mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Dua remaja Papua ditangkap sebagai saksi, tindakan aparat ‘merendahkan manusia’
Dua remaja Papua ditangkap sebagai saksi usai penembakan pesawat di Yahukimo, tindakan aparat disebut ‘merendahkan derajat manusia’


Keterangan gambar,
Sebuah foto penangkapan dua remaja di Yahukimo yang sempat dituduh anggota milisi pro-kemerdekaan, tapi belakangan statusnya dinyatakan sebagai saksi.

Dua remaja di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, ditangkap aparat TNI/Polri, Kamis (22/02). Mereka ditangkap tak lama setelah aparat menembak mati seorang milisi pro-kemerdekaan. Kejadian ini adalah rentetan dari penembakan pesawat Wings Air oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), 17 Februari lalu.

Foto-foto penangkapan dua remaja di Yahukimo itu beredar luas. Dalam sebuah foto dua remaja laki-laki berusia 15 tahun itu berada dalam posisi menelungkup, sementara tangan mereka diikat ke belakang.

Di sekitar mereka terdapat tiga tentara berseragam, salah satunya menjulurkan lidah ke arah pemotret.

Pada foto lainnya, dua remaja laki-laki itu berada dalam posisi duduk bersila, dengan tangan diikat ke belakang. Sejumlah luka tampak pada tubuh mereka. Dua tentara berseragam dan bersenjata berdiri di belakang dan mengawasi mereka.

BBC News Indonesia mengonfirmasi status dua remaja yang ditangkap tersebut kepada kepolisian. Keduanya dinyatakan tidak memiliki hubungan dengan milisi pro-kemerdekaan.

“Statusnya masih saksi,” kata AKBP Bayu Suseno, Juru Bicara Satgas Damai Cartenz. Satgas ini berisi personel militer dan kepolisian.

Satgas itu, berdasarkan rilis resmi Polri, ditugaskan untuk memburu milisi kelompok pro-kemerdekaan yang mereka sebut sebagai kelompok kriminal bersenjata. Satgas ini juga diminta “menyasar pihak-pihak yang dinilai terlibat gerakan kelompok kriminal politik“.

AKBP Bayu Suseno membuat klaim pihaknya masih akan memeriksa sejumlah saksi “untuk menguatkan status“ dua remaja tadi.

Papua, konflik, militerSUMBER GAMBAR,DETIK/ISTIMEWA
Keterangan gambar,
Foto lain yang berasal dari peristiwa penangkapan dua remaja di Kali Barza, Yahukimo, 22 Februari lalu.

Perlakuan aparat terhadap dua remaja itu disebut merendahkan martabat manusia, oleh Usman Hamid, Direktur Amnesty International, sebuah lembaga advokasi HAM. Usman berkata, kepolisian terikat secara hukum memperlakukan setiap orang secara manusiawi—baik terduga pelaku, apalagi seseorang yang berstatus sebagai saksi.

“Kasus penembakan pesawat Wings Air yang diduga menjadi latar belakang peristiwa di Yahukimo adalah tindakan kriminal, jadi tindakan kepolisian harus sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku,“ kata Usman.

Usman berkata, lembaganya mendapat sejumlah foto penangkapan dua remaja itu yang belum beredar di media sosial ataupun media massa. Dia menyebut dua remaja itu berada dalam kondisi yang memprihatinkan.

“Orang yang berstatus saksi itu mengalami luka-luka yang cukup serius, seperti disiksa, diperlakukan buruk dan merendahkan martabat manusia,” ujarnya.

Menurut Usman, tindakan kepolisian itu juga tidak diperbolehkan karena dua saksi itu masih berusia anak—di bawah 18 tahun. “Aparat yang menangkap dua saksi itu terlihat sekali tidak memahami hukum,” tuturnya.

BBC News Indonesia berupaya memberi hak jawab kepada kepolisian untuk merespons pernyataan Usman Hamid—sekaligus mengonfirmasi kronologis penangkapan yang mengakibatkan luka pada dua remaja tersebut.

AKBP Bayu Suseno, dalam pesan teks menjawab, “Ah elu wartawan Jakarte. Silakan tanya tentara aje yang nangkap,” tulisnya.


Aparat TNI/Polri mengangkut jenazah seorang milisi TPNPB bernama Otniel Giban.

Kronologi versi warga
Dua narasumber yang meminta identitasnya disembunyikan demi alasan keamanan menuturkan kepada BBC News Indonesia bahwa dua remaja itu berstatus warga sipil dan bukan bagian dari milisi pro-kemerdekaan. Dua remaja dari Distrik Musaik itu ditangkap saat tengah berada di Kali Braza.

Narasumber tadi berkata, dua remaja itu baru saja selesai mandi di sungai dan berencana menyeberang kali menuju kebun. Kronologi versi warga ini berbeda dengan tuduhan aparat yang menyebut dua remaja tadi hendak melarikan diri dari sergapan TNI/Polri.

Narasumber BBC News Indonesia berkata, dua remaja tadi hanya membawa noken bermotif bintang kejora dan ponsel. “Peluru dan senjata api yang disebar fotonya itu bukan milik mereka,” kata narasumber yang sama. “Itu milik anggota TNI,” ujarnya.


Pihak gereja dan kerabat dipotret saat menguburkan jenazah Otniel Giban.

'Bisa picu eskalasi konflik dan ketegangan'
Direktur Amnesty International, Usman Hamid, menilai tindakan aparat yang dia sebut sewenang-wenang itu berpotensi memicu eskalasi konflik antara aparat dengan milisi pro-kemerdekaan di Papua.

Lebih dari itu, kata Usman, penangkapan tersebut bisa meningkatkan ketegangan di masyarakat Papua secara luas. “Orang-orang Papua akan melihat bahwa negara hadir di tanah mereka dengan cara yang seperti itu,” tuturnya.

Usman mendorong Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban untuk secara aktif melibatkan diri dalam mengurus dua saksi yang ditangkap oleh aparat di Yahukimo ini. Lembaga ini pernah ikut serta dalam investigasi pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani oleh personel TNI di Intan Jaya pada tahun 2021.

“Mereka harus menjemput bola, memberi perlindungan pada dua anak itu. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap dua anak itu,” tuturnya.

Siapa anggota TPNPB yang ditembak mati?
Satu laki-laki yang tewas ditembak aparat TNI/Polri adalah Otniel Giban, berumur 20 tahun. Juru Bicara TPNPB, Sebby Sambom, membenarkan klaim kepolisian yang menyebut Otniel adalah milisi pro-kemerdekaan.

Pada hari yang sama, aparat membawa jenazah Otniel ke RSUD Dekai. Pengurus Gereja-Gereja Yahukimo lalu mengambil jenazah Otniel dari rumah sakit dengan seizin Kapolres Yahukimo, AKPB Heru Hidayanto. Pihak gereja lantas menggelar seremoni penguburan untuk jenazah Otniel, disaksikan keluarga dan kerabat.

Penembakan terhadap Otniel dan penangkapan dua remaja di Yahukimo merupakan rentetan dari penembakan pesawat Wings Air di Bandar Udara Nop Goliat, Distrik Dekai, pada 17 Februari lalu. Sebby Sembom menyebut penembakan itu dilakukan oleh kelompoknya.

Dari sejumlah tembakan, hanya satu peluru yang mengenai badan pesawat, kata Kepala Operasi Satgas Cartenz, Kombes Faisal Ramadhani, satu hari setelah kejadian. Dari 36 penumpang, yang menjadi korban luka adalah personel TNI, Pratu Ongen Dori. Dia disebut mengalami luka lecet akibat serpihan kaca yang terkena peluru.

Sebby Sembom berkata, kelompoknya melakukan penembakan sebagai respons terhadap “TNI/Polri yang banyak menduduki wilayah Papua selama Pemilu 2024”.

Sehari sebelum penembakan pesawat di Yahukimo, TPNBP juga menembaki sebuah pesawat perintis di Kabupaten Puncak. Mereka melakukan hal yang sama pada sebuah pesawat di Paniai pada 5 Februari silam.

https://www.bbc.com/indonesia/articl...s/c2qe7e30gpyo


Kasihan 2 pemuda Papua jika benar cuma saksi mata saja tapi disiksa oleh TNI
0
465
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.