- Beranda
- Cinta Indonesiaku
Lagu/Tarian/Alat Musik - Artikel
...
TS
template
Lagu/Tarian/Alat Musik - Artikel
Contoh Post :


0
105.6K
Kutip
106
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Cinta Indonesiaku
5.3KThread•2.6KAnggota
Tampilkan semua post
DN5000YM
#92
Nyanyian Rakyat Sulawesi tengah
Kaskus ID : DN5000YM
Kategori : Lagu/Tarian/Alat Musik - Artikel
Bentuk Karya : Artikel Mengenai Nyanyian Rakyat Sulawesi Tengah
Sumber : http://www.facebook.com/notes/museum...t/233303212445
Keterangan : Artikel mengenai Nyanyian Rakyat Sulawesi Tengah
1. ALUDE
Alude adalah vokal daerah yang dibawakan secara bersama-sama oleh tiga atau empat orang bahkan lebih dalam satu suara dan tanpa iringan alat musik. Alude selalu dibawakan oleh seorang pimpinan kelompok vokal kemudian disambut oleh anggota-anggota lainnya secara bergantian antar kalimat yang terdapat dalam lirik. Vokal ini tidak dibawakan per bait. Nyanyian rakyat ini terdiri dari laki-laki dan perempuan. Alude ini biasanya dibawakan untuk upacara adat yang ditandai dengan syair-syairnya. Namun kadang, Alude juga dijadikan hiburan.
Alude merupakan vokal rakyat yang panjang, para penyanyinya bisa membawakan Alude selama kurang lebih 300 menit dengan nada dasar pentatonis. Fungsi dari Alude ini, yaitu :
- Sebagai nyanyian untuk doa pengusir bala atau penyakit
- Sebagai nyanyian untuk memohon kesejahteraan hidup masyarakat
Nyanyian rakyat ini terdapat di desa Masingi dan desa Maranata, dibawakan didalam rumah bukan di arena terbuka (lapangan). Sejarah nyanyian ini hampir sama dengan nyanyian Tombilo yaitu datang dari orang halus (orang bunian) yang berumur kira-kira 100 tahun. Para anggota penyanyi Alude ini menggunakan pakaian yang tidak terikat dengan pakaian adat dan bahasa yang digunakan pun masih dalam bahasa Kaili kuno.
2. BALIORE
Baliore adalah jenis sede yang dibawakan secara kuartet atau lebih dalam satu suara tanpa alat pengiring dengan teknik penyajian seperti Alude, yaitu saling berbalas-balasan. Dalam reportoirenya, Baliore dibawakan hanya disatu tempat yaitu di arena terbuka atau halaman rumah.
Baliore dibawakan selama kurang lebih 40 menit dengan tangga nada pentatonis. Fungsi Baliore ini untuk upacara adat sebagai permohonan agar anak yang diadatkan hidupnya dalam keadaan sehat. Baliore ini masih banyak ditemuka di Enu, Saloya, Taripa, di wilayah Kecamatan sindue serta etnis Kori Rai yang masih mendiami kawasan pedalaman. Baliore masih bersifat tradisi menurut kepercayaan atau prinsip masyarakat setempat.
Baliore ini tumbuh dan dikembangkan oleh masyarakat etnis Kori yang telah lama mendiami Kecamatan Sindue selama kurang lebih 2000 tahun.
3. BOLA BOLA
Lagu Bola-bola ini dibawakan secara bersama-sama dalam suatu suara tanpa alat pengiring. Nyanyian ini dibawakan juga sambut-sambutan secara bergantian dibagi dalam dua kelompok yang terpisah di kamar sebelah luar dan dalam.
Bola-bola merupakan nyanyian rakyat untuk pergaulan yang dibawakan olehlaki-laki dan perempuan. Bola-bola ini terdiri atas dua jenis dan dinyanyiakan atas nada dasar pentatonis. Fungsinya sebagai hiburan di pesta atau acara khusus. Nyanyian rakyat ini masih banyak terdapat di Kecamatan Sindue tepatnya di Desa aripa, Sumari dan Saloya. Tempat penyelenggaraannya berlangsung di dalam rumah. Nyanyian ini telah tumbuh dan berkembang sejak kurang lebih 600 tahun yang lalu masyarakat adat etnis Kori Rai.
4. DADENDATE
Dadendate adalah salah satu nyanyian rakyat yang panjang. Nyanyian ini dibawakan oleh 2 6 orang dalam satu suara denga musik pengiring, berupa kacapi, yori dan mbasi-mbasi. Cara menyanyikannya juga secara bersahut-sahutan atau berbalas-balasan antara pria dan wanita. Cara membawakannya sangat berbeda dengan nyanyian rakyat lainnya karena nyanyian ini memiliki kalimat yang panjang disertai urutan dan maksud/makna bersambung sampai pada batas para pemain untuk menyanyikannya.
Berikut urutan atau pembagian nyanyian dadendate :
a. Nyanyiannya bermacam-macam, antara lain :
- Lagu Malaeka
- Lagu Babase
- Lagu Andia nona
- Lagu Jawadi
b. Obyek nyanyiannya, antara lain :
- Untuk membangun rumah
- Untuk keramaian biasa
- Untuk kedukaan
- Untuk percintaan
- Untuk perkimpoian
Nyanyian ini biasanya dibawakan semalam suntuk, tiap lagu hanya memakan waktu sekitar 25 menit kemudian diteruskan lagi dengan lagu yang lain. Lagu-lagunya dibawakan dengan nada dasar pentatonis sesuai dasar alat pengiringnya.
Dadendate merupakan nyanyian rakyat tertua yang berkembang di Kecamatan Sindue, dibawa oleh masyarakat Etnis Kori Rai yang awalnya dikenal dengan nama Dade. Dade ini dahulu masih dibawakan dalam bentuk pantun (puisi berbalasan) dalam bahasa Kori. Namun, sejak 100 tahun lalu masyarakat etnis Kori Rai melalui melagukannya secara bersama dengan waktu yang cukup panjang hingga dinamakan Dadendate (nyanyian panjang).
5. DIAMANA
Diamana adalah nyanyian rakyat yang lagu dan keadaannya serupa dengan Idanu dan Tolo-tolo. Dibawakan secara bersama-sama 2 4 orang dalam satu suara tanpa iringan alat musik. Diamana berfungsi sebagai nyanyian kematian karena lagu-lagunya memiliki syair yang sedih dalam bahasa Kori. Diamana ini masih banyak terdapat di Desa Sumari. Nyanyian ini hampir punah karena kurangnya perkembangan regenerasi sejak 500 tahun yang lalu.
6. DINDO
Dindo merupakan nyanyian rakyat yang dibawakan secara solo atau tunggal. Bagi etnis Ledo, nyanyian ini disebut Sambaa. Nyanyian ini dilagukan tanpa iringan instrumen dengan susunan 2 4 bait yang dibawakan secara berulang dengan durasi 5 8 menit.
Nyanyian ini hanya boleh dibawakan oleh kaum pria saja dan dimainkan untuk satu peristiwa. Dindo bagi masyarakat etnis Kori Rai terdiri atas 3, yaitu :
a. Dindo dari tau nisasa (orang yang disiksa)
b. Dindo dari orang yang dirundung malang
c. Dindo dari orang yang jatuh miskin
Kesemua lagu ini dibawakan dengan nada pentatonis. Fungsi dari dindo ini untuk menggugah perasaan seseorang agar dapat mengasihi si penyanyi dindo tersebut dan ia pun terhindar dari siksaan, kesengsaraan dan penderitaan.
Dindo ini bersifat ratapan ditemukan di Desa Sumari pada tahun 1979. Pada masa lampau, dindo ini dinyanyikan sebagai ucapan terakhir sebelum si penyanyi mengakhiri nyawanya (bunuh diri atau dihukum gantung). Pada masa raja-raja Kaili, kurang lebih 300 tahun lalu, nyanyian ini dinyanyikan bagi orang yang menjalankan hukumannya karena bersalah (nisasa).
7. DODIA
Dodia adalah bentuk nyanyian rakyat, termasuk dalam jenis robu yang dinyanyikan secara solo atau tunggal. Dodia dibawakan dengan iringan instrumen sejenis alat perkusi yang disebut turumpe yang selama 10 30 menit dalam tangga nada pentatonis.
Fungsi musik vokal ini merupakan pantun percintaan muda-mudi yang bersifat hiburan untuk mengenang kekasih yang terpisah jauh dari si pelaku dodia. Nyanyian masih dapat dijumpai di Desa Rantewulu dan Siwongi.
8. DONDI
Lagu dondi ini biasanya dibawakan secara duet atau kuartet dalam satu suara tanpa alat musik pengiring. Dondi ini dibawakan dalam satu lagu oleh pria-pria berumur dengan durasi waktu kurang lebih 20 menit yang kemudian diteruskan dngan kaiyori. Fungsinya sebagai doa pengharapan agar segala sesuatu yang dibawakan dengan dondi ini senantiasa terkabul.
Lagu ini merupakan pinti kaiyori karena tiap-tiap pelaksanaan kaiyori baik untuk adat atau selamatan panen selalu didahului dengan dondi. Dondi ini masih tetap terpelihara bagi masyarakat di Desa Sumari, Taripa, Toaya, Lero, Masaingi, Marana, Enu, Saloya dan Alindau. Dondi lahir bersama kaiyori sekitar 2000 tahun lalu oleh masyarakat etnis Torai Ava dan Tajio.
9. DULUA
Dulua merupakan nyanyian rakyat yang dibawakan 3 - 4 orang dalam satu suara tanpa alat musik pengirng. Nyanyian ini dibawakan secara bersamaan baik pria maupun wanita dan dinyanyikan langsung menghadap objeknya.
Fungsinya untuk mendoakan seseorang yang sedang sakit. Lagu ini masih banyak ditemui di Dalaka, Lero, Toaya, Sumari, Masaingi, Marana dan Enu yang dibawa oleh masyarakat etnis Rai sekitar 800 tahun lalu.
10. DUMADORA
Lagu dumadora ini dibawakan dalam satu suara dengan jumlah penyanyi yang banyak sekitar 30 40 tahun tanpa alat pengiring. Lagu ini dipimpin seorang yang disebut pancari.
Dumadora dibawakan pada waktu-waktu tertentu khususnya tengah malam hingga menjelang subuh. Fungsinya sebagai ucapan atau doa syukur. Awal mula ditemukan 1000 tahun lalu di Lero oleh masyarakat etnis Torai Ava yang kemudian menyebar ke Toaya, Sumari, Taripa, Masaingi, marana, Enu, Saloya dan Alindau.
... [bersambung]...
Kategori : Lagu/Tarian/Alat Musik - Artikel
Bentuk Karya : Artikel Mengenai Nyanyian Rakyat Sulawesi Tengah
Sumber : http://www.facebook.com/notes/museum...t/233303212445
Keterangan : Artikel mengenai Nyanyian Rakyat Sulawesi Tengah
Spoiler for Nyanyian Rakyat Sulawesi Tengah:
1. ALUDE
Alude adalah vokal daerah yang dibawakan secara bersama-sama oleh tiga atau empat orang bahkan lebih dalam satu suara dan tanpa iringan alat musik. Alude selalu dibawakan oleh seorang pimpinan kelompok vokal kemudian disambut oleh anggota-anggota lainnya secara bergantian antar kalimat yang terdapat dalam lirik. Vokal ini tidak dibawakan per bait. Nyanyian rakyat ini terdiri dari laki-laki dan perempuan. Alude ini biasanya dibawakan untuk upacara adat yang ditandai dengan syair-syairnya. Namun kadang, Alude juga dijadikan hiburan.
Alude merupakan vokal rakyat yang panjang, para penyanyinya bisa membawakan Alude selama kurang lebih 300 menit dengan nada dasar pentatonis. Fungsi dari Alude ini, yaitu :
- Sebagai nyanyian untuk doa pengusir bala atau penyakit
- Sebagai nyanyian untuk memohon kesejahteraan hidup masyarakat
Nyanyian rakyat ini terdapat di desa Masingi dan desa Maranata, dibawakan didalam rumah bukan di arena terbuka (lapangan). Sejarah nyanyian ini hampir sama dengan nyanyian Tombilo yaitu datang dari orang halus (orang bunian) yang berumur kira-kira 100 tahun. Para anggota penyanyi Alude ini menggunakan pakaian yang tidak terikat dengan pakaian adat dan bahasa yang digunakan pun masih dalam bahasa Kaili kuno.
2. BALIORE
Baliore adalah jenis sede yang dibawakan secara kuartet atau lebih dalam satu suara tanpa alat pengiring dengan teknik penyajian seperti Alude, yaitu saling berbalas-balasan. Dalam reportoirenya, Baliore dibawakan hanya disatu tempat yaitu di arena terbuka atau halaman rumah.
Baliore dibawakan selama kurang lebih 40 menit dengan tangga nada pentatonis. Fungsi Baliore ini untuk upacara adat sebagai permohonan agar anak yang diadatkan hidupnya dalam keadaan sehat. Baliore ini masih banyak ditemuka di Enu, Saloya, Taripa, di wilayah Kecamatan sindue serta etnis Kori Rai yang masih mendiami kawasan pedalaman. Baliore masih bersifat tradisi menurut kepercayaan atau prinsip masyarakat setempat.
Baliore ini tumbuh dan dikembangkan oleh masyarakat etnis Kori yang telah lama mendiami Kecamatan Sindue selama kurang lebih 2000 tahun.
3. BOLA BOLA
Lagu Bola-bola ini dibawakan secara bersama-sama dalam suatu suara tanpa alat pengiring. Nyanyian ini dibawakan juga sambut-sambutan secara bergantian dibagi dalam dua kelompok yang terpisah di kamar sebelah luar dan dalam.
Bola-bola merupakan nyanyian rakyat untuk pergaulan yang dibawakan olehlaki-laki dan perempuan. Bola-bola ini terdiri atas dua jenis dan dinyanyiakan atas nada dasar pentatonis. Fungsinya sebagai hiburan di pesta atau acara khusus. Nyanyian rakyat ini masih banyak terdapat di Kecamatan Sindue tepatnya di Desa aripa, Sumari dan Saloya. Tempat penyelenggaraannya berlangsung di dalam rumah. Nyanyian ini telah tumbuh dan berkembang sejak kurang lebih 600 tahun yang lalu masyarakat adat etnis Kori Rai.
4. DADENDATE
Dadendate adalah salah satu nyanyian rakyat yang panjang. Nyanyian ini dibawakan oleh 2 6 orang dalam satu suara denga musik pengiring, berupa kacapi, yori dan mbasi-mbasi. Cara menyanyikannya juga secara bersahut-sahutan atau berbalas-balasan antara pria dan wanita. Cara membawakannya sangat berbeda dengan nyanyian rakyat lainnya karena nyanyian ini memiliki kalimat yang panjang disertai urutan dan maksud/makna bersambung sampai pada batas para pemain untuk menyanyikannya.
Berikut urutan atau pembagian nyanyian dadendate :
a. Nyanyiannya bermacam-macam, antara lain :
- Lagu Malaeka
- Lagu Babase
- Lagu Andia nona
- Lagu Jawadi
b. Obyek nyanyiannya, antara lain :
- Untuk membangun rumah
- Untuk keramaian biasa
- Untuk kedukaan
- Untuk percintaan
- Untuk perkimpoian
Nyanyian ini biasanya dibawakan semalam suntuk, tiap lagu hanya memakan waktu sekitar 25 menit kemudian diteruskan lagi dengan lagu yang lain. Lagu-lagunya dibawakan dengan nada dasar pentatonis sesuai dasar alat pengiringnya.
Dadendate merupakan nyanyian rakyat tertua yang berkembang di Kecamatan Sindue, dibawa oleh masyarakat Etnis Kori Rai yang awalnya dikenal dengan nama Dade. Dade ini dahulu masih dibawakan dalam bentuk pantun (puisi berbalasan) dalam bahasa Kori. Namun, sejak 100 tahun lalu masyarakat etnis Kori Rai melalui melagukannya secara bersama dengan waktu yang cukup panjang hingga dinamakan Dadendate (nyanyian panjang).
5. DIAMANA
Diamana adalah nyanyian rakyat yang lagu dan keadaannya serupa dengan Idanu dan Tolo-tolo. Dibawakan secara bersama-sama 2 4 orang dalam satu suara tanpa iringan alat musik. Diamana berfungsi sebagai nyanyian kematian karena lagu-lagunya memiliki syair yang sedih dalam bahasa Kori. Diamana ini masih banyak terdapat di Desa Sumari. Nyanyian ini hampir punah karena kurangnya perkembangan regenerasi sejak 500 tahun yang lalu.
6. DINDO
Dindo merupakan nyanyian rakyat yang dibawakan secara solo atau tunggal. Bagi etnis Ledo, nyanyian ini disebut Sambaa. Nyanyian ini dilagukan tanpa iringan instrumen dengan susunan 2 4 bait yang dibawakan secara berulang dengan durasi 5 8 menit.
Nyanyian ini hanya boleh dibawakan oleh kaum pria saja dan dimainkan untuk satu peristiwa. Dindo bagi masyarakat etnis Kori Rai terdiri atas 3, yaitu :
a. Dindo dari tau nisasa (orang yang disiksa)
b. Dindo dari orang yang dirundung malang
c. Dindo dari orang yang jatuh miskin
Kesemua lagu ini dibawakan dengan nada pentatonis. Fungsi dari dindo ini untuk menggugah perasaan seseorang agar dapat mengasihi si penyanyi dindo tersebut dan ia pun terhindar dari siksaan, kesengsaraan dan penderitaan.
Dindo ini bersifat ratapan ditemukan di Desa Sumari pada tahun 1979. Pada masa lampau, dindo ini dinyanyikan sebagai ucapan terakhir sebelum si penyanyi mengakhiri nyawanya (bunuh diri atau dihukum gantung). Pada masa raja-raja Kaili, kurang lebih 300 tahun lalu, nyanyian ini dinyanyikan bagi orang yang menjalankan hukumannya karena bersalah (nisasa).
7. DODIA
Dodia adalah bentuk nyanyian rakyat, termasuk dalam jenis robu yang dinyanyikan secara solo atau tunggal. Dodia dibawakan dengan iringan instrumen sejenis alat perkusi yang disebut turumpe yang selama 10 30 menit dalam tangga nada pentatonis.
Fungsi musik vokal ini merupakan pantun percintaan muda-mudi yang bersifat hiburan untuk mengenang kekasih yang terpisah jauh dari si pelaku dodia. Nyanyian masih dapat dijumpai di Desa Rantewulu dan Siwongi.
8. DONDI
Lagu dondi ini biasanya dibawakan secara duet atau kuartet dalam satu suara tanpa alat musik pengiring. Dondi ini dibawakan dalam satu lagu oleh pria-pria berumur dengan durasi waktu kurang lebih 20 menit yang kemudian diteruskan dngan kaiyori. Fungsinya sebagai doa pengharapan agar segala sesuatu yang dibawakan dengan dondi ini senantiasa terkabul.
Lagu ini merupakan pinti kaiyori karena tiap-tiap pelaksanaan kaiyori baik untuk adat atau selamatan panen selalu didahului dengan dondi. Dondi ini masih tetap terpelihara bagi masyarakat di Desa Sumari, Taripa, Toaya, Lero, Masaingi, Marana, Enu, Saloya dan Alindau. Dondi lahir bersama kaiyori sekitar 2000 tahun lalu oleh masyarakat etnis Torai Ava dan Tajio.
9. DULUA
Dulua merupakan nyanyian rakyat yang dibawakan 3 - 4 orang dalam satu suara tanpa alat musik pengirng. Nyanyian ini dibawakan secara bersamaan baik pria maupun wanita dan dinyanyikan langsung menghadap objeknya.
Fungsinya untuk mendoakan seseorang yang sedang sakit. Lagu ini masih banyak ditemui di Dalaka, Lero, Toaya, Sumari, Masaingi, Marana dan Enu yang dibawa oleh masyarakat etnis Rai sekitar 800 tahun lalu.
10. DUMADORA
Lagu dumadora ini dibawakan dalam satu suara dengan jumlah penyanyi yang banyak sekitar 30 40 tahun tanpa alat pengiring. Lagu ini dipimpin seorang yang disebut pancari.
Dumadora dibawakan pada waktu-waktu tertentu khususnya tengah malam hingga menjelang subuh. Fungsinya sebagai ucapan atau doa syukur. Awal mula ditemukan 1000 tahun lalu di Lero oleh masyarakat etnis Torai Ava yang kemudian menyebar ke Toaya, Sumari, Taripa, Masaingi, marana, Enu, Saloya dan Alindau.
... [bersambung]...
0
Kutip
Balas