokap gw karena dia orangnya baik banget katanya, makanya mereka berani cerita ini ke gw".
dia berdiri, "gw ke Bellato bukan demi cewe itu Vi, demi orang tua gw...", entah kenapa tiba-tiba airmata gw keluar tanpa gw sadari. gw berdiri,
"apa lu mengerti Zinn?!" kata-kata keluar dari mulut gw dengan tersendat-sendat "kalo lu pergi kesana, pertemuan kita berikutnya, gw akan bunuh lu tanpa ragu-ragu...!!!" tegas gw disela airmata yang ga berhenti.
Zinn terdiam membelakangi gw, dia menoleh balik ke arah gw dan berkata "gw juga..." dengan linangan airmata yang ga kalah deras sama gw. diapun keluar dari pintu meninggalkan gw sendiri. sebuah perpisahan lagi dengan sahabat gw...
-
Berbulan-bulan sudah lewat. gw udah jadi pasukan garis depan. hari ini tugas pertama gw di lapangan. Chip war jam 9 Malem. dengan Perisai kebanggan gw yang gw dapet dari para petinggi Cora, gw berangkat. Formasi sudah disiapkan, dan gw bertugas untuk bagian pertahanan. Serangan pertama yang dateng dari Accretia. bangsa kaleng yang paling gw benci.
karena intensitas peperangan, entah bagaimana mulanya, formasi udah berantakan. gw terpisah dari tim. dan dihadapan gw sekaleng robot yang siap melumat gw. tapi gw ga takut. gw hadapi makhluk itu dengan sepenuh hati. hingga kita beradu pedang jarak dekat, kaleng itu berbicara,
"kemampuan lu masih segini aja...", katanya dengan suara mekanis yang entah keluar dari mana.
gw mundur sedikit dan merasa terhina, "kaleng kayak lu ngerti apa soal gw?! lu ngeremehin bangsa Cora HAH?!!" dan melakukan Buff Power Up. tiba-tiba kaleng itu mengucapkan sesuati yang mengejutkan gw.
"Sampe kapanpun lu ga bakal menang dari gw, Vi.." suara paraunya memanggil nama gw. dan dia mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi dan mengacungkan pedangnya kearah gw. di pundak kirinya gw liat name-tag makhluk itu : "TherMiaN". bagaikan tersambar petir, pedang yang gw pegang hampir jatoh.
"Ther....MiaN...?" kata gw terbata-bata.
kaleng ber namakan TherMiaN itu terbahak-bahak melihat ketidakpercayaan gw "wahahahaha... lu sedemikian takutnya liat gw Vi?!". di berjalan pelan kearah gw, "Lu liat? kekuatan ini, sekarang ga ada satupun bangsa di dunia ini yang bisa mengalahkan gw!" dan serta merta dia mengayunkan pedangnya ke kepala gw. entah bagaimana gw masih sempet mundur hingga jatuh terduduk mengindari tebasan itu.
masih dalam tawanya, TherMian mendekati gw lagi dan sepertinya kli ini tidak ragu-ragu lagi untuk membelah badan gw.
badan gw ga bisa bergerak karena masih dalam kondisi shock. saat pedang yang dibawa TherMian sudah terangkat tinggi mengarah sekali lagi ke kepala gw, tiba-tiba sesuatu menyeruduk badan TherMian yang terbuat dari baja itu menjauh dari gw. sebuah BMAU menghantam keras tubuh TherMiaN.
di hadapan gw BMAU itu menoleh kearah gw, dan sekali lagi gw liat Name-Tagnya : "Zinn". BMAU itupun meneruskan serangannya kearah TherMian. gw yang terduduk terbengong-bengong melihat pemandangan didepan gw dimana kedua sahabat gw bertarung dalam wujud yang berbeda. tiba-tiba dari belakang, 2 orang Spiritualist menarik badan gw kembali ke pos untuk dibawa kembali ke markas.
-
sudah 1 bulan dari kejadian itu. sekarang gw udah kembali ke garis depan. kali ini serangan datang dari 2 arah. Accretia dan Bellato. di deretan terdepan masing-masing bangsa gw bisa lihat sosok TherMian dan Zinn yang datang menyerang kearah kami.
kli ini tidak ada keraguan di diri gw.
dan gw ga melihat keraguan di diri mereka.
gw akan menyelesaikan semuanya HARI INI!!
LANJUTAN PART 2 ~ 22
Spoiler for "jangan lupa":
budayakan & komen supaya kaskuser yang lain bisa baca.
Spoiler for "tetap menerima dengan ikhlas":
Spoiler for "menolak":
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 306 suara
Best Couple?
Zinn ♥ Cindy
17%Ravi ♥ Cindy
23%TherMiaN ♥ Monica
39%Zinn ♥ Nightshade
7%Ravi ♥ Namine
5%Lime ♥ Nakoruru
3%Zinn ♥ Razelth
6%Diubah oleh sipaul76 01-01-2018 18:30
0
129.7K
Kutip
2.6K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Online Games
16.3KThread•4.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sipaul76
#468
Spoiler for "part 21-3":
[Show me the meaning of being lonenly...]
"Kenapa, Raku?!", seru Aina khawatir. Rakuen yang berdiri disana, sendirian, ngeliat kita dengan ekpresi salah tingkah.
"Euh... enggak..... itu.... tadi.... ada.......*uhuktikusuhuk*", kata Rakuen agak-agak pelan. Mukanya kayak malu-malu gitu.
"Ha?! ada apaan?", tanya gw penasaran.
"*UHUKTIKUSUHUK*", jawaban Rakuen yang udah dikencengin masih ga jelas juga buat gw, tapi buat Aina keliatannya cukup jelas.
JEDUG!! gubrak..... Aina menghadiahkan satu bogem mentah ke rahang Rakuen. Si Rakuen ampe ngejengkang gitu... kalah kayaknya Berserker sama si Aina.....
"GARA-GARA TIKUS KMU TERIAK GITU?!!! KAMU INI COWO APA CEWE SIH?!!", bentak Aina. ZZZZZZZZ... si Rakuen barusan teriak gara-gara tikus?! swt...!!
"Bukan masalah cowo ato cewe sayang....", jelas Rakuen, "Tadi aku lagi sweeping udah kayak di game Rainbow Six.... namanya lagi konsentrasi penuh, wajar doong kaget gara-gara kaki aku di tabrak tikus?!", ekspresi Rakuen memelas banget waktu dia ngomong gitu. Hayah.... gw jadi ninggalin si Monica tuh di luar sendirian. Gw pun keluar untuk mengambil Monica (emangnya barang?). Saat gw keluar.... Monica..... udah ga ada disana!!
"Rakuen!! Aina!! Monica hilang!!", seru gw. Rakuen dan Aina bergegas keluar, dan kita bersama-sama celingak-celinguk. Ga perlu waktu lama untuk kita menyadari....
....klo gw salah inget naro si Monica di mana, karena dia masih tertidur dengan nyaman di tumpukan salju yang empuk, persis di tempat yang gw taro tadi.... dan bukan tempat yang gw liat barusan.....
GLEPOK!! Aina dengan sukses menampol rahang gw. Skarang gw yang ngejengkang.
"Kalian cowo-cowo kok pada DODOL-DODOL semua sih?!!", bentak Aina sewot.
Rakuen memegang pundak Aina, "Sayang, kamu jangan galak-galak knapa s.....", blom sempet Rakuen menyelesaikan kalimatnya, Aina udah menatap Rakuen dengan tatapan membunuh, dia langsung mundur 2 langkah tanpa aba-aba.
"nngghh....", dari tempatnya, Monica mengerang. Gw langsung buru-buru bangun dan membopongnya lagi. Kita berempat pun langsung masuk ke dalem. Rakuen dan Aina membereskan sebuah meja yang sepertinya bisa di pake untuk Monica tiduran. Gw merebahkan Monica di sana. Saat itu, Monica melek, dan berusaha bangun, "UGH!", tapi rasa sakit di bahunya membuat dia ga mampu duduk.
"SShhh... jangan bangun dulu, tiduran aja. Luka kamu cukup parah nih...", bujuk gw.
"Ini..... dimana...?", tanya Monica.
"Di tempat yang aman........ semoga", jawab gw. Aina ngejitak gw dari belakang. Buset.... apaan sih?! Aina menatap gw dengan tatapan membunuh lagi... bikin gw jadi ga bisa ngomong apa-apa.
"Luka mu perlu cepet dirawat. Masih ga bisa panggil Animus?", tanya Aina. Monica geleng-geleng. "Yawdah, kita rawat secara konvensional aja, Bajunya di buka dulu ya?".
"Ha?!", gw dan Rakuen berseru berbarengan.
"Kalian keluar dulu, gw kasih dia pertolongan pertama dulu, seenggaknya bisa mengehentikan pendarahannya", kata Aina serius. Gw sama Rakuen liat-liatan dan dia mengangkat bahunya.
"Yawdah, kita keluar dulu", kata gw. Baru aja gw mau berjalan pergi, Monica meganging tangan gw. Mata Aina berkedip-kedip ga jelas, trus ekspresinya yang 'nguehehehe...begitu ya...?', tapi gw sendiri juga bingung sama apa yang terjadi.
"Yawdah, Raku, kmu keluar dulu deh, jaga diluar ya..", kata Aina.
"Okay..", kata Rakuen, sambil berjalan keluar.
"Kalo ada apa-apa, teriak yaa, sayang" gubrag... kayaknya Rakuen nyungsep tuh di depan pintu denger kata-kata Aina. Aina-nya cekikikan.
Setelah Rakuen menutup pintu, Aina menyuruh gw untuk membelakangi mereka. "Jangan ngintip!", katanya. Jadi gw ngadep tembok dulu deh. Dari belakang, Monica mengerang-ngerang (dan kedengerannya cukup... euh... menggairahkan), sepertinya Aina lagi membersihkan luka-lukanya
"Ah..."
"Sakit? tahan ya.."
"hu..uhhh..."
"mmmhh..."
"aw!"
"aahhh.... aww... pelan-pelan....."
SWTTT!!! gw ga ngeliat mereka malah jadi lebih parah!! imajinasi gw jadi kemana2!! dan siksaan ini berlangsung kurang lebih 10menitan....
"Nah... selesai", akhirnya Aina berseru. Gw membalikkan badan dan melihat bahu Monica udah terbalut dengan rapih dengan perban, sementara armor Spiritualisnya yang di bagian pundak dan leher ga di pake lagi. jadi keliatan kayak make kemben dia.... swt.
"Wah... hebat ya perawatannya...", puji gw.
"Hmph... wajar dong... gw kan HC!", sahut Aina. "Ah.. Mon, rambutmu itu di pinggirin dulu ke sampingnya, jangan sampe kena perbannya, ntar bau lho...", lanjutnya.
"Ah.. iya...", Monica-pun menguraikan rambutnya kesamping dengan sebelah tangan dan memperlihatkan lehernya yang..... ber-tanda lahir..... sama kayak punya gw?! Monica memperhatikan ekspresi gw yang shock, dan menyadari kalo gw lagi ngeliatin tanda lahir di lehernya. Dia menatap gw dan tersenyum.
"Mon.... kok... kamu.....", kata gw terbata-bata. Monica senyum-senyum penuh arti. Aina yang bingung gitu ngeliatin kita berdua.
"Mmm... Halo............ kakak..", kata-kata Monica bener-bener menyambar gw bagaikan petir. Kakak? gw.... punya ade?!
"Tapi.... kok.....", gw ga ngerti mau ngomong apa.
"hmmm... kayaknya gw mendingan keluar dulu kali ya...?", kata Aina sambil melangkah keluar dari gubuk ini.
Gw dan Monica terdiam seribu bahasa untuk beberapa lama, hingga akhirnya dia yang berinisiatif memulai pembicaraan.
"Seperti dugaan ku, Kakak ga tau tentang aku kan?", tanyanya, gw geleng-geleng, masih dengan ekpresi ga percaya. "Mm... apa... kakak mau denger ceritanya?", tanya Monica agak ragu. Pertanyaan yang bodoh... jelas aja gw mau tau.... karena masih ga bisa ngomong, jadi gw ngangguk-ngangguk aja.
Monica nyari posisi duduk yang enak, lalu dia mulai bercerita, "Begini ceritanya....", gw menelan ludah.... seakan-akan mau memasuki dunia yang sama sekali gw ga kenal. "Orang tua kita, seperti yang kakak tau, merupakan pernikahan antar bangsa. Papa dari Cora dan Mama dari Bellato. Kita berdua sebenernya adalah anak kembar, kakak lebih banyak mewarisi gen Bellato, sementara aku lebih banyak mewarisi gen Cora. Saat orang tua kita dihukum mati oleh pengadilan Cora, Papa menitipkan kakak kepada adiknya, sementara Mama menitipkan aku ke sepupunya yang ga mempunyai anak". Gw yang terbengong menyadari klo rahang gw masih belom tertutup untuk beberapa lama, jadi tenggorokan gw agak kering. Gw pun menutup mulut dan menelan ludah.
Monica memperhatikan gw sesaat, lalu melanjutkan ceritanya, "Waktu aku berumur 12 tahun, orang tua angkat aku memberitahukan kenyataan tentang orang tua aku, dan keberadaan kakak, berdasarkan cerita dari Mama, tapi rupanya Papa lupa memberitahu orang tua angkat kakak klo di dunia ini ada aku, makanya kakak ga tau apa-apa soal aku".
"Lalu... kenapa kamu bisa jadi spiritualist di Cora?", tanya gw.
Monica menarik nafas panjang, lalu menghelanya pelan, "Waktu aku berumur 14 tahun, aku minta izin sama orang tua angkat aku untuk nyari kakak ke Cora. Dan karena aku banyak mewarisi gen Cora, tinggi badan aku cukup mencukupi untuk jadi bangsa Cora, malah kalau di Bellato, orang-orang melihat aku agak aneh...", sesaat dia meringis dan memegang bahunya, mungkin obatnya lagi bekerja dan merangsang pembentukan sel2nya dan membuatnya terasa sakit. "Setelah melalui berbagai ujian, aku berhasil masuk ke akademi, makanya aku ada 2 tahun di bawah kelas kakak. Dan ternyata, menemukan kakak sama sekali ga susah, karena kakak cukup terkenal dan mempunyai banyak fans lho di akademi. Trio ZTR udah kayak selebriti aja lho kalo di akademi".
"ZTR?", tanya gw heran.
"Zinn-TherMiaN-Ravi, si Charming, si Keren, dan si Playboy...", kata dia cekikan.
"Wew... masa sih?", sahut gw salting.
"ahaha... jangan ke ge-er-an gitu ah kak...", canda Monica.
"Tapi... kenapa kamu ga pernah ngomong sama gw?", tanya gw (sambil mengalihkan perhatian).
"Emm... aku ga tau harus ngomong apa..... masa aku dateng tiba-tiba di depan kakak dan bilang, 'halo kak! aku ade-mu lho..!', gitu? Orang kayak kakak gitu langsung bilang 'Oh...adikku...kemana saja dirimu??', klo si Ravi mah pasti ngomong gitu entah ade apa bukan juga sambil dipeluk...", jelas Monica.
"Ow...oke... masuk akal..", jawab gw.
"Setelah lulus dari Akademi, aku denger gosip kalo kakak membelot ke Bellato... aku sebenernya seneng.... karena rumah aku yang sebenernya ada disana. Aku juga bertahan di Cora setelahnya untuk melanjutkan peran sebagai mata-mata karena begitu mencintai bangsa Bellato, dan seandainya orang yang aku sayang masih berada disana, pasti aku akan ajak dia untuk membelot ke Bellato juga", tutur Monica.
"Orang yang kamu sayang? siapa? masa...... si Ravi??", tanya gw curiga.
"Bukan.... mm..... si.... TherMiaN", jawab Monica malu-malu.
"Ow si TherMiaN.... yaa... klo dia sih gapapa..............................WAK?! THERMIAN?!! Dia kan udah jadi...", Sentak gw, kaget.
"Swt.... reaksi kakak kok sama kayak si Ravi sih?", ketusnya.
"Ya wajar lah?? dia kan udah jadi....", seru gw.
"Biarin knapa sih?!!", bentak Monica, wew.... galak betul.... gw kayaknya ga segalak itu deh? apa gini yah anak kembar?
"ok...ok... sorii.... mending kita bahas yang lain...", kata gw.
BRAKK!! Aina menerobos masuk ke dalem. Bikin gw sama Monica sampe lompat karena kaget. Ekspresinya kayak abis ngeliat hantu.
"Gawat! Pasukan rusuh Cora udah nyampe sini!!", serunya.
"Kenapa, Raku?!", seru Aina khawatir. Rakuen yang berdiri disana, sendirian, ngeliat kita dengan ekpresi salah tingkah.
"Euh... enggak..... itu.... tadi.... ada.......*uhuktikusuhuk*", kata Rakuen agak-agak pelan. Mukanya kayak malu-malu gitu.
"Ha?! ada apaan?", tanya gw penasaran.
"*UHUKTIKUSUHUK*", jawaban Rakuen yang udah dikencengin masih ga jelas juga buat gw, tapi buat Aina keliatannya cukup jelas.
JEDUG!! gubrak..... Aina menghadiahkan satu bogem mentah ke rahang Rakuen. Si Rakuen ampe ngejengkang gitu... kalah kayaknya Berserker sama si Aina.....
"GARA-GARA TIKUS KMU TERIAK GITU?!!! KAMU INI COWO APA CEWE SIH?!!", bentak Aina. ZZZZZZZZ... si Rakuen barusan teriak gara-gara tikus?! swt...!!
"Bukan masalah cowo ato cewe sayang....", jelas Rakuen, "Tadi aku lagi sweeping udah kayak di game Rainbow Six.... namanya lagi konsentrasi penuh, wajar doong kaget gara-gara kaki aku di tabrak tikus?!", ekspresi Rakuen memelas banget waktu dia ngomong gitu. Hayah.... gw jadi ninggalin si Monica tuh di luar sendirian. Gw pun keluar untuk mengambil Monica (emangnya barang?). Saat gw keluar.... Monica..... udah ga ada disana!!
"Rakuen!! Aina!! Monica hilang!!", seru gw. Rakuen dan Aina bergegas keluar, dan kita bersama-sama celingak-celinguk. Ga perlu waktu lama untuk kita menyadari....
....klo gw salah inget naro si Monica di mana, karena dia masih tertidur dengan nyaman di tumpukan salju yang empuk, persis di tempat yang gw taro tadi.... dan bukan tempat yang gw liat barusan.....
GLEPOK!! Aina dengan sukses menampol rahang gw. Skarang gw yang ngejengkang.
"Kalian cowo-cowo kok pada DODOL-DODOL semua sih?!!", bentak Aina sewot.
Rakuen memegang pundak Aina, "Sayang, kamu jangan galak-galak knapa s.....", blom sempet Rakuen menyelesaikan kalimatnya, Aina udah menatap Rakuen dengan tatapan membunuh, dia langsung mundur 2 langkah tanpa aba-aba.
"nngghh....", dari tempatnya, Monica mengerang. Gw langsung buru-buru bangun dan membopongnya lagi. Kita berempat pun langsung masuk ke dalem. Rakuen dan Aina membereskan sebuah meja yang sepertinya bisa di pake untuk Monica tiduran. Gw merebahkan Monica di sana. Saat itu, Monica melek, dan berusaha bangun, "UGH!", tapi rasa sakit di bahunya membuat dia ga mampu duduk.
"SShhh... jangan bangun dulu, tiduran aja. Luka kamu cukup parah nih...", bujuk gw.
"Ini..... dimana...?", tanya Monica.
"Di tempat yang aman........ semoga", jawab gw. Aina ngejitak gw dari belakang. Buset.... apaan sih?! Aina menatap gw dengan tatapan membunuh lagi... bikin gw jadi ga bisa ngomong apa-apa.
"Luka mu perlu cepet dirawat. Masih ga bisa panggil Animus?", tanya Aina. Monica geleng-geleng. "Yawdah, kita rawat secara konvensional aja, Bajunya di buka dulu ya?".
"Ha?!", gw dan Rakuen berseru berbarengan.
"Kalian keluar dulu, gw kasih dia pertolongan pertama dulu, seenggaknya bisa mengehentikan pendarahannya", kata Aina serius. Gw sama Rakuen liat-liatan dan dia mengangkat bahunya.
"Yawdah, kita keluar dulu", kata gw. Baru aja gw mau berjalan pergi, Monica meganging tangan gw. Mata Aina berkedip-kedip ga jelas, trus ekspresinya yang 'nguehehehe...begitu ya...?', tapi gw sendiri juga bingung sama apa yang terjadi.
"Yawdah, Raku, kmu keluar dulu deh, jaga diluar ya..", kata Aina.
"Okay..", kata Rakuen, sambil berjalan keluar.
"Kalo ada apa-apa, teriak yaa, sayang" gubrag... kayaknya Rakuen nyungsep tuh di depan pintu denger kata-kata Aina. Aina-nya cekikikan.
Setelah Rakuen menutup pintu, Aina menyuruh gw untuk membelakangi mereka. "Jangan ngintip!", katanya. Jadi gw ngadep tembok dulu deh. Dari belakang, Monica mengerang-ngerang (dan kedengerannya cukup... euh... menggairahkan), sepertinya Aina lagi membersihkan luka-lukanya
"Ah..."
"Sakit? tahan ya.."
"hu..uhhh..."
"mmmhh..."
"aw!"
"aahhh.... aww... pelan-pelan....."
SWTTT!!! gw ga ngeliat mereka malah jadi lebih parah!! imajinasi gw jadi kemana2!! dan siksaan ini berlangsung kurang lebih 10menitan....
"Nah... selesai", akhirnya Aina berseru. Gw membalikkan badan dan melihat bahu Monica udah terbalut dengan rapih dengan perban, sementara armor Spiritualisnya yang di bagian pundak dan leher ga di pake lagi. jadi keliatan kayak make kemben dia.... swt.
"Wah... hebat ya perawatannya...", puji gw.
"Hmph... wajar dong... gw kan HC!", sahut Aina. "Ah.. Mon, rambutmu itu di pinggirin dulu ke sampingnya, jangan sampe kena perbannya, ntar bau lho...", lanjutnya.
"Ah.. iya...", Monica-pun menguraikan rambutnya kesamping dengan sebelah tangan dan memperlihatkan lehernya yang..... ber-tanda lahir..... sama kayak punya gw?! Monica memperhatikan ekspresi gw yang shock, dan menyadari kalo gw lagi ngeliatin tanda lahir di lehernya. Dia menatap gw dan tersenyum.
"Mon.... kok... kamu.....", kata gw terbata-bata. Monica senyum-senyum penuh arti. Aina yang bingung gitu ngeliatin kita berdua.
"Mmm... Halo............ kakak..", kata-kata Monica bener-bener menyambar gw bagaikan petir. Kakak? gw.... punya ade?!
"Tapi.... kok.....", gw ga ngerti mau ngomong apa.
"hmmm... kayaknya gw mendingan keluar dulu kali ya...?", kata Aina sambil melangkah keluar dari gubuk ini.
Gw dan Monica terdiam seribu bahasa untuk beberapa lama, hingga akhirnya dia yang berinisiatif memulai pembicaraan.
"Seperti dugaan ku, Kakak ga tau tentang aku kan?", tanyanya, gw geleng-geleng, masih dengan ekpresi ga percaya. "Mm... apa... kakak mau denger ceritanya?", tanya Monica agak ragu. Pertanyaan yang bodoh... jelas aja gw mau tau.... karena masih ga bisa ngomong, jadi gw ngangguk-ngangguk aja.
Monica nyari posisi duduk yang enak, lalu dia mulai bercerita, "Begini ceritanya....", gw menelan ludah.... seakan-akan mau memasuki dunia yang sama sekali gw ga kenal. "Orang tua kita, seperti yang kakak tau, merupakan pernikahan antar bangsa. Papa dari Cora dan Mama dari Bellato. Kita berdua sebenernya adalah anak kembar, kakak lebih banyak mewarisi gen Bellato, sementara aku lebih banyak mewarisi gen Cora. Saat orang tua kita dihukum mati oleh pengadilan Cora, Papa menitipkan kakak kepada adiknya, sementara Mama menitipkan aku ke sepupunya yang ga mempunyai anak". Gw yang terbengong menyadari klo rahang gw masih belom tertutup untuk beberapa lama, jadi tenggorokan gw agak kering. Gw pun menutup mulut dan menelan ludah.
Monica memperhatikan gw sesaat, lalu melanjutkan ceritanya, "Waktu aku berumur 12 tahun, orang tua angkat aku memberitahukan kenyataan tentang orang tua aku, dan keberadaan kakak, berdasarkan cerita dari Mama, tapi rupanya Papa lupa memberitahu orang tua angkat kakak klo di dunia ini ada aku, makanya kakak ga tau apa-apa soal aku".
"Lalu... kenapa kamu bisa jadi spiritualist di Cora?", tanya gw.
Monica menarik nafas panjang, lalu menghelanya pelan, "Waktu aku berumur 14 tahun, aku minta izin sama orang tua angkat aku untuk nyari kakak ke Cora. Dan karena aku banyak mewarisi gen Cora, tinggi badan aku cukup mencukupi untuk jadi bangsa Cora, malah kalau di Bellato, orang-orang melihat aku agak aneh...", sesaat dia meringis dan memegang bahunya, mungkin obatnya lagi bekerja dan merangsang pembentukan sel2nya dan membuatnya terasa sakit. "Setelah melalui berbagai ujian, aku berhasil masuk ke akademi, makanya aku ada 2 tahun di bawah kelas kakak. Dan ternyata, menemukan kakak sama sekali ga susah, karena kakak cukup terkenal dan mempunyai banyak fans lho di akademi. Trio ZTR udah kayak selebriti aja lho kalo di akademi".
"ZTR?", tanya gw heran.
"Zinn-TherMiaN-Ravi, si Charming, si Keren, dan si Playboy...", kata dia cekikan.
"Wew... masa sih?", sahut gw salting.
"ahaha... jangan ke ge-er-an gitu ah kak...", canda Monica.
"Tapi... kenapa kamu ga pernah ngomong sama gw?", tanya gw (sambil mengalihkan perhatian).
"Emm... aku ga tau harus ngomong apa..... masa aku dateng tiba-tiba di depan kakak dan bilang, 'halo kak! aku ade-mu lho..!', gitu? Orang kayak kakak gitu langsung bilang 'Oh...adikku...kemana saja dirimu??', klo si Ravi mah pasti ngomong gitu entah ade apa bukan juga sambil dipeluk...", jelas Monica.
"Ow...oke... masuk akal..", jawab gw.
"Setelah lulus dari Akademi, aku denger gosip kalo kakak membelot ke Bellato... aku sebenernya seneng.... karena rumah aku yang sebenernya ada disana. Aku juga bertahan di Cora setelahnya untuk melanjutkan peran sebagai mata-mata karena begitu mencintai bangsa Bellato, dan seandainya orang yang aku sayang masih berada disana, pasti aku akan ajak dia untuk membelot ke Bellato juga", tutur Monica.
"Orang yang kamu sayang? siapa? masa...... si Ravi??", tanya gw curiga.
"Bukan.... mm..... si.... TherMiaN", jawab Monica malu-malu.
"Ow si TherMiaN.... yaa... klo dia sih gapapa..............................WAK?! THERMIAN?!! Dia kan udah jadi...", Sentak gw, kaget.
"Swt.... reaksi kakak kok sama kayak si Ravi sih?", ketusnya.
"Ya wajar lah?? dia kan udah jadi....", seru gw.
"Biarin knapa sih?!!", bentak Monica, wew.... galak betul.... gw kayaknya ga segalak itu deh? apa gini yah anak kembar?
"ok...ok... sorii.... mending kita bahas yang lain...", kata gw.
BRAKK!! Aina menerobos masuk ke dalem. Bikin gw sama Monica sampe lompat karena kaget. Ekspresinya kayak abis ngeliat hantu.
"Gawat! Pasukan rusuh Cora udah nyampe sini!!", serunya.
0
Kutip
Balas