Act – 8.5 Blessed by The Water

Tubuh – tubuh Mal’akhim yg bersujud terikat rantai, secara perlahan – lahan bagian perbagian menjadi cahaya meninggalkan wujud sosok berjubah putih bersayap yg sebelumnya dimanifestasikan.

Wahai kalian Manusia, kembalilah pada esensi kalian yg direncanakan pada saat hari penciptaan. Kembalilah pada kemuliaan dan jadilah makhluk yg benar – benar paling mulia diantara segala makhluk ciptaan-Nya..

Azrael berbicara lantang, terlihat tubuh yg terbalut zirah mengkilat berwarna hitam kini berubah menjadi asap hitam secara perlahan – lahan. Cahaya kemilauan yg terang benderang kini meredup dan akhirnya satu persatu cahaya bersinar terang Mal’akhim menghilang dari Assiah.

Wujud Azrael kini juga telah tidak berbentuk jelas. Hanya meninggalkan kepulan asap hitam dengan topeng putih melayang, dan juga rantai api membara yg mengikat lengan kirinya yg berbentuk abstrak sekarang.

Masa tanpa Tuhan dimulai…

Ditengah derasnya hujan yg turun, keseluruhan sosok pelayan Tuhan menghilang tanpa bekas meninggalkan manusia – manusia yg kelelahan di bawah sana dengan mereka sosok – sosok terkutuk yg dinistakan oleh Langit.

Langit hitam tanpa awan gelap yg bergumul sebelumnya dan menutupi Vatican, adalah pemandangan yg terlihat sekarang. Memuntahkan derasnya air yg menyegarkan bersama kilatan petir yg bergema, anggota Order berdiri tegap memandang langit merasakan tiap tetesan hujan yg dingin membasahi tubuh mereka yg lelah.

Berkah terakhir diturunkan oleh Mereka untuk manusia. Hidup, kematian, dan takdir akan mengakar bercabang pada pilihan. Iman akan teruji.. mereka yg percaya dan benar – benar percaya akan dibedakan.

Alunan nyanyian chorus sebelumnya yg melatari pertempuran mereka, sekarang semakin lama semakin kecil dan akhirnya menghilang ditelan suara hujan. Suara yg menggetarkan hati itu menghilang bersama dengan seluruh sosok setan bermata merah menyala yg berdiri maupun yg telah terbaring tak bernyawa dilapangan.

Para pion penyesat, dan dia penghancur dengan mata terluka mendapat kebebasan. Tidak ada harapan.. segala penantian telah tergores dalam alur scenario Racun Tuhan.

“Apa hujan ini adalah berkah dari Tuhan?” Elenna menatap langit luas dengan merasakan sedikit kedinginan karena air hujan membasahi tubuhnya.

“Hujan turun dan para Setan menghilang… mengembalikan semuanya pada keimanan masing – masing. Apakah semua ini merupakan Rencana yg telah digariskan Tuhan?” Pierre yg juga basah kuyup kehujanan, menundukan kepala seraya mencopot kacamatanya dan berusaha mengelap kaca yg terkena air.

“Sejak melangkahkan kaki ke Roma, banyak hal yg diluar nalar yg kita lihat dengan jelas.. Apapun itu.. sesuatu yg tidak teridentifikasikan atau yg di imani oleh sosok yg dikenal sebagai Tuhan, telah memberikan cukup banyak bantuan untuk kita..” Million menyibakan rambut basah dengan lenganb kirinya dengan pelan karena menghalangi salah satu pandangan matanya.

Shade memandang kelangit gelap dan berbicara dengan sinis. “Tuhan..? kebanyakan dari kalian mempercayai sesuatu sosok yg tertinggi yg belum tentu dapat dibuktikan perannya atas penyelamatan yg terjadi. Ketika diselamatkan dari segala mara bahaya, kalian bersyukur pada Tuhan… Tapi apa kalian sadar, pernah kah terlintas bahwa Tuhan lah yg sebenarnya menggiring kita ketempat ini untuk merasakan semua kepahitan? Atau jangan – jangan sebenarnya Dia lah sosok yg telah menyiksa manusia itu sendiri..”

Ketiga anggota order yg lain yg mendengarkan kata – kata Shade, menyadari bahwa salah satu dari mereka masih tetap menyangkal keberadaan-Nya. Tim Order yg lain tidak mengerti apa yg sebenarnya ada dalam pikiran pemuda berbola mata merah itu. Dengan apa yg telah terjadi selama di Roma, entah kenapa Shade masih juga terus melakukan penyangkalan hebat pada Tuhan.

Elenna memandang Shade yg sedang menatap langit. Ditengah suasana hujan yg masih turun dengan cukup deras, Elenna melangkah mendekati tubuh pemuda berbola mata merah itu dan lengan kanannya yg terbalut sarung tangan hitam meraih tangan kiri pemuda yg ia tuju. Dipegangnya dengan sangat erat, dan membuat Shade teralihkan pandangannya pada dirinya yg sedang berdiri disampingnya.

Elenna tersenyum manis. Paras cantik dan ayu yg ia miliki tidak menghilang walaupun tubuhnya terlihat basah kuyub di mata Shade.

“Jangan mengatakan asumsi dan hal yg buruk lagi..” Elenna berkata dengan pelan, dan kemudian menggerakan lengan kirinya menyentuh dada pemuda itu yg terbalut oleh kemeja putih yg terlihat lusuh.

“Aku merasakannya.. walaupun kamu selalu berpandangan buruk tentang-Nya, kamu masih menyimpannya disini.. didalam lubuk hatimu yg terdalam.”
Shade sedikit terkejut dengan apa yg sedang Elenna lakukan dan katakan. Tidak menjawab kata – kata wanita dihadapannya, Shade hanya menunduk terdiam terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Apa aku saja yg merasa.. atau memang sepertinya ada sesuatu yg terjadi diantara mereka berdua?” Pierre yg dalam posisi melipatkan kedua tangannya di dada, menyipitkan matanya melihat kedua rekannya yg berada tidak jauh dari mereka.

“Timbul sebuah kecemburuan Pierre?” Million memejamkan kedua matanya, dan terlihat sedang menahan tawa.

“Tidak..” Pierre menjawab dengan nada tegas, namun dia masih tetap memandangi Shade dan Elenna.

Empat orang Tim Order yg datang pada mulanya dengan tujuan menyelidiki mengenai kemunculan wujud fisik setan, akhirnya harus masuk pada hal yg lebih besar ketika mereka berada di kota Roma. Gerombolan setan yg dapat lepas berjalan – jalan di wilayah Roma, fenomena – fenomena aneh yg muncul, dan hal terakhir adalah keberadaan dari Anggota The Sect di tempat ini yg sebelumnya telah memporak – porandakan Avalon, menjadi tanda tanya yg begitu besar.

“Tap..” Langkah pertama dimulai. keempat anggota Order dengan mengesampaingkan segala bentu kelelahannya, berjalan bersamaan menuju pada satu tujuan yaitu St. Peter’s Basilica dibawah langit hitam yg telah menghentikan guyuran hujan yg sebelumnya turun begitu deras.

Melangkah dengan ketetapan hati, menembus kabut yg telah menutupi segala kebenaran Dunia lampau. Mereka bertanya – tanya apa yg akan mereka temukan didalam bangunan megah dengan gaya arsitektur indah yg sekarang berada tepat didepannya.

Jawaban dari apa yg selama ini dipertanyakan? Atau hal lain yg lebih besar daripada itu?

Keempat Martyr yg dipercayai oleh para mal’akhim tidak mengetahui, bahwa segalanya akan dimulai dan tidak lagi dapat berhenti ketika mereka berempat memasuki bangunan putih megah itu.

Mereka yg memandang dari bagian lain Dunia yg sangat jauh hanya dapat berharap dengan akhir yg mereka percayai. Tuhan yg telah menetapkan segalanya memandang dari tahta tertingginya pada mereka yg akan memulai segalanya.