Sumber Gambar

Seorang petani di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Lampung, menjadi korban penipuan berkedok ritual gaib yang menjanjikan imbalan uang sebesar 6 miliar rupiah. Korban, yang berinisial SJN (58), ditipu oleh SPN (48), seorang warga Pringsewu.

Modus operandi pelaku adalah mengaku membutuhkan uang untuk membiayai operasional alat ritual guna menarik benda gaib berupa senjata pedang jenis Samurai. Dengan janji manis tersebut, pelaku berhasil memancing ketertarikan SJN.

Awalnya, SJN hanya menyerahkan sejumlah uang kepada pelaku secara bertahap, mencapai total 38 juta rupiah. Korban pun tertarik dengan iming-iming imbalan yang fantastis, yaitu 6 miliar rupiah. Namun, saat waktu yang ditentukan untuk melakukan ritual penarikan semakin dekat, SJN mulai curiga.

Ketika ditanyakan tentang waktu pelaksanaan ritual, pelaku selalu memberikan alasan bahwa ia masih menunggu waktu yang tepat. Namun, pada tanggal 24 Januari 2024, pelaku datang ke rumah SJN dengan membawa dua bungkusan karung. Ia meminta korban untuk tidak membuka atau menyentuh bungkusan tersebut selama sepuluh hari karena bungkusan tersebut akan berubah menjadi uang.

Curiga dengan perkataan pelaku, SJN membuka salah satu bungkusan karung tersebut sebelum waktu yang ditentukan. Namun, yang ia temukan hanya kardus kosong. Pelaku pun ketahuan telah menipunya.

SJN tidak tinggal diam. Ia segera melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Sukoharjo. Dalam laporan tersebut, korban mengungkapkan modus operandi pelaku dan kerugian yang dialaminya.

Kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk tetap waspada terhadap penipuan yang berkedok ritual atau hal-hal mistis lainnya. Penting untuk selalu melakukan verifikasi dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sebelum terlibat dalam hal-hal yang tidak jelas atau tidak rasional.

Penipuan merupakan tindakan yang merugikan dan tidak bertanggung jawab. Salah satu bentuk penipuan yang sedang marak adalah penipuan berkedok ritual gaib. Penipuan semacam ini dilakukan oleh oknum dukun palsu yang mengaku memiliki kekuatan gaib untuk menggandakan uang.

Modus operandi penipuan ini adalah dengan mengajak korban untuk melakukan ritual di dalam kamar dengan menggunakan aksesoris dunia perdukunan seperti dupa, ember, kemenyan, kain kafan, kitab-kitab, serta lilin dan wadah dari tanah liat. Dalam ritual tersebut, dukun palsu ini akan memperagakan jampi-jampi mantra berbahasa Jawa dan rapalan potongan ayat suci untuk memperkuat aktingnya.

Selama ritual berlangsung, korban akan diminta membaca mantra yang diajarkan oleh dukun palsu tersebut. Seolah-olah uang yang diberikan oleh dukun palsu adalah uang tambahan yang akan digandakan. Namun pada kenyataannya, uang yang diberikan adalah uang palsu yang berhologram dan bisa dipindai melalui sinar UV atau sinar biru.

Korban sering kali tidak menyadari bahwa uang yang diterimanya adalah uang palsu. Mereka dipancing oleh janji-janji bahwa dalam beberapa hari uang akan keluar berkali-kali lipat hingga mencapai puncaknya pada ritual hari ketujuh. Namun pada akhirnya, korban akan kecewa karena uang yang dijanjikan tidak kunjung terealisasi.

Penipuan berkedok ritual gaib ini sangat berbahaya karena merugikan korban secara finansial dan juga menghilangkan kepercayaan diri korban terhadap dunia spiritual. Bukan hanya itu, penipuan semacam ini juga merusak citra para dukun yang sebenarnya memiliki ilmu dan kepercayaan yang benar.

Kepolisian akan melakukan penyelidikan terhadap kasus ini dengan harapan dapat mengungkap keberadaan pelaku dan memberikan keadilan kepada korban. Semoga kasus seperti ini tidak terulang lagi dan masyarakat semakin waspada terhadap modus penipuan yang semakin berkembang.


Sumber: Link Referensi