- Beranda
- B-Log Personal
House~OF~Taboo
...
TS
AntiTaboo
House~OF~Taboo
Quote:
----------¤----------
¤ SELAMAT DATANG DI GUBUK KECIL KU ¤
dimana hukum berada dibawah kaki rakyat
----------¤----------
¤ SELAMAT DATANG DI GUBUK KECIL KU ¤
dimana hukum berada dibawah kaki rakyat
----------¤----------
Quote:
Quote:
Quote:
Spoiler for Daftar isi:
Spoiler for bukan repost:
someshitness dan radetra memberi reputasi
2
99.9K
225
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal 
6.7KThread•13.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
AntiTaboo
#4
~Bondage~
para ahli saat ini menganggap bahwa BDSM yang dilakukan dengan adanya persetujuan kedua belah pihak bukanlah penyakit atau penyimpangan. BDSM dianggap penyakit bila terkait dengan gangguan kepribadian lainnya. Praktisi BDSM secara jelas juga menetapkan batasan antara BDSM konsensual dengan penyiksaan seksual. Yang penting adalah ada kesediaan dari masing-masing pihak. Aktivitas BDSMcenderung berbentuk adegan atau sesi yang dilakukan pada waktu tertentu di mana kedua pihak menikmati skenario yang melibatkan salah satu pihak melepaskan kontrol atau otoritas. Pihak tersebut suka rela, bukan dipaksa, melakukan hal-hal yang diminta dari mereka. Semua pihak yang terlibat menikmati sesi tersebut, meski praktek yang dilakukan (disakiti, dikekang, dll) dalam situasi normal tidak menyenangkan. Pihak yang submisif menyerahkan kontrol pada pihak dominan melalui ritual pertukaran kekuasaan. Pihak dominan biasa disebut dom(inan) atau atas, sedangkan pihak submisif dinamai bawah atau sub(misif). Hubungan seksual (baik itu oral, anal atau vaginal) dapat terjadi dalam satu sesi, tapi tidak esensial.
Itu tadi BDSMsecara umum, sekarang mari kita bedah subdivisinya secara terpisah, meskipun dalam prakteknya antara subdivisi BDSM yang satu dengan yang lain kerap tumpang tindih. Baiklah, kita mulai dari yang pertama : Bondage and Discipline. Bondage and Discipline merupakan dua aspek BDSM yang tak selalu saling mengait, tapi bisa muncul bersamaan. Bondage meliputi praktek-praktek pengekangan untuk mendapat kepuasan, biasanya (tapi tak selalu) merupakan praktek seksual. Bondage dipraktekkan dengan mengikat anggota tubuh pasangan, bisa dengan borgol atau tali (atau scarf, kalau cuma setengah niat), dapat pula dengan merantai tubuh pasangan ke jeruji perentang atau menyalibkan pasangan. Riset dengan subjek praktisi BDSM di AS menunjukkan bahwa separuh subjek pria dan banyak wanita menganggap bondage erotis.
Discipline dalam konteks BDSM prakteknya agak berbeda dengan disiplin sebagai nilai kehidupan pada umumnya, meski intinya sama : patuh pada peraturan. Istilah discipline dalam BDSM mencakup penggunaan aturan dan hukuman untuk mengendalikan perilaku pasangan. Hukuman bisa berupa fisik (dirotan), psikologis (dipermalukan), maupun kehilangan kebebasan secara fisik (dirantai). Discipline juga dapat berupa latihan terstruktur bagi pasangan yang di bawah. Discipline kadang dipraktekkan bersama dengan bondage dan ini membuat pembedaan antara bondage dan discipline kadang sulit ditetapkan, apalagi discipline juga kerap digabungkan dengan aspek sadomasokisme.
Sekarang kita menginjak subdivisi berikutnya, yaitu D/s, dominasi dan submisi. D/s merupakan satu set perilaku, ritual, kebiasaan berkenaan dengan memberi dan menerima dominasi satu individu atas individu lainnya dalam konteks erotis atau gaya hidup. D/s cenderung mengeksplorasi BDSM dari aspek mental. Banyak relasi manusia yang mengandung unsur D/s meski tidak dianggap sebagai penganut BDSM. Misalnya pasangan suami-istri yang istrinya amat dominan dalam kehidupan rumah tangga dan suaminya sangat penurut pada istrinya. Relasi tersebut termasuk BDSM jika D/s dipraktekkan secara sadar (sengaja) dan suka rela. Mengontrol dan dikontrol orang lain umumnya lebih ke arah dinamika kekuasaan dalam satu hubungan, ketimbang perilaku tertentu dan kadang (tapi tidak selalu) melibatkan sadomasokisme.
Sampailah kita ke subdivisi S&M, sadomasokisme. Dalam konteks aktivitas seksual konsensual, sadomasokismemerujuk pada kepuasan dan bangkitnya gairah seksual karena menerima atau menyebabkan rasa sakit, malu atau penderitaan pada orang lain. Tapi jabaran istilah ini secara psikologis tidak betul-betul akurat. Sadisme secara absolut adalah orang yang kesenangannya melukai orang tak tergantung persetujuan korbannya. Tak adanya persetujuan bisa merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang sadis murni. Seorang masokis dalam BDSM konsensual adalah orang yang menikmati fantasi seksual atau dorongan untuk dibuat menderita, baik sebagai pengganti maupun penyedap kenikmatan seksual, biasanya dilakukan sesuai dengan skenario adegan yang disepakati. Jadi, seorang masokis tidak menikmati rasa sakit di luar skenario, misalnya karena kecelakaan, dioperasi, dsb. Sadomasokisme tidak hanya dipraktekkan dalam konteks seksual, tapi ada juga yang nonseksual.
Sadomasokisme cenderung mengarah pada aspek fisik dalam BDSM. Fokusnya pada memberi dan menerima rasa sakit. Anda barangkali mengira bahwa permainan kekuasaan dalam S&M sejalan dengan D/s, yang berkedudukan di atas yang mendominasi. Namun, nyatanya kebalikannyalah yang berlaku. Kekuasaan kerap terletak pada pasangan yang di bawah karena dialah yang biasanya menciptakan skenario dan menetapkan batasan untuk setiap adegan. Si sadis dapat saja harus bekerja keras untuk menyediakan jenis siksaan sesuai dengan yang dimaui si masokis.
Spoiler for slave:
Itu tadi BDSMsecara umum, sekarang mari kita bedah subdivisinya secara terpisah, meskipun dalam prakteknya antara subdivisi BDSM yang satu dengan yang lain kerap tumpang tindih. Baiklah, kita mulai dari yang pertama : Bondage and Discipline. Bondage and Discipline merupakan dua aspek BDSM yang tak selalu saling mengait, tapi bisa muncul bersamaan. Bondage meliputi praktek-praktek pengekangan untuk mendapat kepuasan, biasanya (tapi tak selalu) merupakan praktek seksual. Bondage dipraktekkan dengan mengikat anggota tubuh pasangan, bisa dengan borgol atau tali (atau scarf, kalau cuma setengah niat), dapat pula dengan merantai tubuh pasangan ke jeruji perentang atau menyalibkan pasangan. Riset dengan subjek praktisi BDSM di AS menunjukkan bahwa separuh subjek pria dan banyak wanita menganggap bondage erotis.
Discipline dalam konteks BDSM prakteknya agak berbeda dengan disiplin sebagai nilai kehidupan pada umumnya, meski intinya sama : patuh pada peraturan. Istilah discipline dalam BDSM mencakup penggunaan aturan dan hukuman untuk mengendalikan perilaku pasangan. Hukuman bisa berupa fisik (dirotan), psikologis (dipermalukan), maupun kehilangan kebebasan secara fisik (dirantai). Discipline juga dapat berupa latihan terstruktur bagi pasangan yang di bawah. Discipline kadang dipraktekkan bersama dengan bondage dan ini membuat pembedaan antara bondage dan discipline kadang sulit ditetapkan, apalagi discipline juga kerap digabungkan dengan aspek sadomasokisme.
Sekarang kita menginjak subdivisi berikutnya, yaitu D/s, dominasi dan submisi. D/s merupakan satu set perilaku, ritual, kebiasaan berkenaan dengan memberi dan menerima dominasi satu individu atas individu lainnya dalam konteks erotis atau gaya hidup. D/s cenderung mengeksplorasi BDSM dari aspek mental. Banyak relasi manusia yang mengandung unsur D/s meski tidak dianggap sebagai penganut BDSM. Misalnya pasangan suami-istri yang istrinya amat dominan dalam kehidupan rumah tangga dan suaminya sangat penurut pada istrinya. Relasi tersebut termasuk BDSM jika D/s dipraktekkan secara sadar (sengaja) dan suka rela. Mengontrol dan dikontrol orang lain umumnya lebih ke arah dinamika kekuasaan dalam satu hubungan, ketimbang perilaku tertentu dan kadang (tapi tidak selalu) melibatkan sadomasokisme.
Spoiler for gaged:
Sampailah kita ke subdivisi S&M, sadomasokisme. Dalam konteks aktivitas seksual konsensual, sadomasokismemerujuk pada kepuasan dan bangkitnya gairah seksual karena menerima atau menyebabkan rasa sakit, malu atau penderitaan pada orang lain. Tapi jabaran istilah ini secara psikologis tidak betul-betul akurat. Sadisme secara absolut adalah orang yang kesenangannya melukai orang tak tergantung persetujuan korbannya. Tak adanya persetujuan bisa merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang sadis murni. Seorang masokis dalam BDSM konsensual adalah orang yang menikmati fantasi seksual atau dorongan untuk dibuat menderita, baik sebagai pengganti maupun penyedap kenikmatan seksual, biasanya dilakukan sesuai dengan skenario adegan yang disepakati. Jadi, seorang masokis tidak menikmati rasa sakit di luar skenario, misalnya karena kecelakaan, dioperasi, dsb. Sadomasokisme tidak hanya dipraktekkan dalam konteks seksual, tapi ada juga yang nonseksual.
Sadomasokisme cenderung mengarah pada aspek fisik dalam BDSM. Fokusnya pada memberi dan menerima rasa sakit. Anda barangkali mengira bahwa permainan kekuasaan dalam S&M sejalan dengan D/s, yang berkedudukan di atas yang mendominasi. Namun, nyatanya kebalikannyalah yang berlaku. Kekuasaan kerap terletak pada pasangan yang di bawah karena dialah yang biasanya menciptakan skenario dan menetapkan batasan untuk setiap adegan. Si sadis dapat saja harus bekerja keras untuk menyediakan jenis siksaan sesuai dengan yang dimaui si masokis.
0





