Penulis kitab Kejadian bukanlah satu melainkan banyak orang. Bangsa Israel terbentuk dalam waktu yang panjang oleh suku2 pengembara yang terkumpul di satu tempat. Suku2 ini tidak dapat menulis atau membaca. Mereka membawa serta kenangan2 akan para leluhur mereka dan tanda2 yang dikerjakan Allah di antara mereka. Kenangan2 ini dikisahkan turun-temurun secara lisan.

Ketika suku2 ini menetap di Palestina, mereka sedikit demi sedikit membentuk suatu kebudayaan baru, yaitu kebudayaan menulis. Para ahli tulis mendampingi raja menulis hukum2 dan kepercayaan2 bangsanya. Dalam masa pemerintahan Raja Salomo (abad 10 SM), penulis tak dikenal, yang sering disebut "Yahwista" menulis sejarah pertama bangsa Israel. Untuk menulis sejarah itu, dia menggunakan kesusastraan bangsa Babel, puisi tentang pasangan pria wanita perdana, Firdaus yang hilang dan air bah. Penulis itu hanya menggunakan sebagian dari kesusastraan dan puisi tersebut, tetapi ia mengubahnya secara sangat mendalam sehingga kisah2 ini mengungkapkan rencana2 Allah bagi ciptaan-Nya.

Kemudian, kisah kuno ini dilengkapi dengan kisah2 lain dari tradisi2 yang berbeda yang biasanya disebut "Elohista". Akibatnya, kadang2 ditemukan pengulangan kisah yang sama.

Ketika bangsa Yahudi kembali dari pembuangan di Babel (abad 5 SM), imam2 menambahkan banyak bagian dalam Kitab Suci. Para imam ini menjadi penulis puisi tentang penciptaan dalam tujuh hari. Puisi ini mengawali kitab Kejadian.