Polwan Bakar Suami, Menkominfo: 'Ternyata Perempuan Lebih Kejam dari Laki-laki!'

Beranda

...

Citizen Journalism
Polwan Bakar Suami, Menkominfo: 'Ternyata Perempuan Lebih Kejam dari Laki-laki!'

harrywjyy

13-06-2024 00:03

Polwan Bakar Suami, Menkominfo: 'Ternyata Perempuan Lebih Kejam dari Laki-laki!'

Sumber Gambar

Quote:

Kasus tragis di mana seorang polwan membakar suaminya telah memicu banyak reaksi dan komentar, termasuk dari Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi. Dalam rapat bersama Komisi I DPR di Senayan, Jakarta, Budi menyatakan bahwa "ternyata perempuan lebih kejam dari laki-laki," mengaitkan pendapatnya dengan isu judi online. Pernyataan ini menuai kontroversi dan kritik tajam dari netizen yang merasa bahwa komentar tersebut tidak menunjukkan empati terhadap korban dan situasi yang sedang berduka, serta dianggap sebagai bentuk stereotip yang tidak pantas terhadap perempuan.

Banyak netizen menilai bahwa komentar Budi Arie Setiadi sangat tidak tepat dan justru memperburuk suasana duka atas kasus yang sudah cukup mengerikan tersebut. Alih-alih memberikan pernyataan yang menunjukkan rasa empati dan belasungkawa, pernyataan Menkominfo dianggap merendahkan dan memberikan stigma negatif terhadap perempuan secara umum. Akibatnya, banyak warganet yang menghujatnya di media sosial, menuntut adanya permintaan maaf dan klarifikasi atas pernyataan yang dinilai sensitif dan tidak pantas tersebut.

Sumber Gambar

OPINI TS

Menurut opini TS, kasus tragis di mana seorang polwan membakar suaminya benar-benar mengejutkan masyarakat dan menimbulkan duka mendalam. Namun, pernyataan yang disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, yang mengatakan "ternyata perempuan lebih kejam dari laki-laki" dalam konteks ini sangat tidak pantas dan kurang menunjukkan empati. Mengaitkan peristiwa kejahatan domestik yang ekstrem ini dengan generalisasi gender hanya menambah luka dan tidak membantu menyelesaikan masalah yang ada.

Pernyataan Menkominfo tersebut memicu kemarahan dan kritik tajam dari banyak netizen. Komentar seperti ini dianggap sebagai stereotip yang merugikan perempuan secara keseluruhan, mengabaikan fakta bahwa kekejaman dan tindak kejahatan tidak mengenal gender. Setiap individu, terlepas dari jenis kelamin, memiliki potensi untuk berbuat baik maupun buruk. Generalisasi semacam itu hanya memperkeruh suasana dan tidak berkontribusi positif terhadap pemahaman dan penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Selain itu, komentar tersebut menunjukkan kurangnya empati terhadap para korban, baik korban langsung maupun keluarga yang ditinggalkan. Saat berhadapan dengan tragedi seperti ini, pejabat publik seharusnya menunjukkan belasungkawa dan memberikan dukungan moral kepada para korban, bukan malah membuat pernyataan yang menyulut kontroversi. Kegagalan untuk menunjukkan empati ini bisa merusak kepercayaan publik terhadap para pemimpin dan pejabat negara.

Mengaitkan pernyataan tersebut dengan isu judi online juga terasa tidak relevan dan hanya menambah kebingungan di kalangan masyarakat. Fokus seharusnya tetap pada upaya mencari keadilan bagi korban dan memberikan dukungan kepada pihak yang terdampak. Isu judi online tentu penting, tetapi harus dibahas dalam konteks yang tepat tanpa mengaitkan secara langsung dengan kasus kekerasan domestik yang tragis ini.

Terakhir, kejadian ini seharusnya menjadi pelajaran bagi semua pejabat publik untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan komentar, terutama dalam situasi yang sensitif. Setiap pernyataan harus dipikirkan dengan matang agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau memperparah keadaan. Diharapkan Budi Arie Setiadi dan pejabat lainnya dapat belajar dari insiden ini dan lebih menunjukkan rasa empati serta tanggung jawab dalam setiap ucapan dan tindakan mereka di masa mendatang.

Sumber Valid (baca baik-baik):
Link Referensi 1 , Link Referensi 2