Dua bulan kemudian. Rumah Galang tampak ramai. Dikarenakan arisan komplek akan di adakan di sana hari ini. Viona pun ikut membantu. "Hello, Brother!" sapa Galang ramah. "Hei!" jawab pria itu. "Hi, Tan!" "Hi, Bara! Sini duduk!" Bara langsung duduk di sampi
Hari kian berlalu. Galang dan Marissa sulit bertemu. Apalagi hobi dan kegiatan mereka berbeda. Tak ada yang bisa dibahas dan tak ada kesamaan. Namun Galang tak menyerah. Tiap hari ia terus mengantar dan menjemput Marissa hingga .... "Galang kenalin ini pacar gua, Martin. Martin ini saudara gu
Acha melihat ke arah dua gadis yang mengikutinya. Dia pikir teman-temannya itu hanya tau menikmati uangnya saja. Ternyata cukup setia. Dan Acha baru tau kenapa mereka sering mengajak dirinya hang out. Itu semua tak lebih untuk menghibur. Mereka tau bahwa temannya itu tak menerima perceraian orang t
Galang terduduk lesu di ruang tamu. Dirinya menyesal kenapa tak belajar sejak dulu. Andai dia lebih rajin. Mungkin ia bisa lulus di sekolah unggulan dan sekelas lagi dengan Marissa. "Kenapa?" tanya seorang perempuan yang usianya masih 28 tahun. Ia pun duduk di samping pemuda itu. "B
Acha terbangun. Kamarnya kembali saat ia terbangun dalam dunia novel. Dan ia harus bersiap untuk bertemu mamanya. Acha memilih turun dan menunggu mamanya di ruang makan. Sembari menunggu ia memesan beberapa dress dan seragam sekolah untuk dirinya dan mungkin akan sampai besok. Dan saat mamanya sa...
Acha sengaja menunda keputusan. Lagi pula, orang aneh itu bilang waktu hidup Erlangga masih ada sebulan lagi. Jadi dia masih ada waktu menunggu Bagas. "Kak! Bagas sudah siuman!" pekik Bella dari pintu kelas. Gadis itu baru saja dari toilet. Acha yang mendengar itu langsung merapikan buku
Sudah seminggu, Acha memikirkan apa yang akan terjadi. Ia memikirkannya hingga kepalanya hampir meledak. Tampilannya pun menjadi kacau. "Kalian habis nge-date atau habis apa?" tanya Bella saat mereka lagi menikmati makanan di kantin. "Kakak gua langsung berubah setelah pulang dari ke
Acha dan Bagas pergi berdua ke Plaza. Mereka melakukan banyak permainan hingga sudah terlalu sore. "Haus nggak?" tanya Bagas. "Em!" aku Acha dengan nada manja. "Lu tunggu di sini dulu ya! Gua beli minum." Acha mengangguk. Ia kemudian duduk di bangku yang tak jauh dar...
Acha kembali bergabung dengan rombongan Erlangga. Namun kali ini, dia duduk di samping Bagas. Tak lupa ada Adimas dan Bella yang bergabung. "Aneh! Ada yang salah di sini," ujar Acha dengan penuh selidik. Adimas mengangkat tangannya yang menggenggam Bella. Awalnya mereka berpegangan di ba
Sejauh ini belum ada perkembangan. Hubungan Bagas dan Acha masih saja begitu. "Nash!" bujuk Bagas. "Apaan sih, Gas! Gua lagi nggak mood!" Acha segera pergi dari kantin. "Nash! Dengerin gua dulu, please!" Bagas menahan tangan Acha. "Gua suka lu! Meski awalnya g
Acha memijat pelipisnya. "Aku mau jalan-jalan sebentar." Acha berdiri meninggalkan mereka. Ia benar-benar butuh udara segar saat ini. Apalagi dengan suasana canggung di dalam. Membuatnya tak tahan berlama-lama di sana. Acha duduk di taman. Ia menghela napas. "Berarti aku nggak aka
Acha duduk menatap keluar jendela. Air matanya mengalir begitu saja. Semalam ia bermimpi buruk. Mimpi itu .... Acha yang kelelahan langsung tertidur di tikar yang digelar di bawah. Tepat di sisi sang Bunda. Setiap malam ia akan tidur di sana dengan dalih rindu, menemani dan menjaga. Padahal, suda...
Di rumah sakit. Bella dan Acha menonton bersama. Demi menghilangkan kebosanan. Mereka sudah pindah ke kamar rawat. Tiba-tiba pintu kamar mereka dibuka dengan keras. Membuat 2 saudari itu kaget. Tampak seorang pria paruh baya dengan napas tersengal berdiri di ambang pintu. "Caca!" teriak