selesai Act 1.2 nya.
Act 1.2 The Red Eyes Killer
Beberapa jam berlalu..
Elenna menghentikan pekerjaannya dan bersiap untuk pulang. Ia mengambil tas tangannya dan kemudian berjalan keluar dari museum. Pelataran kota begitu sepi. Tidak ada cahaya dari manapun. Ya, ia menyadari bahwa jaringan listrik tidak kunjung menyala sejak kejadian tersebut.
Bahkan pemerintah pun tidak terdengar kabarnya untuk menolong orang orang yang selamat.
Ditengah ke termenungannya, Elenna merasa ditempat itu ia tidak sendirian. Samar samar terlihat seseorang diujung jalan sedang bersandar di dinding. Terlihat seperti siluet, orang tersebut melipat kedua tangannya. Wajahnya tertutup oleh hoody.
Pria bermantel hitam dengan panjang selutut tersebut menyeramkan ujar Elenna dalam hati. Pria berhoody tersebut kemudian menatap Elenna. Matanya yang merah menyala membuat Elenna terpana diam tanpa bisa bergerak kemanapun. Elenna merasakan ketakutan dan tubuhnya bergetar. tatapan itu seperti merasuk kedalam jiwanya.
Tiba tiba saja secara mengagetkan dari belakang ada tangan yang muncul dan memegang bahu Elenna.
Aaahhh Elenna menjerit dan terkaget kaget.
Tenang Elenna ini aku. Juan Elenna kemudian membuka matanya dan melihat kebelakang. Ternyata orang yang memegang bahunya adalah Juan yang merupakan tukang bersih-bersih museum. Pak Juan, kukira tadi siapa.
Wahh maaf , maaf. Saya menakutimu ya Juan berkata sambil tertawa sedangkan Elenna menghela nafas dalam dalam dan mencoba menenangkan dirinya.
Kenapa kamu diam membatu disini Elenna? pak Juan bertanya
Tadi aku melihat seseorang diujung jalan. Pria bercoat hitam panjang dan mengenakan tudung hitam.
Pria yang mana? Juan bertanya-tanya
Itu pria diujung jalan. Elenna menunjuk kearah dimana orang berhoody tersebut tadi bersandar di dinding. Tidak ada siapa siapa disana Juan merasa lebih terheran heran
Tidak mungkin. Tadi jelas aku melihatnya. Ia bersandar disitu. Elenna bersikeras meyakinkan
Mungkin itu hanya bayangan saja Elenna, wajar dikeadaan yang gelap seperti ini bayangan tertentu bisa menyerupai bentuk manusia Juan berkata sambil tersenyum.
Elenna terdiam. Ia benar benar yakin tadi ia melihat ada orang disana. Ya orang tersebut sepertinya memperhatikan ke arah museum.
Sudahlah Elenna sebaiknya kamu pulang. Sudah malam ini
Iya pak.. baiklah saya pamit dulu pak juan
Hati-hati Elenna
Elenna kemudian berjalan meninggalkan museum. Cukup jauh ia telah berjalan namun tubuhnya masih sedikit bergetar. Dia masih mengingat bola mata merah yang menyala dan menatap dirinya. Apa itu adalah mata setan? Dalam hati Elenna bertanya.
Tanpa sadar ia telah berada di bangunan apartemennya. Ketika ia mencoba masuk kedalam, ia ternyata meninggalkan kunci apartemennya di museum. Laporan mengenai list barang barang museum juga teringgal. Akhirnya mau tidak mau ia berangkat kembali ke museum untuk mengambil barang barang yang tidak sengaja ia tinggalkan.
Elenna berjalan pelan sambil memperhatikan sekeliling jalanan yang gelap. Tiba tiba saja terdegar suara tembakan senjata api sebanyak tiga kali. Sang gadis mendegar suara tersebut jelas dari arah Museum. Suara yang membuatnya kaget itu akhirnya membuat sang gadis berlari bergegas menuju kearah museum.
Sesampainya disana, nafasnya masih terdengar teregah engah karena tadi ia berlari cukup kencang. Dia dalam nafasnya yang lelah, melihat kesekeliling dan keadaan tetap sunyi. Tidak terlihat siapapun disana.
Ditengah kebingungannya, tiba tiba terdengar satu tembakan lagi dari dalam museum.
Ada apa ini dalam hati Elenna berkata. Orang yang terakhir berada disini tadi adalah pak Juan. Apa terjadi sesuatu yang buruk padanya?
Elenna kemudian bergegas masuk ke dalam museum. Tidak terdegar suara apapun di dalam, yang terdengar hanyalah derap langkah kakinya yang terburu buru.
Elenna sampai di Hall utama Museum.. dia kemudian menyalakan Lighter sebagai penerangan utama untuk melihat keadaan ruangan sekitarnya. Elenna kaget melihat banyak jejak darah dilantai. Dia ketakutan dan terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi disini.
Begitu ia mencoba terus melangkah ke ruangan selanjutnya, disana sang gadis melihat tubuh sesuatu yang samar samar tergeletak di tanah.
Begitu ia arahkan lighternya... Dia melihat sesosok pria bercoat hitam panjang selutut dengan hoody yang menutupi kepalanya berdiri tegap di depan mayat pak Juan dan memegang senjata api Mauser C96.
AAHHHH!! Elenna refleks berteriak melihat semuanya. Ada pembunuhan disini. Ada pembunuhan disini dalam hati ia berkata.
Pria berhoody hitam tersebut membalikan badannya. Elenna terjatuh ke lantai dan menjatuhkan juga lighternya saking ketakutannya melihat banyak darah. Dia mencoba bergerak untuk lari namun tidak bisa. Kakinya terasa kaku tidak bisa bergerak karena benar-benar ketakutan.
Kamu seharusnya tidak melihat ini pria berhoody itu berkata sembari melangkah pelan mendekati Elenna.
Elenna menatap pria itu. Ya, iya yakin. Ternyata pria yang melangkah ke arahnya adalah pria berbola mata merah menyala yang sebelumnya ia lihat di ujung jalan tadi. Tangan Elenna bergerak dan kemudian menyentuh bongkahan patahan kayu yang tergeletak di lantai dan dengan sigap ia melemparkannya kearah pria bercoat hitam tersebut.
Namun sayangnya dengan mudah pria tersebut menangkis bongkahan kayu itu dengan tangan kirinya. Dengan dipenuhi ketakutan, Elenna mencoba berdiri dan dengan seluruh tenaga ia berlari mencoba meninggalkan ruangan.
Laki laki bercoat hitam tersebut sangat cepat dan muncul dengan tiba tiba disamping Elenna.
Dengan tangannya ia kemudian menjatuhkan Elenna dan menindihnya.
Lepas.. lepaskan aku pembunuh! Elenna dengan histeris berkata. Tubuhnya terus bergerak-gerak mencoba melepaskan diri dari Pria tersebut.
Ini tidak seperti yang kamu pikirkan Pria tersebut menjawab dengan pelan. Elenna sangat ketakutan. Ia begitu histeris dan begitu takut bila pria tersebut akan melakukan hal yang sama yang dilakukannya tadi pada Juan.
Lepas!! Lepaskann !!!
*****