Di acara China-Indonesia Industrial Collaboration Conference 2025, Kamis (4/12), Pak Airlangga ngejelasin kalau ekonomi Indonesia masih ngebut. Triwulan III 2025 tumbuh 5,04% (yoy), terus neraca perdagangan Oktober juga masih surplus USD 2,39 miliar dengan ekspor tembus USD 24,24 miliar. Mantap lah pokoknya.

Sektor manufaktur juga makin gacor. PMI Manufaktur November 2025 naik ke 53,3, tertinggi sejak Februari. Artinya, udah 4 bulan berturut-turut ekspansi. Indikator finansial juga aman: IHSG 8.655, Rupiah Rp16.624/USD, kredit tumbuh 7,36%, dan kepercayaan konsumen makin naik.

QRIS juga makin menggila, gan. Udah dipakai 57 juta konsumen dan 39 juta pelaku usaha, mayoritas UMKM. Pak Airlangga bilang masa depan ASEAN itu digital, dan Indonesia siap jadi pentolan utamanya. FYI, ekonomi digital Indonesia tahun 2024 udah nyampe USD 90 miliar.

Soal investasi, dari Januari–September 2025 udah masuk Rp1.434,3 triliun, atau 75,3% dari target tahunan, dan nyiptain 1,95 juta lapangan kerja. Hilirisasi juga makin digeber, dengan investasi hilir Rp431,4 triliun (naik 58,1% yoy), plus investasi di KEK Rp294,4 triliun yang nyerap 187 ribu tenaga kerja.

Menurut Airlangga, acara ini penting buat ngegas investasi di sektor-sektor masa depan Indonesia. Mulai dari hilirisasi silika, teknologi fotovoltaik, semikonduktor, AI, bioteknologi, sampai ekosistem baterai kendaraan listrik. Katanya, sektor-sektor ini bakal jadi mesin utama transformasi jangka panjang Indonesia.

Intinya, kalau kerja sama bisnis Indonesia–Tiongkok makin solid, bakal banyak terobosan baru yang bikin industri kita makin kuat dan bikin nilai tambah buat kedua negara.

Sumber