vien26Avatar border
TS
vien26
LABIRIN KEHIDUPAN (Kisah-kisah hidup manusia yang penuh suka Dan duka)

(sumber gambar : Pinteres)
.
.
.
Hai, kali ini saya akan menuliskan sebuah cerita. Bukan cerbung ataupun novel. Tetapi Saya akan menuliskan cerita-cerita pendek di sini. Dan nantinya saya akan mengumpulkan cerita-cerita tersebut ke dalam index link yang nantinya saya taruh di bagian bawah postingan/komentar/pejewan. Oke daripada kita basa-basi terlalu panjang kita langsung saja ke bawah ya. Entah di bawah sudah ada apa aja. Yuk kita turun sedikit

.
.
.

Quote:



PERJUANGAN SEORANG AYAH

_Vien NH

Suara kicauan burung di pagi hari membuat suasana damai, mentari yang baru munculpun tiada bosannya menyinari dunia. Deretan Petani menunggangi sepedanya masing-masing, ia mulai berangkat kerja berjejer-jejer dengan sepeda yang mereka kayuh, mereka menghampiri persawahan yang ia tanami. Melihat mereka kompak berjajar-jajar semakin indahnya sajian pandangan di pagi ini. Sungguh, nikmat mana yang engkau dustakan, ketika kita masih bisa melihat pemandangan yang indah ini.


(kira-kira seperti inilah gambarannya : sumber gambar dari Pinteres ; https://pin.it/18ZstT4SN
.
.
Itulah keindahan dunia persawahan pagi ini yang di pandangi oleh Pak Kus. Ia berhenti sejenak di gubuk yang ia buat dengan sedemikian rupa apiknya. karena merasa sudah lelah mengurusi tanaman cabai yang kian lama semakin menguras tenaga dan pikiran. Bagaimana tidak, seseorang yang sudah renta masih memikirkan masa depan anak cucunya. Sedangkan mereka tidak memikirkan orang tuanya. Mau tidak mau, orang tua yang harus memikirkan masa depan anak-anaknya meski orang tua juga sama-sama kesusahan.

Di dalam peliknya sebuah hidup, lama-lama Pak Kus di hadapkan oleh sebuah masalah yang besar. Ia sudah tidak ada biaya lagi untuk mengurus sawahnya. Semakin lama tanamannya akan semakin memburuk jika tidak bisa membiayainya.
Kebutuhan persawahan juga semakin meningkat, harga obat-obatan pertanian semakin melonjak, apalagi pupuk semakin gila-gilaan harganya. Sedangkan tanaman Pak Kus membutuhkan obat-obatan dan pupuk untuk bisa melanjutkan buah keduanya. Kalaupun tidak membeli, tanamannya akan semakin rusak dan lama-lama akan mati kering kerontang. Mau tidak mau beliau harus membeli obat serta pupuk untuk biaya persawahan.
Belum lagi memikirkan hutang di Bank sebanyak 10 juta untuk biaya awal tanam cabai kemarin, belum lagi membayar cicilan sewa sawah ini sebanyak 3 juta. Ya Allah, terasa berat banget hidup ini.
”Semakin pusing saja kepalaku ini memikirkan semua biaya sawah. Apa lebih baik pulang saja ya.” Ujar Pak Kus.

Pak Kus bergegas pulang karena kepalanya semakin pusing memikirkan semua kebutuhan di persawahan dan hutang-hutang yang ia miliki. Belum lagi di rumah, dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa istrinya sudah tujuh bulan ini meninggal. Karena terkena serangan darah tinggi secara tiba-tiba yang mengharuskan pembuluh darahnya pecah. Setelah tiga hari dirawat inap istrinya meninggal. Semua itu seperti mimpi bagi Pak Kus, Ia belum sepenuhnya menerima kematian sang istri yang sangat di sayangi. Masih merasa pilu sedalam-dalamnya ketika Pak Kus memasuki rumah. Bahkan, ia tidak mampu masuk kamarnya, yang setiap malam ia lalui bersamanya. Sejak meninggalnya sang istri, ia memutuskan untuk tidur di luar rumah. Karena ia tak mampu bila di dalam rumah, pasti teringat istrinya terus. Jadi memutuskan untuk tidur di luar rumah, yang terkadang dingin dan banyak serangan nyamuk yang menggigit.

Sejak meninggalnya sang istri, Pak Kus selalu murung, bahkan jarang makan, yang ia pikirkan hanyalah sawahnya. Ia kepengen banget sawahnya sukses bisa menghasilkan uang yang banyak. Agar segera bisa melunasi hutang cicilan sewa sawah dan juga hutang yang ada di bank.

Semakin hari Tubuh Pak Kus semakin kurus, ia sakit dibagian ulu hati dan nafasnya sering sesak.
”Ayo Pak, periksa ke dokter. Bapak sudah beberapa hari ini sudah sakit. Apalagi sesaknya semakin parah.”
”Tidak usah, Nak. Bapak tidak mau ke dokter. Bapak mau tidur saja. Lagian bapak sudah tidak punya uang untuk berobat.”
”Soal biaya, saya akan menanggungnya Pak. Tidak usah khawatir, kalau untuk ke dokter aku ada uang.”
Anak keempat dari tiga saudara dari pak Kus lah yang selama ini mengurus segala kebutuhannya. Ia bertanggung jawab untuk mengurus bapaknya. Sedangkan ketiga anak yang lain sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, padahal dahulu waktu bapaknya punya uang banyak sering sekali memintanya, giliran bapaknya sakit, semua tak peduli, hanya satu anak saja yang peduli pada kehidupan orang tuanya, yang lain hanya bisa merusui/mengganggu keuangan orang tuanya saja. Giliran banyak hutang yang harus dibayarkan mereka malah tidak tahu sama sekali.

”Kalau Memang kamu punya uang untuk bapak berobat. Bapak mau kedokter.”
”Iya, aku punya uangnya pak. Jadi nanti setelah makan kita ke dokter ya, untuk cek kondisi bapak. Biar segera diobati dan sembuh kembali.”
”Iya.”

Si anak bungsu kembali ke dapur untuk membereskan yang ada di dapur, belum lagi memandikan anaknya yang masih berumur dua tahun. Semenjak bapaknya sakit anaknya sering dititipkan ke adiknya agar bisa mengurus bapaknya dengan tenang. Setelah semua selesai, baru menjemput anaknya untuk diurusin.

Jam 09.00 anaknya mengajak pak Kus untuk cek kondisinya ke dokter. Dan setelah ke dokter, ternyata Pak kus di diagnosa terkena serangan jantung dan asam lambung naik. Di sarankan untuk istirahat total dan tidak beraktifitas apapun.

Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun kondisi pak kus semakin memburuk. Hampir setiap minggu ke dokter, belum lagi cek up di rumah sakit besar untuk mengetahui keadaan jantungnya. Semua itu membutuhkan biaya besar. Sedangkan ke depannya, anak-anaknya sudah tiada biaya lagi untuk biaya ke RS.

”Kak, bagaimana ini? Uangku sudah limit banget, sedangkan uang bulananku juga belum jatahnya di kirim sama suamiku. Sedangkan bapak, membutuhkan biaya terus menerus ke depannya.”
”Aku juga bingung, Dek. Bagaimana lagi kita harus punya uang, sedangkan aku sudah banyak hutang dimana-mana. Aku harus hutang kepada siapa lagi coba?”
”Aku juga tidak tahu lagi kak. Aku benar-benar bingung dan pikiranku buntu.”

Di saat percakapan kakak beradik itu berlangsung, tak sengaja Pak Kus mendengarkannya. Ia merasa jadi beban anak-anaknya, sedangkan anak-anaknya juga lagi kesusahan soal uang. Sungguh, hancurnya hati seorang bapak jika dirinya membuat beban anak-anaknya. Ia menangis dalam batinnya berkata ;
Quote:


Badan Pak Kus seketika ambruk, dan terkulai lemas, ia semakin drop, karena memikirkan banyak hal tentang kehidupannya, tentang anaknya, tentang hutangnya. Ia kini terbaring lemah tak berdaya.

Akhirnya mau tidak mau anak-anaknya membawa ke rumah sakit untuk di rawat inap, meskipun mereka tidak punya pegangan uang. Baginya uang dinomor dua kan, yang terpenting bapaknya nomor satu.
”Kenapa bapak dibawa ke Rumah Sakit lagi, Nak.”
”Bapak jangan banyak bicara dulu, bapak masih lemah.”
”Bapak tidak mau di tempat ini, bapak mau di rumah saja. Ayo pulang.”
Air mata pak Kus mengalir pertama kali di depan anak-anaknya.
”Pak, dengarkan aku, bapak masih belum boleh pulang sampai kondisi bapak benar-benar membaik. Makanya jangan banyak pikiran dulu ya, biar bapak juga segera membaik kondisinya.”
”Maafkan bapak ya, kalau selama ini menyusahkan kalian.”
”Pak, justru kami yang minta maaf, karena gara-gara omongan kita, bapak jadi drop seperti ini. Kalau saja kita tidak bicara seperti itu. Pasti bapak tidak akan mendengarnya. Maafkan kita ya pak.”
Keempat anaknya memeluk erat bapaknya, menangisi kondisi bapaknya yang semakin memburuk. Mereka merasa bersalah juga karena pembicaraan mereka waktu lalu tidak sengaja terdengar oleh bapaknya, hingga menyebabkan kondisi bapaknya semakin memburuk dari keadaan biasanya.
”Sudah-sudah, bapak tidak apa-apa kok. Maafkan bapak juga ya, selama Ini telah menyusahkan kalian. Bapak sudah menjadi beban hidup kalian. Kalaupun bapak sudah tiada nantinya, tolong jangan tangisi bapak, berbahagialah karena kalian tidak lagi mengurus bapak. Dan sekali lagi mohon maaf, karena sekali lagi bapak merepotkan kalian. Bapak masih punya hutang 10 juta di bank untuk biaya ladang, dan juga 3 juta untuk cicilan sewa ladang. Kalau bapak sudah tiada tolong kalian lunasi ya. Maafkan bapak sebelumnya tidak bicarakan ini dulu kepada kalian, karena dulu bapak benar-benar bingung tidak punya uang sama sekali untuk membiayai hidup sehari-hari dan membiayai ladang harapan kita. Demi kalian bapak hutang bank, berharap bisa balik modal. Ternyata malah bangkrut. Tanamannya mati semenjak bapak sakit. Tidak mendapatkan hasil sedikitpun. Maafkan bapak ya.”

Keempat anaknya saling pandang-memandang, karena syok dengan perkataan bapaknya yang diam-diam hutang bank. 10 juta tidaklah sedikit, tapi uang yang cukup banyak untuk mereka. Belum juga bunganya atau pas jatuh tempo karena bapaknya belum bisa bayar di bank. Semua itu menambah beban pikiran anak-anaknya.
”Nak, kenapa pada diam? Kalian sanggup kan membayarkan itu semua untuk bapak?”
”Iiii...iya, Pak. Kita sanggup kok. Bapak tidak usah pikirkan itu semua. Biar kita yang urus semua hutang-hutang bapak.”
”Terima kasih ya, Nak. Bapak bilang seperti kepada kalian agar kalian tau kalau bapak punya hutang sebanyak itu, agar kalian segera melunasinya ketika bapak sudah tiada nanti.”
”Bapak jangan bilang seperti itu, bapak pasti sembuh kok. Sekarang bapak istirahat ya, jangan banyak bicara biar kondisinya segera membaik. Sekarang kita mau keluar dulu, biar bapak bisa tidur.”

Mereka berempat keluar, dan membiarkan bapak beristirahat. Tiba-tiba adek bungsunya membuka percakapan mereka berempat.
”Kak, aku syok banget dengar bapak bicara hutang Bank. 10 juta itu bukan termasuk bunganya, belum lagi cicilan sewa sawah masih 3 juta. Kita dapat uang dari mana untuk membayarnya?”

”Kita semua juga tidak ada yang tahu Dek, bapak juga baru baru bilang tadi kan kepada kita. Kita juga syok dek bukan hanya kamu saja. Tau sendirikan tadi kita saling pandang, artinya kita semua syok. Sudahlah dek, masalah hutang nanti-nanti saja kita bahas, kakak bener-bener pusing mikirin ini semua.”
Mereka berempat terdiam, dan membisu. Berbicara dengan pikiran masing-masing, yang entah banyak sekali pertanyaan di kepalanya.

****
Hari berganti, mentari terpancar sangatlah cerah. Namun tak secerah wajah keempat anaknya pak Kus. Pak Kus di nyatakan meninggal dunia pada saat di tangani dokter.

Seperti pesan bapaknya, mereka tidak boleh menangisi atas kematiannya, biarlah istirahat dengan tenang. Agar tidak menjadi beban bagi anak-anaknya.
Tetapi, sekarang yang mereka sedihkan bukan hanya kematian bapaknya, tetapi juga hutang-hutang bapaknya yang segunung itu di bayar dengan apa? Biarpun bapaknya sudah meninggal, tetapi meninggalkan hutang banyak untuk anak-anaknya.

***TAMAT***

Jember, 23 April 2024

Quote:

Al Fatihah buat pak De.
bukhorigan
sedikitkurus
hallowwolf94
hallowwolf94 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
337
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.