Ada perkembangan menarik terkait rencana pembelian Mirage 2000-5 bekas Qatar oleh Indonesia, pada awal tahun 2024 ini negeri kepulauan itu telah mengkonfirmasi penundaan pembelian Mirage 2000-5. Ditundanya pembelian pesawat tempur bekas itu telah dikonfirmasi juru bicara Kementerian Pertahanan RI Dahnil Anzar Simanjuntak kepada CNN Indonesiapada Rabu malam (03/01/2024).

Dalam keterangannya kepada CNN Indonesia, Danhil mengatakan pembelian Mirage bekas ditunda karena anggaran fiskal untuk saat ini belum bisa mendukung pembelian Mirage 2000-5 (bahasa mudahnya, Indonesia tidak punya uang). Jadi, untuk sementara pembelian pesawat ini ditunda. Penundaan pembelian pesawat ini juga telah disetujui oleh Kementerian Keuangan RI.

Lebih lanjut Danhil mengatakan, saat ini pemerintah akan fokus melakukan overhaul dan retrofit untuk F-16, Su-27/30 dan Hawk 100/200. Hal ini dilakukan sembari menunggu pesanan pesawat Rafale yang baru bisa dikirim sekitar tahun 2026. Sebagai pengingat bagi Agan, pada Juni 2023 Kementerian Pertahanan RI telah menandatangani kontrak pembelian 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar. Kontrak pesawat tempur bekas ini sekitar US$792 juta atau Rp 11,8 triliun. Rata-rata satu pesawat dijual senilai Rp 983 miliar. Harga ini sudah termasuk paket pelatihan dan peralatan terkait.



Saat akuisisi Mirage diberitakan media, banyak pihak menyebut pembelian ini dilakukan untuk membiasakan para pilot TNI AU yang belum terbiasa menerbangkan pesawat tempur buatan Prancis. Tetapi, dalam artikel di website resmi Kementerian Pertahanan RIyang dipublikasikan pada Juni 2023 mengatakan bahwa, pembelian Mirage 2000-5 bekas Qatar dilakukan untuk menutupi kesiapan tempur TNI AU. Menurunnya kesiapan tempur TNI AU karena banyak pesawat yang sudah mendekati habis masa pakainya, selain itu beberapa pesawat akan segera melakukan upgrade, overhaul dan repair. Membuat pesawat tempur yang siap tempur semakin menurun.

Indonesia telah sepakat untuk membeli 42 unit jet tempur Rafale buatan Prancis, saat ini Indonesia telah menyepakati pembelian sekitar 24 unit Rafale. Pada September 2022, Indonesia menyepakati pembelian 6 unit Rafale. Pada fase kedua di bulan Agustus 2023, Indonesia kemudian menyelesaikan kesepakatan tambahan sebanyak 18 unit Rafale.

Pada Agustus 2023, Indonesia juga telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk membeli 24 unit F-15EX buatan Boeing. Penandatanganan dilakukan di St. Louis, Missouri; yang merupakan markas Boeing. Boeing juga telah memberi kode penunjukan khusus untuk F-15EX pesanan Indonesia, yakni F-15IDN. Namun, ini baru penandatanganan komitmen, belum ada kontrak pembelian resmi yang ditandatangani.



Pembelian Mirage 2000-5 bekas telah mendapat kritikan dari berbagai pihak di dalam negeri, salah satunya adalah Komisi 1 DPR. Komisi 1 mengatakan setiap pembelian pesawat tempur harus menyertakan transfer teknologi (ToT), imbal dagang, kandungan lokal dan persyaratan lainnya. Hal-hal tersebut tentu tidak akan didapatkan jika membeli pesawat tempur bekas. Terlebih lagi, pemerintah juga sudah berulang kali berjanji tidak akan membeli alutsista (termasuk jet tempur) bekas.

Di sisi lain, pada Juli 2023 Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan bahwa, Mirage bekas Qatar rata-rata memiliki jam terbang 30%. Artinya masih ada 70% jam terbang yang tersisa untuk Indonesia. Diperkirakan Mirage 2000-5 tersebut masih bisa dipakai selama 15 tahun.Berita terbaru ini telah membuka wawasan kita, bahwa kekuatan pesawat tempur Indonesia sejatinya tidaklah sekuat dan sehebat yang diberitakan media dan youtuber overproud.






Referensi Tulisan: CNN Indonesia& Kementerian Pertahanan RI
Sumber Foto: sudah tertera