Pada 28 Januari 2024 lalu, TS (Thread Starter / Penulis) sudah memprediksi bahwa masa depan Jokowi akan berujung pada dua hasil saja, yakni menjadi Ketum PDIP atau Ketum Golkar.

Sumber :

Lantas apakah prediksi tersebut masih relevan? Mari kita simak penjelasan berikut.

Pada Senin 11 Maret 2024, cawapres 03 Mahfud MD mengungkap sikap Ketum PDIP Megawati perihal pengajuan hak angket DPR RI untuk mengusut dugaan kecurangan Pemilu 2024.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasiona...-gugatan-ke-mk

Pertemuan tersebut berujung penegasan bahwa Megawati dan PDIP tidak terburu-buru memenuhi bola liar Ganjar Pranowo yang kemudian diikuti sikap Ganjar yang menyadari bahwa dirinya tidak sekuat itu untuk memberi perintah kepada Puan Maharani.

Hal ini terlihat dari pernyataan Ganjar di hari yang sama yang memosisikan dirinya bersama wakilnya Mahfud MD sebagai pihak prinsipal yang tidak boleh terlibat dalam urusan angket. Sehingga Ganjar sepenuhnya menyerahkan mekanisme hak angket ke DPR.

Sumber : https://www.beritasatu.com/nusantara...erahkan-ke-dpr

Dua peristiwa paralel, dimana Mahfud mencoba mendesak Megawati namun gagal, kemudian Ganjar pun akhirnya menghentikan upayanya memerintah Puan Maharani soal hak angket menunjukkan PDIP punya pertimbangan lain ketimbang mengikuti bola liar Ganjar yang bisa membuat kinerja partai semakin terpuruk usai kekalahan telak di Pilpres.

Langkah hati-hati Megawati dan Puan dalam menyikapi bola liar usulan Ganjar dibaca banyak pihak oposisi sebagai pelemahan PDIP terhadap Koalisi Hak angket.

Namun secara bersamaan juga dilihat banyak pihak Status Quo sebagai penguatan peluang PDIP menyetujui rekonsiliasi Jokowi – Megawati hingga peluang PDIP bergabung ke Koalisi Status Quo Prabowo – Gibran.

Hal ini tampak langsung menimbulkan reaksi.

Golkar secara serentak langsung memainkan dua wacana vital, yakni: Peluang Jokowi gabung Golkar dan peluang Jokowi menjabat Ketum Golkar.

Tak tanggung-tanggung semua faksi dalam Blok Slipi (Golkar) serentak bermain, mulai dari Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Jusuf Kalla, Idrus Marham, hingga Erwin Aksa dan Melchias Mekeng.

Sumber :
https://www.beritasatu.com/nasional/...h-sangat-dekat
https://fajar.co.id/2024/03/11/jadi-...i-pemilu-2024/
https://nasional.kompas.com/read/202...okowi?page=all
https://www.jpnn.com/news/golkar-sam...-ingin-merapat
https://www.metrotvnews.com/read/kew...golkar-menarik
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...-partai-golkar
https://www.indopos.co.id/headline/2...-ketum-golkar/

Hal ini menunjukkan cikal bakal pertarungan besar Faksi Aburizal Bakrie kontra Faksi Jusuf Kalla yang pernah TS prediksi, mulai memasuki tahap Groundbreaking, untuk nantinya memuncak menjadi Rivalitas SBY – Aburizal kontra JK – Paloh.

Kedua uraian dia atas menunjukkan beberapa aspek penting yang perlu disimak, yakni:

Pertama, langkah mundur teratur PDIP soal hak angket meningkatkan peluang Jokowi menjabat Ketum baru PDIP maupun peluang Jokowi menyokong Puan Maharani memenangkan Ketum Baru PDIP pada Munas PDIP (Juli / Agustus 2024).

Oleh karena itu, langkah Golkar yang mengakselerasi wacana bursa Ketum Golkar (November / Desember 2024) untuk dipanaskan hari ini, yang mengerucut pada peluang Jokowi menjabat Ketum Golkar dan peluang Jokowi menyokong Mister X memenangkan Ketum Baru Golkar, menjadi tanda – tanda apa yang telah TS prediksi beberapa bulan lalu soal prioritas Prabowo – Gibran adalah rekonsiliasi Merah dan pertahankan Kuning.

Sumber :

Tentunya, wacana Jokowi menguasai Golkar di tengah dirinya masih memegang KTA PDIP, akan menentukan nasib PDIP, sehingga akan menjadi pertimbangan di internal banteng, baik oleh Megawati maupun Puan Maharani, terkait sikap Teuku Umar soal hak angket untuk melawan Jokowi atau rekonsiliasi kembali dengan eks Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Kedua, geliat wacana bursa Ketum Golkar yang dimainkan serentak oleh Faksi Aburizal Bakrie kontra Faksi Jusuf Kalla hari ini, langsung mengeliminir nama Ridwan Kamil dari papan utama.

Konsentrasinya hanya menyebut 5 nama, Jokowi, Airlannga, Bamsoet, Bahlil, dan Agus Gumiwang.

Sebagaimana telah TS prediksi, bursa Ketum Golkar di akhir 2024 berpeluang besar mengadu kontribusi Airlanggar Hartarto kontra popularitas Ridwan Kamil dimana dalam pergantian gerbong Golkar dibutuhkan Koalisi Oposisi untuk mengacaukan Koalisi Status Quo.

Seandainya Ridwan Kamil (RK) memenangkan kursi Ketum baru Golkar, maka hampir dapat dipastikan Golkar akan mengusung RK di Pilpres 2029.

Terlebih lagi, jika pihak JK – Surya Paloh memasang taruhan pada RK di bursa Ketum baru Golkar.

Tentunya situasi ini semakin mendorong tingginya peluang Golkar di bawah Ketum Ridwan Kamil memasang posisi berlawanan dengan Prabowo – Gibran di legislatif.

Maka dari itu, meski Golkar secara de facto duduk di eksekutif (kabinet) pada 2024 – 2029, namun sejak tahun 2026 – 2027 (2 atau 3 tahun jelang Pilpres 2029), Golkar di legislatif akan mulai ancang-ancang berseberangan dengan Pemerintahan Prabowo – Gibran.

Jika ini terjadi, Golkar akan banyak berposisi mendukung Koalisi Oposisi untuk mengganjal Pemerintahan Prabowo – Gibran di eksekutif, maupun mengganjal Koalisi Status Quo di legislatif.

Oleh karena itu, Prabowo – Gibran membutuhkan jaminan pasti berupa Kursi Ketum Golkar yang tetap dipegang oleh Blok Aburizal Bakrie, baik melalui Airlangga Hartarto maupun kandidat lainnya.

Itulah mengapa 5 nama yang langsung digenjot hari ini, mengeliminir nama RK. Sebab nama ini akan menjadi Bola Liar seperti yang sedang dialami PDIP melalui gerakan bola liar Ganjar Pranowo.

Uraian-uraian di atas menandai apa yang telah TS katakan di awal Thread (tulisan) yakni hasil akhir dari dua prioritas Praobwo – Gibran yakni Rekonsiliasi Merah dan mempertahankan Kuning akan berujung pada dua hasil saja, masa depan Jokowi antara jadi Ketum PDIP dan menguasai Banteng atau jadi Ketum Golkar dan menguasai Beringin.