Kaskus

Story

AntiTabooAvatar border
TS
AntiTaboo
House~OF~Taboo
Quote:


----------¤----------
¤ SELAMAT DATANG DI GUBUK KECIL KU ¤

dimana hukum berada dibawah kaki rakyat
----------¤----------

Quote:


Quote:


Quote:


Spoiler for Daftar isi:


Spoiler for bukan repost:
radetraAvatar border
someshitnessAvatar border
someshitness dan radetra memberi reputasi
2
99.9K
225
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal
B-Log Personal
KASKUS Official
6.7KThread13.5KAnggota
Tampilkan semua post
AntiTabooAvatar border
TS
AntiTaboo
#23
Lesbian
Kutipan Frizzy Jo, Seorang Lesbian..

“Kenapa kamu menjadi lesbian?” adalah sebuah pertanyaan yang lumayan sering dilontarkan kepadaku. Berhubung aku masih in the closet, tentu saja pertanyaan itu selalu berasal dari teman-teman gay dan tidak pernah keluar dari mulut teman-teman hetero. Namun, dengan begitu seringnya aku juga mendapatkan pertanyaan serupa dari mereka yang telah coming out, aku jadi berasumsi kalau mereka juga pernah mendapatkan pertanyaan yang serupa.
Terus terang, setiap ditanya seperti itu ada rasa geli menggelitik hatiku. Kadang-kadang aku iseng ingin menjawab “Oh, menjadi lesbian memang cita-citaku sejak kecil kok.” Tapi nggak mungkin kan aku jawab seperti itu. Padahal kalau dilihat dari kalimat pertanyaannya, aku merasa seolah-olah kata lesbian yang sedang dibicarakan konteksnya adalah sebagai sebuah profesi. Sama halnya dengan pertanyaan “Kenapa kamu menjadi dokter?” dan bisa langsung dijawab “Aku jadi dokter karena aku ingin menyembuhkan banyak orang.”
Alasan seseorang menjadi lesbian sampai saat ini cukup sering menjadi paragraf pembuka bagi mereka yang mengupas tentang perempuan yang mencintai sesama jenisnya. Bagi masyarakat hetero yang masih menganggap lesbian sebagai wujud penyimpangan orientasi seksual, alasan-alasan yang dikemukakan terasa klise. Ada yang bilang kalau si A menjadi lesbian karena dia trauma pernah merasakan sakit hati terhadap pacar cowoknya, padahal ia sudah memberikan cintanya sepenuh hati. Ada yang bilang si B kecewa sama ayahnya karena sejak kecil sering melihat ibunya diperlakukan dengan semena-mena. Atau yang sekarang sering dibicarakan yaitu menjadi lesbian karena hubungan sesama jenis sedang menjadi tren. Dan masih banyak alasan lain yang dianggap mendukung seseorang menjadi lesbian.

Jika melihat alasan si A dan si B, rasanya menjadi wajar jika kemudian banyak masyarakat hetero yang berpendapat bahwa menjadi lesbian adalah "sebuah penyakit yang harus disembuhkan." Aku benci mendengar kalimat ini. Akan tetapi dengan sebagian kecil alasan-alasan yang menjadi latar belakang penyebab seseorang menjadi lesbian yang mereka temukan di sekitar mereka, tidak bisa begitu saja menyalahkan mereka karena memang alasan sebagian perempuan menjadi lesbian dilatarbelakangi oleh perasaan terluka. Dan sudah pasti yang namanya luka harus disembuhkan.
Aku teringat perkataan yang pernah diucapkan oleh seorang sahabat saat pertama kalinya aku menerima diriku sebagai seorang lesbian. Kehidupan lesbian yang sebenarnya seumpama kehidupan lain yang berada di sisi lain dari tempatmu berpijak. Begitu kamu melepaskan pijakanmu dan melangkahkan kaki masuk ke sisi itu maka sejak saat itu kamu tidak akan pernah bisa kembali ke tempat asal kamu berdiri. There is no point of return. Responsku atas ucapan sahabat saat itu mungkin terdengar sinis. Ah, itu kan karena dia nggak rela aja kalau ada lesbian yang kembali menjadi hetero. Makin banyak teman lesbian pasti dia makin merasa damai karena merasa tidak sendirian.
Namun seiring berjalannya waktu, begitu banyak pengalaman teman-teman yang kudapati dalam kehidupan yang kujalani sampai saat ini ternyata memang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh sahabatku. Berkali-kali mereka memutuskan untuk menanggalkan jubah lesbian dan berkali-kali pula mereka kembali mengenakannya. Dan pertanyaan yang sama kembali muncul “Kenapa mereka memutuskan menjadi lesbian?”

Tidak. Mereka tidak memutuskan menjadi lesbian. Menjadi lesbian atau tidak bukanlah suatu hal yang bisa diputuskan seperti halnya seorang hakim mengetuk palunya ketika menjatuhkan vonis. Meskipun begitu banyak orang yang berkata menjadi lesbian adalah sebuah pilihan, namun secara pribadi aku berpendapat, kita tidak bisa memilih untuk menjadi seorang lesbian. Alasan yang mendasari teman-temanku kembali mengenakan jubah lesbian adalah karena mereka menyadari bahwa mereka memang lesbian dan sia-sia memaksa diri untuk tetap menjalani kehidupan hetero yang malah membuat kegelisahan berubah menjadi dinamit dan menunggu waktu meledakkannya.

Jika pernah ada yang mengenal istilah "belok" dalam dunia lesbian, aku dengan tegas berkata tidak ada satu pun perempuan hetero di dunia ini yang bisa “dibelokkan” menjadi seorang lesbian. Berbeda dengan pertama kali waktu aku melangkah ke dalam kehidupan lesbian, saat ini aku akan tersenyum ketika ada seorang lesbian yang berkata “Aku berhasil membelokkan perempuan hetero.” emoticon-Nohope

Seorang hetero akan tetap menjadi hetero dan ia akan dapat kembali melangkahkan kaki ke tempatnya berpijak. Lain halnya dengan seorang lesbian. Sekali ia melewati “pintu” itu, seperti yang telah dikatakan sahabatku, there is no point of return for her. Jadi, jika ada yang bertanya kepadaku “Kenapa kamu menjadi lesbian?”, hanya ada satu jawabannya. Aku menjadi lesbian karena aku adalah lesbian.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.