Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Netralisir Jawa Barat : Ridwan Kamil ke Jakarta, Dedi Mulyadi Dikandangkan

iqbalballeAvatar border
TS
iqbalballe
Netralisir Jawa Barat : Ridwan Kamil ke Jakarta, Dedi Mulyadi Dikandangkan
Netralisir Jawa Barat : Ridwan Kamil ke Jakarta, Dedi Mulyadi Dikandangkan


Sumber : Detik


Presiden Jokowi dan presiden terpilih Prabowo secara serentak melakukan langkah politik. Yakni Jokowi melarang Kaesang maju Pilkada Jakarta, sementara Prabowo memanggil Ridwan Kamil sehingga berujung langkah Gerindra secara resmi mengusung mantan Gubernur Jabar itu ke Pilkada Jakarta.

Langkah politik ini dilakukan di tengah polemik gejala mbalelo Golkar yang tetap berupaya mengusung Ridwan Kamil ke Pilkada Jawa Barat.

Sumber :



Sebagaimana prediksi yang TS (Thread Starter / penulis) kalkulasi sejak awal 2024.

Sumber :



Situasi baru ini akan mendorong Koalisi Gemoy, khususnya Gerindra, Demokrat, PAN, PSI di Jakarta hampir pasti akan mengusung Ridwan Kamil sebagai Cagub Jakarta 2024.

Sementara Golkar masih melakukan kajian yang mereka bahasakan menunggu hasil survei. Namun bukan hanya itu saja alasan Golkar. Perhatikan beberapa aspek berikut.

Sumber : https://www.antaranews.com/berita/41...dra-ke-jakarta

Ada peristiwa historis yang kurang enak dari hengkangnya Dedi Mulyadi dari Golkar ke Gerindra.

Dedi Mulyadi merasa dilangkahi petinggi Golkar pusat ketika partai beringin tersebut mengakuisisi Ridwan Kamil (rival Golkar dan Dedi Mulyadi di Pilkada Jabar 2018).

Dedi Mulyadi merasa dilangkahi karena Golkar tidak mengajak dirinya dalam pembahasan akuisisi Ridwan Kamil, sehingga Dedi pun berlabuh di Gerindra.

Situasi ini menyebabkan adanya sentimen Golkar terhadap Dedi Mulyadi dan sebaliknya, sentimen Dedi Mulyadi terhadap Golkar

Sumber : https://www.tribunnews.com/regional/...ati-purwakarta

Kemudian, dalam pembahasan skenario Pilkada Jabar setelah pencoblosan 14 Februari 2024, Gerindra sempat mewacanakan akan mengusung Dedi Mulyadi ke Pilkada Jabar.

Sedangkan Golkar akan mengusung Ridwan Kamil juga ke Pilkada Jabar, yang kemudian dilihat sebagai Pilkada Jabar menjadi momen perpecahan perdana Gerindra vs Golkar.

Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/nasiona...gub-jabar-2024
https://nasional.kompas.com/read/202...-pilkada-jabar

Wajar, sebab siapa kuasai Jawa Barat di Pilkada 2024 akan selangkah memenangkan Pilpres 2029.

Dari sinilah kemudian muncul konsensus tak tertulis bahwa Jabar tidak bisa dipimpin oleh figur politis populer yang berpeluang maju sebagai capres di 2029.

Langkah Jokowi melarang Kaesang maju Pilkada Jakarta dan langkah Prabowo memanggil Ridwan Kamil yang berujung Gerindra mendahului Golkar mengusung Ridwan Kamil ke Pilkada Jakarta, sedangkan Golkar baru akan memutuskan Juli 2024, memberi sinyal jelas.

Yakni Golkar akan menyetujui Ridwan Kamil ke Pilkada Jakarta, dengan syarat Gerindra tak majukan Dedi Mulyaki ke Pilkada Jawa Barat.

Jika syarat Golkar disetujui Gerindra, maka habislah Dedi Mulyadi karena dalam kacamata politik jangka panjang aliansi Solo – Hambalang, Jawa Barat harus dinetralisir dari peluang menghasilkan rival capres di 2029.

Dedi Mulyadi sendiri politisi yang lumayan bersifat kutu loncat, tidak ada jaminan dari Gerindra menangkan Dedi Mulyadi di Jabar dapat menahan ambisinya pindah parpol lain untuk maju Pilpres 2029 melawan Prabowo – Gibran.

Mungkin ada peluang duet Ridwan Kamil (Golkar) – Dedi Mulyadi (Gerindra) di Pilkada Jakarta, meski tipis.

Namun langkah Nasdem menolak bergabung untuk mengusung Ridwan Kamil, memberi sinyal bahwa Koalisi AMIN akan kembali bersatu mendukung Anies di Pilkada Jakarta. Mungkin bersama PDIP, mungkin juga tidak, karena PDIP lumayan kepincut bergabung Koalisi Gemoy mengusung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta.

Pertanyaannya sekarang, jika Jawa Barat berhasil dinetralisir, maka siapa kandidat yang layak dimajukan untuk Jawa Barat tapi tidak mungkin menjadi Rival Pilpres 2029?

Jawabannya dapat disimak pada beberapa sinyal berikut ini.

PAN mulanya hendak mengusung Kaesang ke Pilkada Jakarta dalam paket spekulatif Budisatrio Djiwandono – Kaesang Pangerep, namun dihadang oleh Presiden Jokowi yang melarang Kaesang maju Pilkada Jakarta.

Namun usai Gerindra resmi mengusung Ridwan Kamil ke Pilkada Jakarta, PAN melanjutkan upaya mengusung Kaesang Pangerep ke Pilkada Jakarta, dengan bahasa peta pilkada Jakarta butuh poros baru.

Sumber : https://metro.sindonews.com/read/139...ies-1717585618

Sejumlah analisis pengamat pun mengatakan Kaesang kuda hitam Pilkada Jakarta untuk melawan poros Ridwan Kamil dan poros Anies Baswedan.

TS melihat hal lain. Wacana Kaesang maju Pilkada Jakarta, baik untuk duet bersama Bima Arya (Walikota Bogor) maupun anak Ketum PAN, kelihatannya hanya pengecoh.

Sebab, agak mustahil PAN memaksakan Kaesang maju Pilkada Jakarta setelah dilarang presiden.

Justru lebih mungkin, wacana Kaesang maju Pilkada Jakarta dimainkan untuk nantinya seketika digeser menjadi Kaesang maju Pilkada Jawa Barat.

Kaesang pimpin Jawa Barat, tidak akan menghasilkan rival Pilpres 2029 terhadap Prabowo – Gibran.

Malah bisa saja berwujud Capres Gibran dari Gerindra dan Cawapres Kaesang dari PSI di 2029, jika Prabowo merasa cukup memerintah 1 periode saja.

Dengan dimainkannya gerakan PAN melambungkan Kaesang, meski kursi PSI di DPRD Jakarta cukup besar, menandakan arah Kaesang yang disiapkan aliansi Solo – Hambalang bukan untuk Pilkada Jakarta.

Lagipula, Presiden Jokowi melarang Kaesang maju Pilkada Jakarta, bukan Pilkada Jabar.

Siapa menafsirkan larangan presiden soal Kaesang maju Pilkada Jakarta menjadi presiden melarang Kaesang maju di semua pilkada adalah insinuasi saja.

Tafsiran yang dirasa benar karena sesuai dengan harapan dirinya. TS percaya, presiden tak melarang Kaesang maju Pilkada Jabar, melainkan hanya melarang Kaesang maju Pilkada Jakarta.

Lagipula, menjadikan PAN sebagai peluncur kans Kaesang maju Pilkada Jabar, akan berguna bagi PSI.

Terlebih lagi Medan Merdeka marah betul pada kegagalan Mister L mengangkat PSI masuk legislatif nasional (DPR RI).

Agenda netralisir Jabar pun diserahkan sepenuhnya kepada Mister T dan Mister A, tanpa melibatkan Mister L.

Kebetulan Mister A adalah penguasa Jabar. Beliau orang Cimahi. Golkar Jabar pasti paham siapa Mister A, karena ada sebuah rapat Golkar Jabar yang hendak memaksakan Ridwan Kamil ke Pilkada Jabar, kemudian didatangi Mister A. Langsung adem.

Makanya kemarin Mister L mengerahkan proksi-proksi LSM untuk menghantam Prabowo – Gibran menggunakan isu kebangkitan anuan era orde baru, karena mulai disingkirkan oleh Aliansi Solo – Hambalang.

Bahkan dalam keributan dua korps di Jaksel kemarin, Mister L dibiarkan tanpa backing dari Medan Merdeka, karena korps yang satu itu, korpsnya Mister L akan segera di-PRAMUKA-kan.

Bagaimana hasil akhir tarik menarik antara Golkar dan Gerindra di Pilkada Jakarta dan Jawa Barat, akan menunggu keputusan Golkar pada Juli 2024, yang tentunya akan ikut ditentukan oleh setuju atau tidaknya Gerindra dengan syarat Golkar.

Yang jelas, konstelasi terkini semakin memperlihatkan apa yang telah diprediksi TS sejak awal tahun (ada prioritas pertahankan Golkar dari potensi Mbalelo) maupun thread terakhir soal adanya situasi harus memilih antara Trah Golkar vs Trah Gerindra vs Trah Jokowi dalam konteks Pilkada Jakarta dan Pilkada Jawa Barat.
bang.toyip
bukan.bomat
sudarmadji-oye
sudarmadji-oye dan 5 lainnya memberi reputasi
6
21K
28
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.