"Keberuntungan yang memalukan."Kalimat ini rasanya pas untuk menyebut insiden penembakan MQ-9 Repaer oleh kapal frigat Hessen Jerman. Kejadian memalukan ini diwartakan oleh salah satu media Jerman, yakni Spiegel; media tersebut mengatakan insiden itu terjadi pada malam hari tanggal 26 Februari 2024 di Laut Merah. Waktu itu, awak kapal Hessen mendeteksi drone tidak dikenal terbang di sekitar lokasi kapal berlayar.

Awak kapal tidak langsung menembak drone tersebut, mereka terlebih dahulu menghubungi pasukan AS, menanyakan apakah drone yang mereka deteksi adalah milik negara tersebut ? Lucunya, pasukan AS juga tidak bisa mengidentifikasi drone yang dimaksud. Karena itu, awak frigat Hessen langsung menembakkan dua rudal SM-2 ke drone misterius tersebut.

Apesnya, rudal yang ditembakkan tidak berhasil mengenai sasaran. Belakangan diketahui bahwa, target drone tak dikenal yang dimaksud adalah MQ-9 Reaper AS yang tidak mengaktifkan transponder untuk identifikasi teman-musuh (IFF: Identification Friend-Foe). Andai saja SM-2 tidak bermasalah, sudah pasti MQ-9 akan tewas seketika. Menurut laporan Spiegel, rudal SM-2 menngalami masalah teknis; sehingga tidak dapat mencapai sasaran.



Seperti kita ketahui, MQ-9 Reaper sangat aktif di wilayah Laut Merah dan merupakan komponen kunci dari upaya untuk mengenali potensi serangan Houthi. Hal ini termasuk menyiapkan drone, rudal jelajah dan balistik untuk diluncurkan, serta pergerakan kapal-kapal kecil, termasuk kapal-kapal tak berawak yang sarat dengan bahan peledak. Sejauh ini, Houthi telah berhasil menembak jatuh dua MQ-9.

Secara resmi, Hessen saat ini beroperasi di bawah naungan Operasi Aspides yang baru dibentuk. Sebuah gugus tugas perlindungan yang dibentuk oleh Uni Eropa yang dirancang untuk membantu menangani ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh Houthi terhadap pelayaran komersial di Laut Merah. Selain Jerman, Yunani, Perancis, dan Italia telah setuju untuk berpartisipasi dalam Aspides. Frigat Hessen pergi ke Laut Merah pada 8 Februari 2024.

Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi dari Angkatan Laut Jerman dan Pentagon terkait insiden memalukan tersebut. Meski MQ-9 lolos dari maut, tapi kegagalan rudal SM-2 mengekesekusi drone tersebut merupakan masalah serius dan tidak bisa diterima. Mengingat harganya yang tidak murah. Sejauh ini tidak diketahui berapa drone MQ-9 yang terdeteksi Hessen, sampai harus menembakkan 2 rudal.



Sementara itu, frigat Hessen juga mengalami masalah terkait stok amunisi. Beberapa amunisi dari frigat Hessen tidak dapat lagi diperoleh, karena tidak ada lagi industri yang memproduksinya. Seandainya, Hessen kehabisan amunisi di Laut Merah, maka Jerman harus menarik pulang frigat tersebut. Hal ini disampaikan oleh juru i bicara kebijakan pertahanan kelompok parlemen Union di Bundestag, Florian Hahn, pada hari Rabu (28/02/2024).

Hessen adalah kapal ketiga dari Kelas Sachsen, merupakan frigat dengan harga yang mahal. Di mana setiap kapal menghabiskan biaya sekitar Rp 11 triliun. Tak heran jika Jerman hanya membuat tiga kapal dalam kelas ini. Sementara itu, penempatan kapal di Laut Merah dengan sebagian amunisinya yang tidak dapat diproduksi lagi, merupakan hal yang tidak efektiv. Apalagi lokasi penempatan merupakan titik rawan serangan rudal anti-kapal dan drone.





Referensi Tulisan: Spiegel
Sumber Foto: sudah tertera