- Beranda
- B-Log Personal
.::. kasihelias Warm-log : Aci, I Need You ! .::.
...
TS
kasihelia
.::. kasihelias Warm-log : Aci, I Need You ! .::.
Hai semua !
This is my blog so, ..... I guess I will have to introduce my self !
My name is Kasih Elia Lumban Gaol. Lumban Gaolis, of course, my family name, and yes, I am Bataknese. Kasih is the name that my father gave to me, and it means Love. Elia, coming from Elijah, is a God's prophet from The Bible.
More About me !
This is my blog so, ..... I guess I will have to introduce my self !

My name is Kasih Elia Lumban Gaol. Lumban Gaolis, of course, my family name, and yes, I am Bataknese. Kasih is the name that my father gave to me, and it means Love. Elia, coming from Elijah, is a God's prophet from The Bible.
Am I a lovely person?Dare yourself to know me more. 

More About me !
Quote:
Nahh untuk memudahkan, aci udah nyiapin INDEX sekiranya ada tulisan yang 'bukan obrolan' jadi ga usah cape2 ngeliat obrolan di blog.. tinggal ikutin index aja...
Klik di sini..
Klik di sini..Lets Ngeblog Bareng!!

==============================================
==============================================
Blog-ELATIONSHIP :
Under Construction
tata604 memberi reputasi
1
19.4K
Kutip
1.1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal 
6.7KThread•13.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kasihelia
#5
Spoiler for 20 January 2011:
Surat Bagi Sang Kata (20 January 2011)
Dariku, perancang kata amatir yang belum bisa membedakan antara kata KAMU dan SEGALANYA.
Untukmu, kata. Kata yang..ahh sudahlah..
Aku tidak pernah berpikir bahwa kamu (kata) adalah duniaku.
Aku tidak pernah merasa bahwa kata adalah bagian hidupku.
Aku, selintaspun tak pernah berharap kata kan jadi masa depanku.
Hai Yang Mulia Kata, sudikah kau mengambil aku menjadi perangkai maknamu?
Sudikah kau mampir ke otakku lalu perlahan turun ke hatiku?
Sudikah kau melekat denganku seperti saat kau melekat pada Shakespeare?
Kata, sudahkah kau melayang ke pikiran seseorang hari ini? Sudahkah kau terbersit di pikiran seseorang?
Boleh aku bertanya?
Mengapa kau biarkan kak Zarry menenunmu jadi emas yang bisa menyentuh hatiku?
Mengapa kau biarkan kak Rahne pergi mandi, lari-lari kecil, pun setengah terlelap sambil terus merangkaimu?
Mengapa kau biarkan kak Eka dan kak Twelvi mendzolimimu, merangsang otakku, alih-alih membuat rangkaian dirimu tanpa embel-embel ukuran BH, nungging dan segala jenis dirimu yang menunjukkan betapa kinky dan galaunya mereka. :-| Ya mereka adalah orang seperti itu. Bisa kinky bisa galau. Perpaduan yang aneh. :-|
Mengapa kau biarkan SihirHujan dan RacauanHujan menyihirku, meracaui hidupku, mengobrak abrik hatiku dengan menggunakan rangkaian dirimu?
Mengapa kau biarkan kang Wandy menggalau dengan rangkaianmu tanpa lihat waktu dan tempat?
Tapi, mengapa aku tidak kau biarkan sekalipun?
Dulu aku bertanya-tanya, namun kini aku mengerti karena kau telah membisiki aku, membisiki hatiku.
Kak Zarry mencintai kata sehingga tiap kata yang dilontarkannya dapat menjadi sesuatu yang hidup. Sesuatu yang menelusup ke hatiku dan melahirkan kata yang baru. Dan kali ini, menjadi kataku.
Kak Rahne mencintai kata dengan sederhana sehingga tak dibutuhkan kata yang terlalu tinggi untuk merangkai setiap jalinan indahnya. Sudah indah bahkan tanpa komentarmu sekalipun.
Kak Eka, yang mencintai Pak Otto, mencintai kata karena dengannyalah Ia bisa berkangen rindu dengan Pak Otto. Karena dengannyalah ia bisa menggambarkan kerinduan tingkat tingginya pada salah satu dari dua makhluk yang berjasa menghadirkannya di dunia ini.
Kak Twelvi, yang selalu punya teori untuk cinta, yang selalu galau karena cinta, yang selalu punya cinta untuk diberi, yang akhir-akhir ini baru kehilangan Opung yang dicintainya, membutuhkan kata-kata untuk dicintai. Karena lagi-lagi, kata adalah bentuk ungkapan rindu cinta yang terbesar dan terindah.
Kak SihirHujan yang Aku-Tak-Pernah-Tahu-Namanya dan RacauanHujan yang Aku-Juga-Tak-Tahu-Namanya memiliki kesamaan. Mereka mencintai kata karena satu-satunya yang tepat menggambarkan kecintaan mereka pada hujan adalah kata.
Kang Wandy? Jangan ditanya. Dia mencintai kata, aku juga. Karena itulah kami jadi seperti ini sekarang. Kami kakak adik yang tak sedarah namun sekata.
Aku berharap kakak-kakak sekalian memandang kata dengan cara yang berbeda dariku namun tetap dengan satu tujuan. Yaitu hasil buah pikiran kita.
Terimakasih kata, karena bila kami mengenal satu sama lain itu karenamu.
Salam manis dari aku, gadis perawan kinky yang masih suci belum ternoda dan tak mengalami gangguan jiwa sedikitpun.
Ciao.
Dariku, perancang kata amatir yang belum bisa membedakan antara kata KAMU dan SEGALANYA.
Untukmu, kata. Kata yang..ahh sudahlah..
Aku tidak pernah berpikir bahwa kamu (kata) adalah duniaku.
Aku tidak pernah merasa bahwa kata adalah bagian hidupku.
Aku, selintaspun tak pernah berharap kata kan jadi masa depanku.
Hai Yang Mulia Kata, sudikah kau mengambil aku menjadi perangkai maknamu?
Sudikah kau mampir ke otakku lalu perlahan turun ke hatiku?
Sudikah kau melekat denganku seperti saat kau melekat pada Shakespeare?
Kata, sudahkah kau melayang ke pikiran seseorang hari ini? Sudahkah kau terbersit di pikiran seseorang?
Boleh aku bertanya?
Mengapa kau biarkan kak Zarry menenunmu jadi emas yang bisa menyentuh hatiku?
Mengapa kau biarkan kak Rahne pergi mandi, lari-lari kecil, pun setengah terlelap sambil terus merangkaimu?
Mengapa kau biarkan kak Eka dan kak Twelvi mendzolimimu, merangsang otakku, alih-alih membuat rangkaian dirimu tanpa embel-embel ukuran BH, nungging dan segala jenis dirimu yang menunjukkan betapa kinky dan galaunya mereka. :-| Ya mereka adalah orang seperti itu. Bisa kinky bisa galau. Perpaduan yang aneh. :-|
Mengapa kau biarkan SihirHujan dan RacauanHujan menyihirku, meracaui hidupku, mengobrak abrik hatiku dengan menggunakan rangkaian dirimu?
Mengapa kau biarkan kang Wandy menggalau dengan rangkaianmu tanpa lihat waktu dan tempat?
Tapi, mengapa aku tidak kau biarkan sekalipun?
Dulu aku bertanya-tanya, namun kini aku mengerti karena kau telah membisiki aku, membisiki hatiku.
Kak Zarry mencintai kata sehingga tiap kata yang dilontarkannya dapat menjadi sesuatu yang hidup. Sesuatu yang menelusup ke hatiku dan melahirkan kata yang baru. Dan kali ini, menjadi kataku.
Kak Rahne mencintai kata dengan sederhana sehingga tak dibutuhkan kata yang terlalu tinggi untuk merangkai setiap jalinan indahnya. Sudah indah bahkan tanpa komentarmu sekalipun.
Kak Eka, yang mencintai Pak Otto, mencintai kata karena dengannyalah Ia bisa berkangen rindu dengan Pak Otto. Karena dengannyalah ia bisa menggambarkan kerinduan tingkat tingginya pada salah satu dari dua makhluk yang berjasa menghadirkannya di dunia ini.
Kak Twelvi, yang selalu punya teori untuk cinta, yang selalu galau karena cinta, yang selalu punya cinta untuk diberi, yang akhir-akhir ini baru kehilangan Opung yang dicintainya, membutuhkan kata-kata untuk dicintai. Karena lagi-lagi, kata adalah bentuk ungkapan rindu cinta yang terbesar dan terindah.
Kak SihirHujan yang Aku-Tak-Pernah-Tahu-Namanya dan RacauanHujan yang Aku-Juga-Tak-Tahu-Namanya memiliki kesamaan. Mereka mencintai kata karena satu-satunya yang tepat menggambarkan kecintaan mereka pada hujan adalah kata.
Kang Wandy? Jangan ditanya. Dia mencintai kata, aku juga. Karena itulah kami jadi seperti ini sekarang. Kami kakak adik yang tak sedarah namun sekata.
Aku berharap kakak-kakak sekalian memandang kata dengan cara yang berbeda dariku namun tetap dengan satu tujuan. Yaitu hasil buah pikiran kita.
Terimakasih kata, karena bila kami mengenal satu sama lain itu karenamu.

Salam manis dari aku, gadis perawan kinky yang masih suci belum ternoda dan tak mengalami gangguan jiwa sedikitpun.

Ciao.
Spoiler for 21 January 2011:
Kepada Surga Tentang Kerelaan (Tragedi Bintaro in Memorial)
Selamat malam Tuhan,
Ahh, jantungku tak bisa berhenti berdegup kencang. Aku baru saja-tanpa sengaja-melihat blog seseorang. Aku baru saja-tanpa sengaja juga-menonton video mengenai kejadian itu. Kejadian yang mengenaskan.
Aku hampir menangis, tak kuasa menahan kesesakan. Tragedi Bintaro, tabrakan antara dua kereta karena kesalahan operasional. Kesalah pahaman. Kesalahan. Sesak dadaku Tuhan. Sakit sekali rasanya. Seperti tercabik-cabik. Banyak sekali pertanyaan yang masuk menelusup ke dalam otakku. Banyak sekali keraguan, ketakutan. Sambil sesekali bulu kudukku masih merinding diikuti degupan jantungku yang masih tak mau bekerja sama.
Tuhan, aku berdoa, aku menyampaikan surat doa ini kepadaMu. Banyak hal dibenakku yang tak bisa tersampaikan. Tercekat di tenggorokan. Hanya bisa kusampaikan lewat tangisan. Biar Kau baca saja bahasa air mataku Tuhan.
Sambil mengusap ujung hidungku aku berselonjor. Pikiranku terbang. Ke masa lalu. Ke masa Tragedi itu terjadi.
Kala itu pagi hari, stasiun sarat dengan orang yang akan berangkat kerja, sekolah, atau mungkin kuliah.Aku bisa melihat, seorang ibu bersama anaknya, entahlah, mungkin mereka akan pergi piknik. Lalu, ada seorang gadis dengan terusannya yang terbaik, tersenyum lebar sambil sesekali melirik jam tangan. Akan berangkat sekolah sepertinya. Mungkin kekasihnya telah menantinya di sekolah. Betapa bahagianya.
Tapi kesalahan terjadi pagi itu. Kereta mereka ternyata sejalur dengan kereta lain dengan arah berlawanan. Kereta mereka ternyata sejalur dalam lingkaran setan. Malang tak dapat ditolak. Dalam satu kerlingan mata, bau darah merebak di udara. Jalur yang tadinya jadi jalur penyampai kekasih, jalur kasih sayang ibu, menjadi jalur kematian. Jalur perenggut nyawa.
(permisi ngelap air mata)
Bisakah kau bayangkan? Tangan yang berdarah, kepala pecah, dan isi perut yang berhamburan. Mereka yang tubuhnya sudah tak berbentuk lagi. Tak ada senyum lagi. Tawa mereka menghilang. Terhapus oleh pekatnya merah. Merah darah.
Semburat merah muda dipipi gadis muda, cita-cita dan impian, semuanya ikut bertabrakan. Ya, bertabrakan. Bertabrakan dengan takdir. Bertabrakan dengan maut.
Bisakah kau bayangkan? Tangisan yang pecah, amarah yang mengudara, kekecewaan yang merebak di udara. Teriakan keputus asaan, kesedihan, amarah, semua sudah bercampur jadi satu. Ibu harus kehilangan anak, kekasih kehilangan belahan jiwanya, dan anak jadi satu-satunya yang ada. Kehilangan orang terkasih. Kehilangan separuh nyawa. Perih.
Bayangkan bila orang tuamu yang ada di sana. Bayangkan bila adikmu yang ada di sana. Bayangkan bila, ..KAU yang ada di sana.
Bisakah kau merelakan? Bisakah kau, berhenti menangis dan bersyukur? Masihkah kau memuja Tuhan? Masihkah dari mulutmu keluar pujian dan berkat? Masihkah? Masihkah? Masihkah ada, sesuatu yang terlihat cerah di matamu?
Kepada surga,
Kau telah mengambil sebagian dari kami, apa mereka baik-baik saja? Apa kini mereka telah berbahagia? Tersenyum?
Kepada surga,
Bisakah kau sampaikan pesan pada Tuhan, kami butuh Dia. Kami butuh kasihNya, kami butuh ketulusanNya, kami butuh DIA, untuk merelakan semuanya. Kami butuh Dia, yang telah merancangkan semuanya, untuk bisa merelakan semuanya yang telah Ia rancangkan. Kami butuh kerelaan.
Salam, gadis muda yang masih belum bisa membedakan kata KAMU dan SEGALANYA.
Selamat malam Tuhan,
Ahh, jantungku tak bisa berhenti berdegup kencang. Aku baru saja-tanpa sengaja-melihat blog seseorang. Aku baru saja-tanpa sengaja juga-menonton video mengenai kejadian itu. Kejadian yang mengenaskan.
Aku hampir menangis, tak kuasa menahan kesesakan. Tragedi Bintaro, tabrakan antara dua kereta karena kesalahan operasional. Kesalah pahaman. Kesalahan. Sesak dadaku Tuhan. Sakit sekali rasanya. Seperti tercabik-cabik. Banyak sekali pertanyaan yang masuk menelusup ke dalam otakku. Banyak sekali keraguan, ketakutan. Sambil sesekali bulu kudukku masih merinding diikuti degupan jantungku yang masih tak mau bekerja sama.
Tuhan, aku berdoa, aku menyampaikan surat doa ini kepadaMu. Banyak hal dibenakku yang tak bisa tersampaikan. Tercekat di tenggorokan. Hanya bisa kusampaikan lewat tangisan. Biar Kau baca saja bahasa air mataku Tuhan.
Sambil mengusap ujung hidungku aku berselonjor. Pikiranku terbang. Ke masa lalu. Ke masa Tragedi itu terjadi.
Kala itu pagi hari, stasiun sarat dengan orang yang akan berangkat kerja, sekolah, atau mungkin kuliah.Aku bisa melihat, seorang ibu bersama anaknya, entahlah, mungkin mereka akan pergi piknik. Lalu, ada seorang gadis dengan terusannya yang terbaik, tersenyum lebar sambil sesekali melirik jam tangan. Akan berangkat sekolah sepertinya. Mungkin kekasihnya telah menantinya di sekolah. Betapa bahagianya.
Tapi kesalahan terjadi pagi itu. Kereta mereka ternyata sejalur dengan kereta lain dengan arah berlawanan. Kereta mereka ternyata sejalur dalam lingkaran setan. Malang tak dapat ditolak. Dalam satu kerlingan mata, bau darah merebak di udara. Jalur yang tadinya jadi jalur penyampai kekasih, jalur kasih sayang ibu, menjadi jalur kematian. Jalur perenggut nyawa.
(permisi ngelap air mata)
Bisakah kau bayangkan? Tangan yang berdarah, kepala pecah, dan isi perut yang berhamburan. Mereka yang tubuhnya sudah tak berbentuk lagi. Tak ada senyum lagi. Tawa mereka menghilang. Terhapus oleh pekatnya merah. Merah darah.
Semburat merah muda dipipi gadis muda, cita-cita dan impian, semuanya ikut bertabrakan. Ya, bertabrakan. Bertabrakan dengan takdir. Bertabrakan dengan maut.
Bisakah kau bayangkan? Tangisan yang pecah, amarah yang mengudara, kekecewaan yang merebak di udara. Teriakan keputus asaan, kesedihan, amarah, semua sudah bercampur jadi satu. Ibu harus kehilangan anak, kekasih kehilangan belahan jiwanya, dan anak jadi satu-satunya yang ada. Kehilangan orang terkasih. Kehilangan separuh nyawa. Perih.
Bayangkan bila orang tuamu yang ada di sana. Bayangkan bila adikmu yang ada di sana. Bayangkan bila, ..KAU yang ada di sana.
Bisakah kau merelakan? Bisakah kau, berhenti menangis dan bersyukur? Masihkah kau memuja Tuhan? Masihkah dari mulutmu keluar pujian dan berkat? Masihkah? Masihkah? Masihkah ada, sesuatu yang terlihat cerah di matamu?
Kepada surga,
Kau telah mengambil sebagian dari kami, apa mereka baik-baik saja? Apa kini mereka telah berbahagia? Tersenyum?
Kepada surga,
Bisakah kau sampaikan pesan pada Tuhan, kami butuh Dia. Kami butuh kasihNya, kami butuh ketulusanNya, kami butuh DIA, untuk merelakan semuanya. Kami butuh Dia, yang telah merancangkan semuanya, untuk bisa merelakan semuanya yang telah Ia rancangkan. Kami butuh kerelaan.
Salam, gadis muda yang masih belum bisa membedakan kata KAMU dan SEGALANYA.
0
Kutip
Balas