• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Predatory Pricing, Istilah Baru Sewa Artis Untuk Jual Harga Termurah Sedunia

iskrimAvatar border
TS
iskrim
Predatory Pricing, Istilah Baru Sewa Artis Untuk Jual Harga Termurah Sedunia


Tidak dipungkiri memang, kalau kata pengusaha dan UMKM persaingan dagang sekarang ini semakin pelik dan tidak sehat. Peliknya semakin banyak pemain besar turun langsung ke jalan kontrol harga sampai artis pun latah jualan, seolah takut nggak bisa makan dengan ke artisannya..

Yang kasihan tentu pedagang pemula dan kelas menengah dimana mereka pastinya murni usaha dari bawah, punya modal benar-benar terbatas dan pastinya menjual dengan harga sedikit lebih mahal karena mereka belanja dari pemain besar tadi yang ikut jualan dimana soal harga jelas-jelas sudah mereka kendalikan.

Dari sudut pandang konsumen mungkin tidak mau tahu menahu seperti apa para pedagang pemula dan menengah itu berusaha hidup dan menghidupi karyawannya, bisa dibilang saat ini mereka mulai berdarah-darah, hidup segan mati tak mau. Konsumen tahunya beli barang yang sama tapi harga paling murah. Siapa yang tidak tergiur dengan harga termurah dengan barang yang sama?

Fenomena perang harga pun tidak bisa dipungkiri, jelas pedagang pemula dan menengah hanya dapat untung dari pembeli yang 'kesasar' atau belum beruntung saja belanja ditempat lain. Bisnis seperti ini tentu tidak adil, jarak harga antara pedagang terlalu jauh sehingga timbul persaingan tidak sehat. Setahu saya pemain besar dulu hanya fokus pada produksi tidak ikut berjualan karena tahu dibawahnya banyak orang-orang menggantungkan hidup dari usahanya. Sekarang bak gurita mereka ingin kendalikan semua.

Pemain besar belum selesai kini masuk juga artis atau selebritis, tidak ada larangan sih mereka ikut berjualan tapi tidak ada hubungannya dengan keartisannya, akibatnya merebut pasar orang lain menurut saya ini kurang etis. Bagaimana kalau ceritanya dibalik; para pedagang (jelas-jelas jumlahnya lebih banyak) tumplek blek nyambi jadi adi artis apakah mereka tidak resah?



Artis boleh jadi model iklan (endorsemen), tapi bukan jadi 'pemain'.

Kalaupun misal artis ingin terjun usaha sebaiknya jual saja nama mereka, sewa model lsin (hitung² bantu ekonomi agensi) bukan tampil muka secara terang-terangan, tentu pedagang lain sudah kalah telak dari sisi promosi, bisnis yang adil adalah dari sisi selisih harga jual dan pelayanan. Menurut saya.

Hal ini semakin diperparah oleh artis 'sewaan' yang menjual barang di online dengan harga 'paling murah' istilah kata zaman sekarang disebutnya Predatory Pricing.Perusahaan yang menyewa artis akan membakar uang demi mendapat pasar sendiri, jual barang dengan harga paliiing murah dampaknya menghancurkan pasar pemain kuat dan tidak memberikan kesempatan pesaing baru untuk hidup.

Dampaknya ketika pasar sudah dipegangnya, nama brand sudah kuat dalam ingatan konsumen maka perlahan harga dinaikkan ke level yang lebih tinggi. Tanpa sadar konsumen terus membelanjakan uangnya lebih banyak dan lebih mahal akibat kadung percaya pada merek tersebut. Tentu saja cara-cara predatory pricing ini merugikan sesama pengusaha, pedagang dan konsumen.



Semoga segera ada regulasi dan aturan yang jelas tentang bagaimana cara berdagang yang sehat dan tentu saja pedagang tradisional dan UMKM harus didukung penuh dan dilindungi haknya agar perekonomian bisa tumbuh merata bukan menguntungkan satu golongan saja. Monopoli dagang memang berbahaya, tidak sehat. Setuju?








Original Thread © 2016 - 2024 iskrim
Member of Thread Creator Gen. 1 - KASKUS
Opini, Ref | img : Gugel  



Diubah oleh iskrim 23-04-2024 00:19
krukov
pakdejoss
krisnova75670
krisnova75670 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
1.7K
96
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.