Kaskus

Story

AntiTabooAvatar border
TS
AntiTaboo
House~OF~Taboo
Quote:


----------¤----------
¤ SELAMAT DATANG DI GUBUK KECIL KU ¤

dimana hukum berada dibawah kaki rakyat
----------¤----------

Quote:


Quote:


Quote:


Spoiler for Daftar isi:


Spoiler for bukan repost:
radetraAvatar border
someshitnessAvatar border
someshitness dan radetra memberi reputasi
2
99.9K
225
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal
B-Log Personal
KASKUS Official
6.7KThread13.5KAnggota
Tampilkan semua post
AntiTabooAvatar border
TS
AntiTaboo
#22
Lesbian
Jumlah, Faktor, dan Penyebab Lesbian

Perkiraan dari jumlah atau prevalensi homoseksualitas di masa modern ini bervariasi secara signifikan. Data yang dikumpulkan diperumit oleh berbagai definisi yang digunakan dalam homoseksualitas serta adanya fluktuasi dalam jangka waktu dan tempat. Secara signifikan keberadaan kaum homoseksual di dunia ini patut diperhitungkan. Di Amerika sendiri, pada tahun pemilu 2004 survei menyatakan 4% dari seluruh pemilih pria menyatakan dirinya sebagai kaum homoseksual, yang karena tekanan sosial banyak yang tidak mau menyatakan identitas mereka. Di Kanada, tahun 2003 Biro Statistik Kanada menyatakan bahwa di antara warga Kanada berumur 18 hingga 59, 1% melaporkan mereka sebagai homoseksual dan 0,7% melaporkan sebagai biseksual.

Sedangkan di Indonesia, data statistik menyatakan bahwa 8 sampai 10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu pernah terlibat pengalaman homoseksual. Sebagai catatan dari suatu survey dari Yayasan Priangan beberapa tahun yang lalu menyebutkan bahwa ada 21% pelajar SMP dan 35% SMU yang pernah terlibat dalam perilaku homoseksual. Data lain menyebutkan kaum homoseksual di tanah air memiliki sekitar 221 tempat pertemuan di 53 kota kota di Indonesia. Berdasarkan catatan LSM Abiasa dan Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat yang terlibat pendampingan untuk HIV/ AIDS, di Kota Bandung saja, tak kurang dari 656 orang tercatat sebagai pria homoseksual (gay), dan di Jawa Barat diperkirakan tak kurang dari 6.000 orang. Hal di atas menggambarkan bahwa jumlah kaum homoseksual tidaklah sedikit.

Angka ini belum termasuk homoseksual yang belum mengakui atau belum terbuka. Kondisi yang seperti ini juga membuat kaum homoseksual ini cukup besar dan menjadi komunitas yang mau tidak mau di akui akan kehadirannya di masyarakat. Dengan bertambahnya waktu dan pengakuan diri dari kaum homoseksual, menyebabkan muncul cukup mencolok dan menjadi wajar dan tidak tabu lagi untuk masyarakat.

Terdapat tigs garis besar kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual yaitu kombinasi / rangkaian tertentu di dalam genetik (kromosom),hormon, struktur otak dan susunan syaraf diperkirakan mempengaruhi terbentuknya homoseksual.

Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra, S.Si mengemukakan bahwa berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang menjadi homoseksual dapat dilihat dari Susunan Kromosom, perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria.

Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.

Ketidakseimbangan hormon, apabila seorang pria memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.

Struktur Otak, struktur otak pada straight females dan straight males serta gay females dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males, struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini biasa disebut lesbian.

Kelainan susunan syaraf berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi prilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.

Kaum homoseksual pada umumnya merasa lebih nyaman menerima penjelasan bahwa faktor biologis-lah yang mempengaruhi mereka dibandingkan menerima bahwa faktor lingkunganlah yang mempengaruhi. Dengan menerima bahwa faktor biologis-lah yang berperan dalam membentuk homoseksual maka dapat dinyatakan bahwa kaum homoseksual memang terlahir sebagai homoseksual, mereka dipilih sebagai homoseksual dan bukannya memilih menjadi homoseksual.

Namun sebagai informasi tambahan pula, faktor – faktor biologis yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual ini masih terus menerus diteliti dan dikaji lebih lanjut oleh para pakar di bidangnya. Lingkungan diperkirakan turut mempengaruhi terbentuknya homoseksual.

Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual terdiri atas berikut dalam budaya dan adat istiadat masyarakat tertentu terdapat ritual-ritual yang mengandung unsur homoseksualitas, seperti dalam budaya suku Etoro yaitu suku pedalaman Papua New Guinea, terdapat ritual keyakinan dimana laki-laki muda harus memakan sperma dari pria yang lebih tua (dewasa) untuk memperoleh status sebagai pria dewasa dan menjadi dewasa secara benar serta bertumbuh menjadi pria kuat. emoticon-Nohope

Karena pada dasarnya budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu sedikit banyak mempengaruhi pribadi masing-masing orang dalam kelompok masyarakat tersebut, maka demikian pula budaya dan adat istiadat yang mengandung unsur homoseksualitas dapat mempengaruhi seseorang. Mulai dari cara berinteraksi dengan lingkungan, nilai-nilai yang dianut, sikap, pandangan, maupun pola pemikiran tertentu terutama sekaitan dengan orientasi, tindakan, dan identitas seksual seseorang.

Lesbian juga disebabkan karena wanita yang bersangkutan terlalu mudah jenuh terhadap relasi heteroseksualnya, misalnya suami atau kekasih prianya. Seorang yang lesbian tidak pernah merasakan orgasme. Penyebab yang lain adalah pengalaman traumatis terhadap seorang pria atau suami yang kejam, sehingga timbul rasa benci yang mendalam dan antipati terhadap setiap laki-laki. Kemudian ia lebih suka melakukan relasi seks dan hidup bercinta dengan seseorang wanita lain. Wanita lesbian menganggap relasi heteroseksual tidak bisa membuat dirinya bahagia, relasi seksnya dengan sesama wanita dianggap sebagai kompensasi dari rasa ketidakbahagiaannya tersebut.

Cara mengasuh seorang anak juga dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Sejak dini seorang anak telah dikenalkan pada identitas mereka sebagai seorang pria atau perempuan. Masa sexual abuse pada masa kanak-kanak, biasanya mengakibatkan trauma karena terjadi selama tahun-tahun perkembangan yang penting, dimana kapasitas dasar untuk mengatur emosi dan identitas sedang terbentuk. Sexual abuse didefinisikan sebagai usaha atau tingkah laku seksual yang dipaksakan, termasuk juga tingkah laku yang tidak melibatkan sentuhan langsung. Banyak anak yang mengalami sexual abuse menunjukkan gejala trauma. Inti dari trauma adalah perasaan putus asa, diikuti oleh perasaan sakit hati dan terancam. Hal ini membuatnya melihat kebanyakan situasi dalam hidupnya dengan terlalu antisipatif dan terarah pada usaha menghindari peristiwa yang membuatnya trauma. pengalaman baru yang kemudian dialaminya, anak sering menjadi waspada setiap waktu. Anak tersebut kemudian bertingkahlaku agresif, menghindar, menarik diri, dan bermasalah dalam sisi afektif, depresi, memiliki regulasi afeksi yang buruk, emosional, serta penuh amarah.

Buruknya penyesuaian diri dalam hubungan dengan orang lain tersebut menyebabkan anak dengan pengalaman abuse di masa kecil lebih sering menghabiskan waktunya sendiri dan hal ini dapat menimbulkan perasaan kesepian dalam diri mereka.

Gordon mendefinisikan kesepian sebagai perasaan kehilangan karena kekurangan kontak dengan orang lain atau tidak terciptanya hubungan dengan orang lain sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Weiss, terdapat dua jenis kesepian yaitu kesepian emosional, yang terjadi akibat tidak adanya figur yang intim, seperti orangtua, saudara, atau pasangan hidup; dan kesepian sosial, yang terjadi bila seseorang kehilangan perasaan terintegrasi secara sosial atau komunikasi, seperti dengan teman-teman.

Selanjutnya, wujud dari perasaan kesepian dapat termanifestasi dalam berbagai segi kehidupan individu diantaranya dalam segi afektif, motivasional, dan kognitif. Dalam manifestasi afektif, kesepian berkaitan erat dengan depresi dimana individu merasa kurang bahagia, kurang puas, serta pesimis. Selain itu, orang yang kesepian juga sering merasa khawatir, tegang, serta bosan. Dari penelitian didapatkan hasil bahwa orang yang mengalami kesepian juga cenderung merasa panik, tidak berdaya, tidak punya harapan, sedih, hampa, melankolis, tidak sabar, bosan, dan ingin berada di tempat yang lain.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.