Kaskus

Story

AntiTabooAvatar border
TS
AntiTaboo
House~OF~Taboo
Quote:


----------¤----------
¤ SELAMAT DATANG DI GUBUK KECIL KU ¤

dimana hukum berada dibawah kaki rakyat
----------¤----------

Quote:


Quote:


Quote:


Spoiler for Daftar isi:


Spoiler for bukan repost:
radetraAvatar border
someshitnessAvatar border
someshitness dan radetra memberi reputasi
2
99.9K
225
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal
B-Log Personal
KASKUS Official
6.7KThread13.5KAnggota
Tampilkan semua post
AntiTabooAvatar border
TS
AntiTaboo
#6
~Bondage~
Dalam tingkatan fisik, BDSM terkait dengan pemberian rasa sakit fisik, penderitaan dan sensasi intens lainnya secara intensional. Praktisi BDSM sering membandingkan efek yang disebabkan pelepasan endorphin (substansi kimia yang bisa membuat orang “melayang” setelah melakukan aktiitas tertentu, seperti seks dan merupakan respon tubuh terhadap sensasi intens tertentu) ketika melakukan praktek BDSM dengan “melayang” ala pemakai narkoba atau kondisi pascaorgasme. Efek mirip trans (trance) mental ini dikatakan sangat nyaman. Seorang filsuf, Edmund Burke, menyebut sensasi kenikmatan oleh rasa sakit ini dengan kata “sublim”. Ada pula yang berpendapat bahwa area di otak yang mengatur stimulus seksual dan rasa sakit bertumpang tindih sehingga ada orang yang mengasosiasikan rasa sakit dengan kenikmatan seksual.

Spoiler for funny:


Kesenangan yang diperoleh dalam satu sesi BDSMsangat erat bergantung pada kompetensi pasangan yang di “atas” dan kondisi mental dan fisik pasangan yang di “bawah”. Untuk dapat berbagi pikiran dan rasa diperlukan pula saling percaya dan kegairahan seksual. Sebagian kecil praktisi BDSM malah ikut dalam sesi tidak untuk memperoleh kesenangan pribadi, melainkan semata-mata agar pasangannya terpenuhi kebutuhannya. Banyak orang terlibat dalam BDSM karena mengidamkan sensasi fisik tertentu. Untuk memperoleh kepuasan, kuncinya adalah menggubah jenis sensasi yang tepat dengan intensitas yang tepat. Ada praktisi BDSM yang mengibaratkan sensasi tertentu dengan komposisi musik, setiap sensasi bagaikan satu not musik. Jadi, kesan sensasi yang berbeda dikombinasikan untuk menciptakan pengalaman total yang senantiasa dikenang. Namun, bagi beberapa orang, bukan sensasi intensnya yang menyenangkan, tapi pengalaman menguji ketahanan dan batasan-batasan diri.

hubungan yang mempraktekkan BDSM (D/s, khususnya) secara sengaja. Hubungan yang demikian itu disebut play relationship dan definisinya adalah hubungan yang dalam kehidupan kesehariannya dilingkupi oleh konsep BDSM bahkan di luar aktivitas seksual. Pasangan dengan tipe hubungan seperti ini sehari-hari menjaga keseimbangan kekuasaan dan menjadikan aspek BDSM sebagai bagian konsisten dari gaya hidup mereka. Play relationship juga disebut 24/7 relationship, maknanya 24 jam sehari, 7 hari seminggu mempraktekkan BDSM. Dalam hubungan ini pasangan yang dominan mengontrol mayoritas aspek kehidupan pasangan yang submisif, dengan pengecualian pada area pekerjaan, keluarga, teman, dll. Ada satu bentuk hubungan BDSM yang paling tidak umum, yaitu total power exchange di mana pasangan dominan menguasai pasangan submisif secara total.

Spoiler for normal:


Saat ini keinginan atau pemikiran terkait dengan BDSM sudah dianggap normal, bahkan sehat, ketika para ahli mulai mempertimbangkan nilai potensi psikologisnya. BDSMmenawarkan pelepasan energi seksual dan emosional yang bagi beberapa orang sukar dilakukan lewat seks tradisional. Menurut psikolog sosial dari Case Western Reserve University, Roy Baumeister, Ph.D. , kepuasan dari BDSM adalah sesuatu yang lebih dari seks biasa, itu bisa menjadi pelepasan emosi total. Banyak orang yang melaporkan bahwa hubungan seksual mereka lebih baik ketika dilakukan setelah satu sesi BDSM, tapi tujuan BDSM bukanlah sanggama. Buku S&M: No Longer A Pathology menyatakan bahwa satu sesi yang hebat tidak berujung pada orgasme, melainkan katarsis. Katarsis itu sendiri adalah pembebasan, pelepasan ketegangan dan kecemasan dengan mencurahkan kejadian traumatis masa lalu yang dulunya ditekan.

Spoiler for the ending:


Terakhir, BDSMbukan hanya cara memenuhi fantasi seksual, tapi juga merupakan jalan spiritual Banyak orang mendapati bahwa rasa sakit, submisi atau dominasi membawa mereka ke kondisi mirip trans (trance) yang dalam. Dalam kondisi demikian, mereka bisa memperoleh visi dan revelasi (dibukakan matanya). Kadang visi tersebut membantu dalam hidup, ditransformasikan dalam seni dan membuat orang jadi lebih bersentuhan dengan alam dan Sang Pencipta.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.