Tukang Gorengan bercerita…..

Kalau giliran menunggu tamu-tamu Presiden Suharto di Istana Bogor para

wartawan dipersilakan menunggu di ruang wartawan yang berlokasi di sebelah

mesjid Istana. Ruangan yang maaf, sering bau apek itu dipenuhi kursi rotan

yang dicat hijau. ( Aneh banget, kursi rotan kan mestinya warna rotan, kok

ini dicat hijau sih? Apa karena Presidennya tentara? ). Lalu meja panjang

tempat para menteri kek, jenderal kek, tamu swasta atau siapa saja yang

mau memberikan keterangan pers, tak lupa dilengkapi dengan kursi ukiran

keriting-keriting ruwet dengan berbalut kain berwarna kuning Golkar eh kuning

jreng. Di sebelah tiang bendera di dalam ruangan wartawan menunggu itu

ada kamar mandi kecil. Naaaa ini dia niiiih……


R yang biasa saya dan teman-teman panggil dik yang dulu sama-sama jaga di

Istana Bogor itu sudah senyum-senyum kalau lihat saya menahan pipis di

ruangan itu. Sebab dia tahu persis kalau tidak terpaksa sekali, saya tidak sudi

memasuki kamar mandi itu. Bayangkan, tiap saya masuk, ada anak kecil di

sana. Duh , anak siapa sih nangkring siang-siang pada jam sekolah? Lalu anak

itu menghilang. Ealaaaa.. siang-siang kok main petak umpet?


Sebelum masuk ke bagian WC, ada wastafel kecil yang tampaknya jarang

akrab dengan alat kebersihan. Nah, wastafel butut itu berbunyi-bunyi kricik-

kricik air bagai ada yang sedang memakai air ledeng mengucur deras… saat

saya sedang di dalam WC. Lalu saya berteriaklah keras-keras, “Inceeeee…

Inceeeeee!” - saya selalu memanggil R dengan Ince, sebaliknya dia

memanggil saya dengan Lince. Apa sih lo? tanya R selalu blagak bego’, meski

dia tahu pasti si Lince temannya sudah mulai melihat ’sesuatu’. Lo tadi

nyalain air wastafel? tanya saya. Dan I’in pun menggeleng sembari matanya

sudah menyorot sinar jiper alias ketakutan di siang hari bolong itu.

Ada lagi kamar mandi di depan dapur Istana Bogor sayap kiri dekat kantor

staf Kepresidenan. Ketika acara pelantikan pejabat tinggi berlangsung, saya

lagi-lagi terpaksa harus masuk ke kamar mandi. Tempat di situ jauh lebih

bersih. Maklum, kan untuk tamu-tamu Istana. Kalau yang di dekat ruangan

kursi berotan hijau itu kan hanya buat wartawan dan para paspampres…, jadi

tampaknya memang kurang dilayakkan.. eh kalimat apa ya kok kurang

dilayakkan, maksudnya, kurang pantaslah.


Biarpun lebih keren dan pakai pewangi, ada suara-suara miring sih di kamar

mandi dekat dapur itu teteeeeuuup!! Prok-prok… tung-tung…. lho kok

siang-siang seperti ada yang main musik? Ealaaaaa… mau teriak memanggil si

Ince alias R, acara pelantikan sedang berlangsung dengan khidmat di

ruang tengah Istana Negara.


Pohon gede-gede di halaman tengah yang membatasi teras belakang Istana

Bogor juga kadang-kadang ‘menyebalkan’. Tungkai

kayu segede bagong itu kadang tampak bagai ular melingkar. Yaileeeeee…

ada orang tuaaaaaaa kok di atas pohon.


Pernah juga nih, saat ada acara di Wisma Negara lantai atas, saya sempat

‘menjawil’ lengan senior saya di sebelah. Pak, serem ah, kok itu lukisan di

tembok tadi bergerak sendiri? ujar saya. Dan kata senior saya, Ah dik jangan

bikin seram yaaa…., lho, tapi kok memang ada bau menyan ya dik? - Nah lho,

dalam hati saya, gue kate juge ape paaaaak?!!