- Beranda
- Stories from the Heart
Memecahkan Misteri Jailangkung
...
TS
piendutt
Memecahkan Misteri Jailangkung
Jailangkung
Part 1A. Villa Berdarah
Enam pemuda-pemudi sedang berjalan ke sebuah Villa di malam hari, langkah mereka terhenti di depan sebuah papan pengumuman yang bertuliskan 'Villa ini dijual'.
"Yakin tugas skripsi kita kayak gini? Emang nggak ada tempat lain, apa!" celetuk pria berhidung mancung yang kerap dipanggil Radit seraya melihat sekeliling yang sudah gelap gulita.
"Ini baru awal, Dit. Masih banyak tempat yang harus kita kunjungi," sahut wanita berambut panjang bernama Nessa seraya melangkah maju lebih dulu memasuki area Villa.
"Kok, serem banget tempatnya, Ric. Yakin nggak salah tempat, kamu?" tanya Mella si penakut yang selalu merangkul lengan milik teman di sebelahnya.
"Bener, kok. Di sini alamatnya," timpal pria berbaju kemeja kotak itu seraya melihat selembar kertas di tangan. Dialah Richo.
Perlahan, Richo membuka pintu Villa yang sudah terbengkalai itu. Begitu senyap dan sepi, banyak barang yang tergeletak di sana-sini. Nessa mencari tempat saklar menggunakan senter, kemudian menyalakan semua lampu yang ada di bangunan bertingkat dua tersebut.
Jeglek!
Akhirnya isi di dalam Villa itu bisa terlihat dengan jelas.
"Wah, keren. Luas banget rumahnya," ujar Radit berdecak kagum.
"Keren apanya, menyeramkan tau!" timpal Riati yang sering dipanggil Ria seraya memperhatikan sekeliling.
"Duh, kebelet pipis, nih!" Tiba-tiba Radit berujar.
"Dasar bayi gede, kalau ke mana-mana bawa pampers-lah," ejek Wati yang tepat berdiri di hadapan pria itu.
Radit bertanya kepada Nessa di mana letak toilet. Namun, wanita itu menjawab belum sempat mengecek keseluruhan rumah. Terpaksa Radit harus pergi ke toilet umum yang tak jauh dari Villa tersebut. Dengan arahan dari Richo, pria itu pun segera pergi agar tidak kencing di celana. Sampailah ia di sebuah toilet umum, tempat itu terlihat tidak terurus sama sekali.
"Haduh, ini toilet apa kuburan?" gerutunya seraya enggan masuk, tetapi ia tidak bisa menahan.
Ia bergegas buang air kecil, kemudian ingin mencuci tangannya. Namun, belum sempat kakinya menuju wastafel. Tiba-tiba ia mendengar suara anak kecil menangis. Suara itu terasa sangat dekat. Radit pun berbalik, penasaran dari mana asal suara tersebut.
Ia pun membuka bilik kamar mandi satu per satu. Ternyata kosong di bilik 1 sampai 3, tetapi pada bilik terakhir ia dikejutkan oleh sesuatu.
"Astaga, naga. Ngapain kamu di sini, Dek?" tanyanya pada seorang bocah yang menangis di pojokan WC. Anak itu terlihat memakai seragam SD.
Radit pun memegang pundaknya dan bocah itu menoleh. Radit terperanjat, karena melihat wajah anak itu rusak parah tertusuk paku. Bocah itu melotot dan tersenyum puas.
"Ah, kampretttt?!" Radit langsung berlari tunggang-langgang pergi dari tempat mengerikan itu.
"Dasar hantu sialan, datang nggak ngomong-ngomong. Kan, aku nggak bisa persiapan," gerutunya di sepanjang jalan sampai seorang wanita menghentikan langkahnya.
"Bang," panggil wanita berambut panjang yang menutupi mukanya itu.
"Iya, Neng. Ngapain malam-malam di sini?" tanya Radit tanpa rasa takut sedikit pun.
"Lagi nyari anak eneng, Bang."
Radit berpikir sejenak. "Anaknya pakai baju seragam sekolah SD, ya?" Ia langsung bertanya tentang anak yang ia temui di toilet tadi.
"Iya, Bang," sahut wanita itu datar.
"Mampus, deh. Kalau anaknya setan, pasti emaknya juga setan," cibir Radit lirih dan mulai merinding.
"Bisa anterin eneng nggak, Bang? Nyari anak eneng,” lirih wanita itu dengan memperlihatkan wajahnya yang rata.
Radit berlari menghindar, tetapi wanita itu menarik kerah baju milik Radit. "Khi hi hi hi hi hi," tawa wanita itu menggelegar.
Radit tak bisa melangkahkan kakinya, lalu melihat ke arah wanita itu lagi. Wanita itu menunjukkan mukanya yang tak berwajah, lalu kepalanya berputar-putar.
"Archhhhhhhh!! Lepasin setan kampret," umpat Radit lalu tiba-tiba terjatuh ke tanah. Pria itu segera berlari secepat kilat agar wanita itu tak mengejarnya kembali.
Di Villa.
"Gimana Ric? Apa kamu merasa ada aura mistis di sini?" tanya Nessa seraya mengeluarkan beberapa lilin dari tas.
"Ada, kok. Tapi tidak terlalu kuat," jawab Richo seraya menerawang ke seluruh area.
"Syukurlah, jadi musuh kita setan kecil, dong," sahut Wati terkekeh.
"Kecil-kecil juga setan kali, bikin takut," timpal Mella yang masih ketakutan sembari melirik ke segala penjuru.
Mereka lalu dikejutkan oleh Radit yang tiba-tiba masuk ke rumah dan menutup pintu depan dengan rapat.
"Habis lari maraton kamu, Dit? Kok, keringatan gitu," tanya Ria yang suka mengejek pria yang menyukai olahraga basket tersebut.
"Iya, dong. Buat latihan tahun depan, ikut sea games," jawabnya beralasan dengan memasang mimik wajah tertawa yang dipaksakan. Ia tak ingin ditertawakan oleh teman-temannya.
"Dasar tukang bo'ong, pasti habis di kejar setan. Hayo ngaku?" ejek Wati yang tau kebiasaan buruk temannya itu.
Radit tak menggubris ejekan teman-temannya.
"Udah, yuk! Kita lakuin ritualnya sekarang," pinta Nessa menghentikan perbincangan mereka.
Mereka semua bersiap untuk melakukan ritual pemanggilan Jailangkung.
Mereka berenam duduk dalam lingkaran lilin. Nessa memegang sebuah boneka dari batok kelapa yang biasa disebut boneka Jailangkung. Kemudian mereka bernyanyi untuk memanggil arwah yang berada di tempat tersebut.
"Jailangkung, Jailangset, di sini ada pesta, pestanya pesta kecil, datang tak dijemput pulang tak diantar," ujar mereka semua.
Mereka menunggu selama 10 menit dan tidak ada yang terjadi.
"Sudah kubilang, di sini nggak ada setan. Ngeyel kalian," cetus Radit seraya memakan kacang di piring sesajen.
"Eh, Dit. Kacang sesajen, tuh!" bentak Wati melarangnya.
"Alah biarin, mana ada setan doyan kacang," celetuknya tak peduli dan masih terus makan.
"Awas kamu, Dit. Kena pamali, ntar," timpal Mella seraya meliriknya.
Radit tak mempedulikan mereka semua dan tetap acuh memakan kacang yang seharusnya untuk sesajen. Tiba-tiba Mella ingin ke kamar mandi dan minta diantar oleh Ria dan Nessa.
"Di lantai atas sepertinya ada kamar mandi, aku tadi udah ngecek, kok," ujar Nessa seraya mematikan lilin-lilin yang mereka nyalakan tadi.
"Wah, curang kamu, Sa! Giliran aku tadi di suruh ke WC umum!" bentak Radit tak terima.
"Kan, aku tadi belum ngecek, Dit. Ya, maaf." Nessa meruncingkan bibirnya. Radit hanya menghela nafas kasar.
Nessa, Mella dan Ria berjalan naik ke lantai dua, di mana ada kamar mandi di sana. Jalan menuju ke sana remang-remang, bahkan ada beberapa lampu yang berkedip-kedip karena mulai rusak. Nessa membuka pintu kamar mandi dengan perlahan.
Cekreeeeeekk!
Ia menyalakan lampu di ruangan tersebut. Semua tembok berwarna putih, tetapi ada bekas noda di sana-sini.
"Udah sana masuk, Mel!" pinta Nessa.
"Ayo, kalian juga ikut masuk." Mella menarik tangan kedua temannya itu.
"Aku juga sekalian pipis, ah. Mumpung di sini," sahut Ria nyelonong gitu aja.
"Ya udah, kalian berdua masuk sana! Aku tunggu di sini," ujar Nessa yang masih berdiri di depan pintu.
Kamar mandi itu luas sekali malah ada empat pintu bilik WC di sana.
"Keren, rumah gedongan kayak gini, ya? WC-nya aja ada empat, kayaknya dulu banyak penghuni di sini," celetuk Ria dan langsung masuk ke salah satu WC di sana.
Mella duduk dan bersemedi. "Akhirnya lega," keluhnya seraya mencari tisu, tetapi ternyata ia tak membawanya.
"Ria, bisa minta tisunya nggak?" teriak Mella dari salah satu bilik WC.
Tak berapa lama sebuah tangan keluar dari bawah tembok kamar mandi yang bersekat itu, kemudian menawarkan tisu yang Mella inginkan.
Tanpa pikir panjang Mella mengambilnya. "Makasih, Ria," ucapnya tanpa basa-basi.
Setelah Mella keluar dari pintu WC itu, ia melihat Ria temannya juga keluar dari pintu WC yang lain. Tetapi anehnya dia lebih jauh dari ruangan yang Mella tempati.
"Kok, kamu di situ, Ria? Bukannya tadi di sampingku sini, ya?" tanya Mella penasaran.
"Ngawur, aku lo dari tadi di sini," jawab Ria seraya mencuci tangan dan nyelonong pergi menyusul Nessa.
Mendengar perkataan Ria, bulu kuduk Mella merinding. Kalau Ria ada di sana, lalu yang memberikan tisu tadi siapa. Mella penasaran dan membuka pintu WC di samping ruangannya tadi.
Dari WC duduk itu keluarlah sesosok rambut yang makin naik ke atas, ia memperlihatkan wajahnya yang rusak karena sayatan pisau dan lidahnya yang menjulur keluar.
"Archhhhhhhhhhh," teriak Mella dan berlari mendekati Nessa.
"Ada apa, Mel? Teriak-teriak," tanya Nessa kaget.
"Itu--itu-- ada mbak Kunti," ucap Mella ketakutan dan menunjuk ke arah satu ruangan.
Nessa kemudian mendatangi WC itu dan membuka pintunya, tapi tak ada apapun di sana.
"Nggak ada apa-apa, tuh," bantah Nessa.
"Aku yakin, tadi ada yang keluar dari kloset itu, Sa," sahut Mella yang masih bersembunyi di balik badan Ria.
Nessa dan Ria hanya menggeleng melihat tingkah Mella yang penakut itu.
Bersambung.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Bab seterusnya ada di kolom komentar.
Penulis : @piendutt
Sumber : opini pribadi
"Yakin tugas skripsi kita kayak gini? Emang nggak ada tempat lain, apa!" celetuk pria berhidung mancung yang kerap dipanggil Radit seraya melihat sekeliling yang sudah gelap gulita.
"Ini baru awal, Dit. Masih banyak tempat yang harus kita kunjungi," sahut wanita berambut panjang bernama Nessa seraya melangkah maju lebih dulu memasuki area Villa.
"Kok, serem banget tempatnya, Ric. Yakin nggak salah tempat, kamu?" tanya Mella si penakut yang selalu merangkul lengan milik teman di sebelahnya.
"Bener, kok. Di sini alamatnya," timpal pria berbaju kemeja kotak itu seraya melihat selembar kertas di tangan. Dialah Richo.
Perlahan, Richo membuka pintu Villa yang sudah terbengkalai itu. Begitu senyap dan sepi, banyak barang yang tergeletak di sana-sini. Nessa mencari tempat saklar menggunakan senter, kemudian menyalakan semua lampu yang ada di bangunan bertingkat dua tersebut.
Jeglek!
Akhirnya isi di dalam Villa itu bisa terlihat dengan jelas.
"Wah, keren. Luas banget rumahnya," ujar Radit berdecak kagum.
"Keren apanya, menyeramkan tau!" timpal Riati yang sering dipanggil Ria seraya memperhatikan sekeliling.
"Duh, kebelet pipis, nih!" Tiba-tiba Radit berujar.
"Dasar bayi gede, kalau ke mana-mana bawa pampers-lah," ejek Wati yang tepat berdiri di hadapan pria itu.
Radit bertanya kepada Nessa di mana letak toilet. Namun, wanita itu menjawab belum sempat mengecek keseluruhan rumah. Terpaksa Radit harus pergi ke toilet umum yang tak jauh dari Villa tersebut. Dengan arahan dari Richo, pria itu pun segera pergi agar tidak kencing di celana. Sampailah ia di sebuah toilet umum, tempat itu terlihat tidak terurus sama sekali.
"Haduh, ini toilet apa kuburan?" gerutunya seraya enggan masuk, tetapi ia tidak bisa menahan.
Ia bergegas buang air kecil, kemudian ingin mencuci tangannya. Namun, belum sempat kakinya menuju wastafel. Tiba-tiba ia mendengar suara anak kecil menangis. Suara itu terasa sangat dekat. Radit pun berbalik, penasaran dari mana asal suara tersebut.
Ia pun membuka bilik kamar mandi satu per satu. Ternyata kosong di bilik 1 sampai 3, tetapi pada bilik terakhir ia dikejutkan oleh sesuatu.
"Astaga, naga. Ngapain kamu di sini, Dek?" tanyanya pada seorang bocah yang menangis di pojokan WC. Anak itu terlihat memakai seragam SD.
Radit pun memegang pundaknya dan bocah itu menoleh. Radit terperanjat, karena melihat wajah anak itu rusak parah tertusuk paku. Bocah itu melotot dan tersenyum puas.
"Ah, kampretttt?!" Radit langsung berlari tunggang-langgang pergi dari tempat mengerikan itu.
"Dasar hantu sialan, datang nggak ngomong-ngomong. Kan, aku nggak bisa persiapan," gerutunya di sepanjang jalan sampai seorang wanita menghentikan langkahnya.
"Bang," panggil wanita berambut panjang yang menutupi mukanya itu.
"Iya, Neng. Ngapain malam-malam di sini?" tanya Radit tanpa rasa takut sedikit pun.
"Lagi nyari anak eneng, Bang."
Radit berpikir sejenak. "Anaknya pakai baju seragam sekolah SD, ya?" Ia langsung bertanya tentang anak yang ia temui di toilet tadi.
"Iya, Bang," sahut wanita itu datar.
"Mampus, deh. Kalau anaknya setan, pasti emaknya juga setan," cibir Radit lirih dan mulai merinding.
"Bisa anterin eneng nggak, Bang? Nyari anak eneng,” lirih wanita itu dengan memperlihatkan wajahnya yang rata.
Radit berlari menghindar, tetapi wanita itu menarik kerah baju milik Radit. "Khi hi hi hi hi hi," tawa wanita itu menggelegar.
Radit tak bisa melangkahkan kakinya, lalu melihat ke arah wanita itu lagi. Wanita itu menunjukkan mukanya yang tak berwajah, lalu kepalanya berputar-putar.
"Archhhhhhhh!! Lepasin setan kampret," umpat Radit lalu tiba-tiba terjatuh ke tanah. Pria itu segera berlari secepat kilat agar wanita itu tak mengejarnya kembali.
Di Villa.
"Gimana Ric? Apa kamu merasa ada aura mistis di sini?" tanya Nessa seraya mengeluarkan beberapa lilin dari tas.
"Ada, kok. Tapi tidak terlalu kuat," jawab Richo seraya menerawang ke seluruh area.
"Syukurlah, jadi musuh kita setan kecil, dong," sahut Wati terkekeh.
"Kecil-kecil juga setan kali, bikin takut," timpal Mella yang masih ketakutan sembari melirik ke segala penjuru.
Mereka lalu dikejutkan oleh Radit yang tiba-tiba masuk ke rumah dan menutup pintu depan dengan rapat.
"Habis lari maraton kamu, Dit? Kok, keringatan gitu," tanya Ria yang suka mengejek pria yang menyukai olahraga basket tersebut.
"Iya, dong. Buat latihan tahun depan, ikut sea games," jawabnya beralasan dengan memasang mimik wajah tertawa yang dipaksakan. Ia tak ingin ditertawakan oleh teman-temannya.
"Dasar tukang bo'ong, pasti habis di kejar setan. Hayo ngaku?" ejek Wati yang tau kebiasaan buruk temannya itu.
Radit tak menggubris ejekan teman-temannya.
"Udah, yuk! Kita lakuin ritualnya sekarang," pinta Nessa menghentikan perbincangan mereka.
Mereka semua bersiap untuk melakukan ritual pemanggilan Jailangkung.
Mereka berenam duduk dalam lingkaran lilin. Nessa memegang sebuah boneka dari batok kelapa yang biasa disebut boneka Jailangkung. Kemudian mereka bernyanyi untuk memanggil arwah yang berada di tempat tersebut.
"Jailangkung, Jailangset, di sini ada pesta, pestanya pesta kecil, datang tak dijemput pulang tak diantar," ujar mereka semua.
Mereka menunggu selama 10 menit dan tidak ada yang terjadi.
"Sudah kubilang, di sini nggak ada setan. Ngeyel kalian," cetus Radit seraya memakan kacang di piring sesajen.
"Eh, Dit. Kacang sesajen, tuh!" bentak Wati melarangnya.
"Alah biarin, mana ada setan doyan kacang," celetuknya tak peduli dan masih terus makan.
"Awas kamu, Dit. Kena pamali, ntar," timpal Mella seraya meliriknya.
Radit tak mempedulikan mereka semua dan tetap acuh memakan kacang yang seharusnya untuk sesajen. Tiba-tiba Mella ingin ke kamar mandi dan minta diantar oleh Ria dan Nessa.
"Di lantai atas sepertinya ada kamar mandi, aku tadi udah ngecek, kok," ujar Nessa seraya mematikan lilin-lilin yang mereka nyalakan tadi.
"Wah, curang kamu, Sa! Giliran aku tadi di suruh ke WC umum!" bentak Radit tak terima.
"Kan, aku tadi belum ngecek, Dit. Ya, maaf." Nessa meruncingkan bibirnya. Radit hanya menghela nafas kasar.
Nessa, Mella dan Ria berjalan naik ke lantai dua, di mana ada kamar mandi di sana. Jalan menuju ke sana remang-remang, bahkan ada beberapa lampu yang berkedip-kedip karena mulai rusak. Nessa membuka pintu kamar mandi dengan perlahan.
Cekreeeeeekk!
Ia menyalakan lampu di ruangan tersebut. Semua tembok berwarna putih, tetapi ada bekas noda di sana-sini.
"Udah sana masuk, Mel!" pinta Nessa.
"Ayo, kalian juga ikut masuk." Mella menarik tangan kedua temannya itu.
"Aku juga sekalian pipis, ah. Mumpung di sini," sahut Ria nyelonong gitu aja.
"Ya udah, kalian berdua masuk sana! Aku tunggu di sini," ujar Nessa yang masih berdiri di depan pintu.
Kamar mandi itu luas sekali malah ada empat pintu bilik WC di sana.
"Keren, rumah gedongan kayak gini, ya? WC-nya aja ada empat, kayaknya dulu banyak penghuni di sini," celetuk Ria dan langsung masuk ke salah satu WC di sana.
Mella duduk dan bersemedi. "Akhirnya lega," keluhnya seraya mencari tisu, tetapi ternyata ia tak membawanya.
"Ria, bisa minta tisunya nggak?" teriak Mella dari salah satu bilik WC.
Tak berapa lama sebuah tangan keluar dari bawah tembok kamar mandi yang bersekat itu, kemudian menawarkan tisu yang Mella inginkan.
Tanpa pikir panjang Mella mengambilnya. "Makasih, Ria," ucapnya tanpa basa-basi.
Setelah Mella keluar dari pintu WC itu, ia melihat Ria temannya juga keluar dari pintu WC yang lain. Tetapi anehnya dia lebih jauh dari ruangan yang Mella tempati.
"Kok, kamu di situ, Ria? Bukannya tadi di sampingku sini, ya?" tanya Mella penasaran.
"Ngawur, aku lo dari tadi di sini," jawab Ria seraya mencuci tangan dan nyelonong pergi menyusul Nessa.
Mendengar perkataan Ria, bulu kuduk Mella merinding. Kalau Ria ada di sana, lalu yang memberikan tisu tadi siapa. Mella penasaran dan membuka pintu WC di samping ruangannya tadi.
Dari WC duduk itu keluarlah sesosok rambut yang makin naik ke atas, ia memperlihatkan wajahnya yang rusak karena sayatan pisau dan lidahnya yang menjulur keluar.
"Archhhhhhhhhhh," teriak Mella dan berlari mendekati Nessa.
"Ada apa, Mel? Teriak-teriak," tanya Nessa kaget.
"Itu--itu-- ada mbak Kunti," ucap Mella ketakutan dan menunjuk ke arah satu ruangan.
Nessa kemudian mendatangi WC itu dan membuka pintunya, tapi tak ada apapun di sana.
"Nggak ada apa-apa, tuh," bantah Nessa.
"Aku yakin, tadi ada yang keluar dari kloset itu, Sa," sahut Mella yang masih bersembunyi di balik badan Ria.
Nessa dan Ria hanya menggeleng melihat tingkah Mella yang penakut itu.
Bersambung.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Bab seterusnya ada di kolom komentar.
Penulis : @piendutt
Sumber : opini pribadi
Jailangkung 1
Part 1B. Villa Berdarah
Part 2A. Rumah Sakit Angker
Part 2B. Rumah Sakit Angker
Part 3A. Kereta Berhantu
Part 3B. Kereta Berhantu
Part 3C. Kereta Berhantu
Part 3D. Kereta Berhantu
Part 4A. Desa Gaib
Part 4B. Desa Gaib
Part 4C. Desa Gaib
Part 4D. Desa Gaib
Part 5A. Penyembah Iblis
Part 5B. Penyembah Iblis
Part 5C. Penyembah Iblis
Part 6A. Tempat Berkumpulnya Mereka
Part 6B. Tempat Berkumpulnya Mereka
Part 6C. Tempat Berkumpulnya Mereka
Jailangkung 2
Part 1A. Misteri Sumur Keramat
Part 1B. Misteri Sumur Keramat
Part 1C. Misteri Sumur Keramat
Part 2A. Misteri Lukisan Iblis
Part 2B. Misteri Lukisan Iblis
Part 2C. Misteri Lukisan Iblis
Part 3A. Misteri di Rawa Dahar
Part 3B. Misteri di Rawa Dahar
Part 3C. Misteri di Rawa Dahar
Part 4A. Misteri Terowongan Angker
Part 4B. Misteri Terowongan Angker
Part 4C. Misteri Terowongan Angker
Part 4D. Misteri Terowongan Angker
Part 5A. Misteri Gaun Terkutuk
Part 5B. Misteri Gaun Terkutuk
habibhiev dan 12 lainnya memberi reputasi
13
6K
79
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.2KThread•46.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya