Bapak ini terlalu banyak bicara. Bukannya intropeksi soal kegagalan kemarin yg bahkan menurut orang awam kaya saya itu jelas jelas salah strategi.
Pola pikirnya terbalik. Proyek dengan anggaran besar justru paling rawan dikorupsi dari atas sampe bawah. Belum lagi anggaran yg habis untuk persiapan, rapat, perjalanan, dll.
1. Jika mantan koruptor boleh maju dalam pemilihan legislatif, lalu kenapa warga sipil wajib membuat SKCK? 2. Itu para partaik emang ga nyaring kadernya dulu ya? 3. Rakyat yg masih milih orang orang ini bodohnya udah diluar nalar.
Gue milih 03 karena punya rekam jejak lebih bersih dibanding yg lain. Tapi gue ga bakal denial juga kalon elektabilitas mereka emang nyungsep. Kayanya efek salah strategi.
Satu, gue ga suka main fisik tapi terus terang lu dan ankel usman bikin gue kesel. Dua, kalo mau gugat wanprestasi itu harusnya ke A*is atau G*njar. Provinsi yg dipimpin G*njar itu salah satu daerah paling miskin di Indonesia dan gue tinggal di ibukota jadi tau gimana suramnya daerah ini selama dip
Dia ini orang penting di ICMI (Ikatan cendekiawan muslim Indonesia), mantan ketua MK dan bisa dibilang cerdas. Tapi kurang bersih mainnya di MKMK dan sekarang.
Ironinya pasangan terburuk adalah pasangan dengan potensi kemenangan tertinggi. Jadi kita punya 2 mantan pemimpin daerah yg ga punya prestasi. Yg satu ahli mengolah kata level multiverse dan satunya mantan pemimpin daerah termiskin di Indonesia. Sementara yg satu lagi punya catatan jelek soal HAM
Sebenarnya banyak catatan dalam sejarah tentang presiden bermasalah. MA ini cuma ga keliatan doang jadi ga ada masalah (Tapi ga ngapa ngapain juga).
Gue ingat pernah baca tentang dokter ini di perpustakaan. Judul bukunya "Buku untuk dibaca." Buku keren dan salah satu ceritanya tentang dokter Lo ini. Orang yg luar biasa.
Cuma nanya, koruptor itu salah ga kira kira kalo ngomong "Itu duit negara, daripada dikorupsi orang lain dan orang ga jelas, mending saya yg korupsi."