Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali Moh. Da'i, Lc., MA mengingatkan Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) terkait ritual budaya yang kerap dipertontonkannya dan dinilai bertentangan dengan prinsip dan akidah agama Islam.
Oleh karena itu, KH Athian Ali meminta KDM untuk lebih fokus bekerja menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di Jawa Barat saja.
Kalau ingin melakukan berbagai ritual budaya yang diyakini itu, sebaiknya secara pribadi dan bersama dengan kelompoknya saja.
“Kita bersyukurlah di Jawa Barat ini ada KDM memimpin yang terpilih oleh masyarakat Jawa Barat.
Maka kita berharap dalam kondisi di negeri ini terutama di Jawa Barat, pa gubernur betul-betul konsentrasi melaksanakan tugasnya sebagai gubernur.
Banyak masalah yang harus diselesaikan,” kata KH Athian Ali kepada GalamediaNews di Masjid Al-Fajr, Cijagra, Kota Bandung, Kamis 4 Desember 2025.
Ia yakin jika KDM fokus melaksanakan tugasnya sebagai gubernur maka seluruh lapisan masyarakat dan juga para ulama akan sepenuhnya mendukung.
“Kalau beliau memiliki keyakinan yang berbeda itu memang hak beliau.
Karena Allah pun memberikan kebebasan penuh 100 persen kepada manusia untuk menentukan pilihan.
Dengan begitu, maka kewajiban kita untuk menghargai setiap orang menentukan pilihannya,”ucapnya lagi.
Hanya saja lanjut Athian Ali, ritual budaya yang kerap diperlihatkan KDM ini sangat berbeda dengan apa yang menjadi keyakinan dan prinsip masyarakat Jawa Barat khususnya yang muslim.
“Oleh karena itu, berhati-hatilah beliau untuk hal-hal semacam itu.
Khawatirnya akan menimbulkan keresahan dan akan mengganggu kerja beliau sebagai gubernur.
Kita ambil contoh waktu di Purwakarta ketika beliau menjadi Bupati, kan terus saja terjadi demo hingga ada istilah enggak ada hari Jumat tanpa demo.
Nah itu jangan sampai terulang lagi lah di sini,” ujarnya.

Ritual Budaya KDM yang Dinilai Bertentangan dengan Akidah


Salah satu ritual budaya yang dilakukan KDM yang menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat.

Beberapa ritual budaya KDM yang kerap menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat termasuk di media sosial yakni penghormatan kepada Nyi Roro Kidul dan juga 2 Kereta Kencana yang diberi nama Ki Jaga Rasa dan Nyi Mas Melati.
Athian Ali mengatakan apa yang diyakini KDM tersebut sangat berbeda dengan ajaran Islam yang notabene merupakan agama Kang Dedi Mulyadi sendiri serta warga Jawa Barat pada umumnya
“Hendaknya beliau lebih bijaksana lah.
Tidak harus memaksakan untuk menampakkan keyakinannya itu kepada masyarakat.
Dan keresahan itu sudah mulai terbaca bukan hanya di Jawa Barat, tapi ada beberapa ulama dari Jakarta nelpon saya, bahkan ada yang dari luar Indonesia, artinya masyarakat Jawa Barat yang berada di luar negeri itu WA (WhatsApp) saya untuk menanyakan mengenai hal tersebut, ‘Ini gimana ini? Kok Jawa Barat jadi begitu?’” ucapnya menegaskan.
Athian Ali juga khawatir hal ini akan menimbulkan ‘gesekan’ di masyarakat baik di media sosial maupun di dunia nyata terkait keyakinan yang kerap ditunjukkan KDM dalam berbagai kesempatan.
“Sesuatu yang mungkin menurut pandangan yang bersangkutan dan kelompoknya sebagai budaya, tapi bagi pandangan umumnya umat Islam itu ada nilai yang bukan sekadar budaya.
Islam sendiri tidak menentang budaya, bahkan ada beberapa budaya kaum jahiliyah yang diislamkan,” tuturnya.
Misalnya, pada jaman jahiliyah jika ada yang melahirkan maka mereka akan menyembelih kambing lalu darahnya ditampung dan dikeramaskan di kepala bayi.
“Nah ini kemudian yang diubah oleh Islam, jadi memotong kambing akikah tujuannya karena Allah.
Lalu untuk darahnya kan kotor, jadi dibuang, gantinya kepala bayi dikasih minyak wangi.
Jadi Islam tidak memerangi budaya selama budaya itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama Islam,” ujar Athian Ali menegaskan.
Oleh karena itu, katanya lagi, silahkan mengembangkan budaya selama tidak merusak akidah.
Namun jika sudah bertentangan dengan prinsip Islam maka sebaiknya ditinggalkan.
“Jadi kalau pa KDM mau mengembangkan kebudayaan yang menjadi keyakinannya silahkan di ranah pribadi dia dan kelompoknya saja.
Hormatilah dan hargailah masyarakat yang sedang dipimpinnya.
Kita menghormati pa Gubernur dengan keyakinannya, hendaknya pa Gubernur sebagai pimpinan juga menghargai keyakinan masyarakatnya,” kata Athian Ali lagi.
Bahkan, ucap dia melanjutkan, Gubernur Jawa Barat seharusnya memberi jalan pada umat Islam untuk melaksanakan prinsip-prinsip agama Islam di wilayahnya.
“Misalnya, ayo ke masjid, silahkan kembangkan dakwah, saya beda. Kalau itu yang dilakukan, saya hormat.
Kita bukannya benci, hanya mengingatkan,” katanya mengakhiri.***



Sumber


tuh dengerkan nasihat kami ded.
kami sebagai pemuka agama islam sangat takut jika umat islam lama2 akan punah atau berkurang krn melihat agamamu.

rumah makan yg buka pada bulan puasa saja kami tutup, krn khawatir umat islam tidak ada yg berpuasa lagi.
umat islam di indonesia itu sgt lemah sekali imannya.
mudah tergoda oleh bujuk rayu syaiton dan iblis2 macam sampean.

kami sbg pemuka agama islam sangat merindukan gubernur seperti aher dan kamil.
dimasa mereka menjadi gubernur jawa barat, walaupun korupsi merajalela. kemiskinan dan kemaksiatan dimana2, infrastruktur rusak diseantero jabar, ....

yg fenting mesjid dibangun dipelosok2, suara toa walau cempreng dan menyakitkan berkumandang diseantero negri
islam berkembang pesat di jabar.


tidak ada rumah ibadah non islam yg bisa berdiri disini.

sekarang bau kemusyrikan semakin menyengat ditanah nyai roro kidul ini

kembalikan masa kejayaan islam kemarin,
kami rindu gubernur islam