Yeah that's true Agan Sista! 

Ane disini hanya berbagi dari perspektif pengalaman yang Ane alami selama ini. Saat kita melewati fase usia 23-25 dimana kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Mungkin bisa lanjut S2, pengen jadi pengusaha, atau karir. Pasti ada fase dari pertanyaan paling berat dari semua itu, yaitu "Elu pengen hidup seperti apa?"

Selama Ane mengejar tujuan sebelum memasuki usia 26, jujur Ane enggak kepikiran soal pertanyaan itu. Ane senang bekerja, dapat uang, liburan, dan bersenang-senang. Ntah traveling sendirian motoran pergi ke Gunung, Pantai, atau ke Event gitu. Ataupun sesekali traktir keluarga sendiri makan diluar, ngajak adik main PS4, dan tidur seharian saking cape kerja. 

Baru terpikir soal pertanyaan itu setelah menjalani fase terberat dimana Ane sendirian menghidupi keluarga sendiri. Kerja dari bawah banget sebagai part timer dan bisa bertahan hidup mengadu nasib di Jakarta sampai bisa menghidup keluarga sendiri. Dimulai dari transfer uang ke ortu, adik, ngontrak, sampai setiap perbulan pasti bayar listrik sama wifi. Disamping itu belajar buat manage uang sampai-sampai detail membuat catatan keuangan melalui Ms. Excel. 

Yah tapi panjang buat diceritakan, untuk lebih simpel, Ane akan menjabarkan jadi beberapa hal yang akan dialami saat mulai masuk ke fase usia 26 hingga ke 27. Bisa jadi berbeda dengan Agan Sista lain karena jalan ninja setiap orang berbeda. 

#1 Ingin hidup seperti apa?
Seperti di intro ya. Sebenarnya ini lebih mengarah ke pola hidup dan rutinitas kita. Semakin tua, Ane percaya kita makin sendirian. Bukan berarti tidak ada teman ya. Tapi semua teman-teman sibuk dan memilih teman tidak semudah waktu sekolah maupun kuliah. Kalau gak cocok ya gak cocok. Kalaupun cocok jarang main karena sibuk kerja. Karena itu Ane terpikirkan buat mengatur hidup lebih baik dimulai dari bangun pagi, bersih-bersih, kerja, pulang, bantu di rumah ntah ngejokes ke adik atau cuci piring agar Ibu Ane juga senang. Gak lupa sabtu minggu kadang pergi ke tempat wisata buat mengabadikan momen. Mengembangkan hobi fotografi dan suka posting di salah satu platform sebagai kontributor. Intinya ada kegiatan aja, itu menjaga Ane tetap waras dalam dinamika menghadapi lika liku hidup bekerja dan mengurus keluarga sendiri. 

#2 What happen to my body?
Bukan berarti body swimming ya hehe. Tapi jujur kalau dulu Ane makan ciki waktu masih kecil, sehat-sehat aja kok. Sekarang pas sudah tua, perkara nyimal aja gampang batuk, makan daging berlebih kolestrol. Bahkan teman seumuran Ane yang kena batu ginjal aja membuat Ane panik dan berpikir 10X lagi buat milih milih makanan. Jadi Ane membangun pola hidup yang sehat. Minimal kalau ke warung jalan kaki, suka jogging di weekend, minum air putih, dan perbanyak makanan serat. Bahkan BAB lancar aja udah syukur, seriusss.

#3 Hobi is everything
Percayalah. Cara gampang buat mengenali diri yang sejauh ini Ane alami adalah mengembangin hobi sefanatik mungkin. Ane suka traveling, makan, dan foto gaskan!!! Karena itu adalah cara simpel buat menikmati hidup. Ane pasti rutin di weekend buat pergi menjelajah kota sendiri, motoran, kadang nyoba kulineran dari gosip orang setempat, dan mengabadikan momen dengan foto dan posting di IG atau platform kontributor foto. Selain itu, melalui hobi, Ane juga bertemu dengan orang yang sefrekuensi dan bisa diajak main saat ada momen liburan atau cuti atau berkenalan dengan anak kantor yang baru. 

#4 Agama is needs
Yaps kalau ada yang bilang agama itu kewajiban, buat Ane agama itu sudah seperti kebutuhan. Gak dilaksanakan atau dipenuhi pasti ada problem dalam diri dan merasa gak tenang. Apapun itu agama yaa. Percayalah saat stres kerja, cape, dan bingung ingin bercerita sama siapa dikala tidak ada teman yang bisa diajak sharing, kita pasti akan bercerita ke tuhan. Disaat kita merasa kesepian bahkan nangis sejadi-jadinya kehilangan orang yang kita sayang , pasti juga lari ke agama. That's why ada dulu teman ada yang bilang, makin tua sebenarnya makin dekat dengan Agama. 

#5 Telan dan terimalah kalau kita sudah tua 
Karena tua buat Ane adalah ketika kita bertanggung jawab as a citizen. Sebagai masyarakat. Bisa bayar kontrakan, listrik, air, wifi, pajak tepat waktu itu sudah bentuk tanggung jawab. Bantu keluarga sebisa mungkin juga is responsible. Dan ketika kita sudah menemukan jodohpun, enggak butuh waktu bertahun-tahun kita punya capability buat tanggung jawab buat membuat dan mengurus keluarga sendiri. Kita bukan anak-anak lagi. Masa untuk bersenang-senang tidak lagi banyak, eksplor juga ke hal yang serius, dan juga sebagai lakik bila sudah dianugerahi keturunan pasti rasanya beda banget. Karena it's love. Kita merelakan semua untuk keluarga kita sendiri. Sama seperti orang tua kita mengurus kita dulu. 

#6 Sosmed is a fake
Jujur Ane punya sosmed semata hanya untuk mendapatkan informasi kuliner dan wisata. Tidak ada hal lainnya. Tidak perlu kayak renungan usia 20 tahun harus punya 50 juta. It's a fucking bullshit. Fakyu gitu lho. Kenyataannya apa yang Ane alami usia 20 tahun itu rajin eksplor buat bekerja, belajar politik per pekerjaan, ambis buat belajar, dan lain-lain. Bukan fokus mikirin cuan. Kadang konten gituan kayak seolah orang itu sedang memproyeksikan penyesalan di masa mudanya. Padahal yah penyesalan dan kegagalan itu dibutuhkan karena dari situ kita belajar untuk berkembang lebih baik. 

Sebenarnya banyak yang Ane alami, tapi yah kurang lebih 6 poin itu dulu. Karena masih terngiang-ngiang dikepala hehe. Ane tidak menakutin Agan Sista. Walau makin tua makin seram sebenarnya prinsip Ane untuk tetap waras adalah belajar. Ane pertama kali ngontrak gagal pun belajar hingga dapat rumah yang enak dan cocok buat si calon dan keluarga sendiri 

Sekian Agan Sista