Sudah menjadi rahasia umum kalau presiden Indonesia tidak netral dan memihak pada salah satu paslon, kekuasaan memang sangat menguntungkan dari banyak sisi. Mengetahui rahasia negara, mendapat proyek dan ujungnya kekayaan.

Ketidak inginan menyerahkan kekuasaan inilah yang membuat kita lupa diri hingga memanfaatkan kekuasaan yang ada untuk mempertahankannya. Sebagai presiden tentunya Jokowi mempunyai pengaruh besar untuk mengatur keputusan, apalagi ada adik ipar yang menjadi ketua MK saat itu.

Dengan pengaruh besar dan kekuatan logistik tanpa batas, para buzzer pun yakin pasangan Prabowo-Gibran menang 1 putaran. Tapi tidak dengan Jokowi, dia tidak yakin sehingga harus menghapus jejak kampanye pasangan lain Ganjar-Mahfud. 

Bahkan terang-terangan Jokowi mengaku memihak dan jadi jurkam langsung demi anaknya untuk menyambung tahta kepemimpinan (sumber).

Didukung kekuatan kekuasaan yang ada dan dana kampanye yang tak terbatas, Jokowi tidak yakin dengan kemampuan Prabowo dan Gibran. Saat debat pun kemampuan mereka di bawah pasangan lain.

Judul BBC.com: Presiden dan menteri "boleh kampanye dan memihak" di Pilpres 2024 - Jokowi dinilai "menyalahi etika politik" demi "untungkan" Prabowo 

Judul kompas.com: Jokowi Dinilai Langgar UU karena Sebut Presiden Boleh Berpihak pada Pilpres

Mulai keputusan MK yang tidak beretika....akan berlanjut. Etika memang harus dimulai dari kepala.