Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Novena.LiziAvatar border
TS
Novena.Lizi
All Eyes on Papua vs All Eyes on Rafah Viral di Medsos, Benny Wenda Serukan Lagi
All Eyes on Papua vs All Eyes on Rafah Viral di Medsos, Benny Wenda Serukan Lagi Papua Merdeka
Kamis, 13 Juni 2024 18:21 WIB

All Eyes on Papua vs All Eyes on Rafah Viral di Medsos, Benny Wenda Serukan Lagi

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Seruan All Eyes on Papua vs All Eyes on Rafah sedang viral di Medsos di antaranya di TikTok dan X atau Twitter, Ketua ULMWP Benny Wenda serukan Papua Merdeka .

All Eyes on Papua vs All Eyes on Rafah jadi viral di Medsos karena adanya segelintir orang yang julid kepada warga Indonesia yang ramai menyerukan All Eyes on Rafah .

Mereka yang julid mengatakan, buat apa All Eyes on Rafah sedangkan tanah air sendiri dibiarkan, kenapa tidak All Eyes on Papua.


Kemudian, banyak konten kreator yang memberikan penjelasan mengenai perbedaan All Eyes on Rafah dengan All Eyes on Papua .

Baik itu berbedaan dari segi HAM, jenis konflik, ruang lingkup konflik, hingga permasalahan antara di Palestina dengan masalah yang ada di Papua.

Kemudian, seruan All Eyes on Papua juga dinyatakan dan diserukan Ketua ULMWP, Benny Wenda , bahkan menyerukan Papua Merdeka .

Benny Wenda dalam pernyataan resminya di website resmi ULMWP mengatakan, selama bertahun-tahun, masyarakat Papua Barat telah mengatakan kepada dunia bahwa kita adalah korban dari dua kejahatan yang saling terkait yakni genosida dan ekosida.

Lebih dari 500.000 warga Papua telah dibunuh sejak pendudukan Indonesia dimulai pada tahun 1960an, sementara jutaan hektar tanah leluhur ( hutan, sungai, dan gunung ) telah dihancurkan dan diracuni demi keuntungan Indonesia dan perusahaan.

"Kini, melalui tagar #AllEyesonPapua yang menjadi viral di media sosial Indonesia, kita melihat masyarakat Indonesia akhirnya sadar akan kejahatan yang dilakukan pemerintah mereka di Papua Barat .

Selama beberapa dekade, Indonesia telah menyembunyikan Papua Barat dari dunia luar, melalui kombinasi pemadaman media, penyiksaan, pembunuhan, dan pelarangan brutal terhadap jurnalisme internasional dan domestik yang menjadikan negara kita sebagai Korea Utara Pasifik," ungkap Benny Wenda .

Menurut Benny Wenda, teknologi dan media sosial membantu meruntuhkan penjara informasi Indonesia di Papua Barat.

LSM-LSM di Indonesia, kelompok solidaritas, dan yang paling penting, masyarakat umum, semuanya mencari tahu kebenaran tentang perkebunan kelapa sawit raksasa, pertambangan, dan perkebunan energi yang merusak lingkungan di Papua Barat .

"Perjuangan masyarakat Awyu dalam mempertahankan tanahnya dari proyek besar Tanah Merah – yang akan menjadi perkebunan Kelapa Sawit terbesar di dunia – telah memikat hati masyarakat Indonesia.

Masyarakat Awyu menghadapi kehilangan tanah, tempat berburu, dan mata pencaharian mereka. Hutan adalah supermarket dan lemari obat kita; semua yang kita butuhkan ada di sana. Bagaimana kita bisa bertahan hidup tanpanya?," jelas Benny Wenda .

Benny Wenda melanjutkan, penting bagi warga negara Indonesia untuk menyadari bahwa kerusakan lingkungan yang mereka saksikan tidak akan terjadi tanpa adanya genosida, pembersihan etnis, dan rasisme.

"Ekosida dan genosida, keduanya merupakan satu paket di Papua Barat.

Indonesia menebangi hutan dan menggusur masyarakatnya untuk membuka akses terhadap lahan kita bagi perusahaan-perusahaan besar.

Masyarakat juga harus menyadari bahwa penentuan nasib sendiri adalah akar penyebab semua masalah lingkungan hidup di Papua Barat.

Untuk menghentikan kehancuran, kita harus diizinkan untuk mengatur urusan kita sendiri, seperti yang kita lakukan ribuan tahun sebelum kolonialisme. Papua Merdeka jawaban #AllEyesonPapua," papar Benny Wenda .

Melawan kehancuran lingkungan hidup yang terjadi di Indonesia, ulas Benny Wenda , ULMWP menawarkan kepada dunia Visi Negara Hijau untuk Papua Barat yang merdeka.

"Memanfaatkan pengetahuan masyarakat adat Papua untuk memerangi darurat iklim, Visi Negara Hijau akan memulihkan keseimbangan tanah kami setelah 60 tahun penggundulan hutan.

Ini adalah janji kami kepada dunia: dukung kemerdekaan kami, dan kami akan membantu Anda melawan perubahan iklim dengan melindungi hutan hujan terbesar ketiga di dunia.

Sejak kami meluncurkan Visi Negara Hijau di COP26, kami hanya melihat lebih banyak kerusakan, lebih banyak konsesi pertambangan, lebih banyak perkebunan minyak bio-etanol, lebih banyak perkebunan yang dibangun di atas tanah Papua yang dicuri," terang Benny Wenda .

Benny Wenda mengatakan, tidak ada negara lain yang lebih menderita akibat perubahan iklim selain di Pasifik.

Menurutnya, banyak negara yang terancam punah akibat naiknya permukaan air laut, sementara di Vanuatu dan PNG kita menyaksikan lebih banyak angin topan dan bencana alam lainnya dibandingkan sebelumnya.

"Para pemimpin Pasifik harus menolak diplomasi Indonesia dan mendukung Papua Barat untuk mengambil tindakan nyata terhadap perubahan iklim.

Di satu sisi, Indonesia menawarkan bantuan kepada negara-negara Pasifik setelah terjadi bencana alam; di sisi lain, mereka menghitung uang dari perusahaan multinasional sebagai imbalan atas penebangan hutan di Papua Barat.

ULMWP menyerukan kepada seluruh media internasional untuk terus memperhatikan Papua, dan tidak mengabaikan upaya Indonesia untuk menghancurkan tanah kami," seru Benny Wenda

https://pekanbaru.tribunnews.com/202...rdeka?page=all
dalamuka
dalamuka memberi reputasi
1
131
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.2KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.