Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

damar.jagadAvatar border
TS
damar.jagad
9.Maruto Part 2: Setro Maruto
9.maruto part 2

dalam perjalanan menuju pundensuro gawe terjadi percakapan kecil antara bapak dan pak dul
“pak dul kok perasaan desa ini sepi amat ya?”tanya bapak
“iya sih dek nggak tahu juga aku ,tapi mungkin suasana desa ya kayak gini dek nu”jawab pak dul penuh dengan ketidak pastian
“mungkin iya ya pak dul”ujar bapak yang mulai berjalan lagi
mereka bertiga berjalan terus menuju punden surogawe,selangkah demi selangkah kaki mereka berjalan menyusuri jalan jalan desa sore itu,dan tibalah mereka bertiga disuatu komplek pemakaman desa ditengahnya terdapat 3 makam panjang yang berjajar lalu mbah mir yang diikuti bapak dan pakdul berjlan kearah ketiga makam kuno itu tak lupa pak dul pun menyiapkan keperluan lagi yang sama persis dengan yang mereka siapkan di gunung petung tadi,saat mbah mir mulai membakar kemenyan hal yang sama terulang lagi kepada bapak 2 ,kemunculan 2 pasang tangan yang mencengkeram bahu dan pergelangan kaki bapak namun ada yang berbeda kali ini saat mulut bapak terbuka tiba tiba ada tangan tanpa tubuh yang tiba-tiba masuk kedalam mulut bapak secara reflek membuat bapak meneteskan air matanya menahan sakit yang teramatat sangat ,potongan tangan tanpa tubuh itu terasa sedang mengaduk aduk tubuh bapak dari dalam dan mengambil sesuatu yang entah apa itu ,saat tangan itu mulai keluar bapak merasakan ada suatu benda yang dibawanya benda terasa seperti bola yang berdetak ditenggorokan bapak ,saat tangan yang membawa benda bulat itu mulai merangsek keluar bapak merasakan sakit yang bahkan tak pernah bapak rasakan di mimpi buruknya, saat tangan itu mulai keluar dari mulut bapak yang seakan dipaksa untuk melebar secara reflek bapak langsung memuntahkan darah hitam dari mulutnya yang berbau teramat busuk lalu memandang kearah tangan tanpa tubuh yang tengah melayang dihadapan bapak tengah memegang benda hitam bulat yang berdetak menjijikan seakan hidup lalu meremas benda itu dengan amat kuat, benda menjijikan itu pun tiba tiba hancur memuar menjadi debu dihadapan bapak ,bapak sudah tak mampu lagi merasakan takut kalah dengan rasa sakit yang sedari tadi ia rasakan ,perlahan tangan dihadapan bapak mulai mengabur dan hilang 2 pasang tangan yang mencengkeram bapak sedari tadi pun turut menghilang,mengetahui bapak baru saja memuntahkan darah hitam ,mbahmir pun berbalik dan menyerahkan sapu tangan kearah bapak

“di lap dulu itu,kalo sudah kita langsung lanjut ke punden gunung djati”ucap mbah mir sembari berdiri
“dul kamu simpan dulu pediangnya ,jangan lupa jangan ada kotoran tertinggal”ucap mbahmir kearah pak dul
pak dul pun hanya mengangguk dan membersih kan alat alat ritual itu
langit sudah tampak menggelap pertanda malam akan segera tiba menggantikan sore ketiga orang manusia itu mulai berjalan lagi menuju tujuan terakhir yang mereka sadari pasti tidak akan mudah,bapak yang masih merasakan sakit di sekujur tubuh nya memaksa kedua kakinya untuk terus melangkah mengikuti mbah mir pakdul yang berjalan paling belakang memandang bapak dengan perasaan penuh kekhawatiran namun tak berani berucap.bapak masih terus berjalan menatap kosong seperti seseorang yang telah kehilangan jiwanya,dari kejauhan terlihat sebuah bangunan seperti pos beratap genting dindingnya hanya setinggi 50cm berwarna hijau,dibalik bangunan kecil menyerupai pos itu terdapat bangunan kuno yang terbuat dari kayu yang lumayan besar diterangi dengan lampu cempluk di dinding bangunan itu yang membawa hawa mistis tersendiri dalam hati pak dul bertanya Tanya

“apa itu tempat punden gunung jati ya”ucap pak dul dalam hati

“iya dul itu tempatnya”tiba tiba mbah mir menyahut yang membuat pak dul terkaget seketika seakan mbah mir mengetahui isi kepala pak dul.

“dul jangan lupa siapin perlengkapan takutnya si manu lagi capek banget “ucap mbahmir lagi

“nggih pak mir”jawab pak dul yang langsung menyiapkan pediang dan mengisinya dengan arang lalu membakar arang itu seketika rang itu langsung terbakar dan menjadi bara lalu meletakkannya di hadapan mbah mir bunga yang terbungkus daun pisang pun tak lupa ia siapkan juga setelah pak dul membuka bungkusan daun pisang itu terlihat disana dan lalu memasrahkannya kearah mbahmir. bapak yang terlihat sangat pucat hanya mampu menatap kosong kearah makam kuno itu.saat mbah mir mulai membakar kemenyan sembari merapal doa ,tiba tiba angin besar pun datang mengoyangkan pohon besar disamping makam itu,membawa aroma kengerian yang tak mampu bapak rasakan lagi dari kejauhan bapak melihat seseorang tengah menuntun kuda lalu menalikan tali kekang kuda itu kearah pohon kecil disebelah makam kuno tersebut sesosok pria mengenakan celana dan penadon hitam(salah satu pakaian tradisional jawa) bertelanjang dada dikepalanya terlihat udeng yang menghiasi berjalan menghampiri bapak lalu memegang tangannya,kala itu bapak hanya mampu menurut saja tanpa sanggup menolak,kemudian pria itu menuntun bapak memasuki rumah joglo besar bertembok kayu itu ,setelah bapak memasuki rumah tersebut terlihat seorang pria yang terlihat berwibawa tengah duduk diatas kursi lawas yang ada di ruang tamu itu sosok pria gagah berwibawa berkumis tipis itu tersenyum kearah bapak dengan tatapannya yang teduh lalu berucap

“mrene ngger lungguh kene”(sinak mari duduk sini) ucap sosok pria itu sembari mempersilahkan bapak,bapak hanya terdiam saat itu tanpa sepatah kata terucap dan hanya menganggukkan kepala sembari menuju kursi lawas didepan pria itu untuk duduk,sosok pria yang menuntun bapak tadi membawakan potongan bambu menyerupai gelas yang berisi air lalu menyerahkannya pada bapak yang lalu beringsut kearah samping pria yang tengah duduk dihadapan bapak

“umbien ngger ora popo “ucap pria berkumis tipis itu masih dengan wajah teduhnya,tanpa sepatah kata terucap bapak pun meminumnya,seketika itu bapak merasakan tubuhnya yang terasa tak nyaman perlahan lahan pulih ,lalu mulai memunculkan semangat lagi

“panjenengan ini siapa? terus saya ini dimana?”Tanya bapak yang semangat hidupnya mulai kembali

“ngger aku iki raden diponyono eyangmu kowe saiki ono ing omahku”(nak aku ini eyangmu dan sekarang kamu berada dirumahku)ucap sosok pria berkumis tipis itu memperkenalkan diri

“kok saya bisa ada disini eyang”ucap bapak yang mulai kebingungan karna tak dapat mengingat apa yang telah terjadi

“kakang branjangan ingkang nuntun kowe mrene ngger”(kakang branjangan lah yang menuntunmu kesini ngger)ucap raden dipoyono menjawab pertanyaan bapak

“aku ugo wes weruh opo kekarepanmu ngger mergo saiki kowe wes resik aku ugo bakal mangestoni ngger”(aku juga sudah tahu apa keinginanmu,karna sekarang kamu sudah bersih maka aku juga akan merestuimu nak”sambung raden dipoyono dengan wajah teduhnya

“eyang apa yang harus saya jalankan selanjutnya eyang?”Tanya bapak lagi
“ngene ngger kowe cukup manuto karo bapakmu wae”(begini nak kamu cukup ikuti bapakmu saja) jawab raden dipoyono
“injih eyang “jawab bapak pendek
“sakdurunge kowe bali kowe bakal tak wehi glondong pengareng areng kanggo sangumu yo ngger”ucap raden dipoyono yang toba tiba ditangannya muncul cahaya putih terang yang lalu ia lemparkan kearah bapak seketika cahaya itu langsung memasuki ubun ubun bapak,rasa hangat tiba tiba mengaliri seluruh tubuh bapak yang membuat bapak merasa sangat tenang yang berangsur angsur mulai setabil melihat itu raden dipoyono enoleh kearah mbah branjangan

“kakang brabjangan tulung terke putuku iki bali yo”(kakang branjangan tolong antar cucuku ini pulang ya)ucap raden dipoyono kepada mbah branjangan

“injih raden sendiko dawuh”( iya raden akan saya laksanakan) ucapnya sembari melangkah kearah bapak

“sebentar mbah branjangan “ ucap bapak yang langsung menuju raden dipoyono dan mencium tangannya mengetahui it u raden dipoyono hanya tersenyum sembari mengelus kepala bapak setelah itu bapak melangkah kearah mbah branjangan

“ayo le tutke aku rausah noleh mburi”(ayo nak ikuti aku tak usah menoleh kebelakang) ucap mbah branjangan.setelah bapak dan mbah branjangan keluar dari rumah joglo tua itu bapak melihat disana ditempat mbah mir dan pak dul sedang duduk ada sosok 1 lagi yang sedang duduk bersila yang bapak tahu itu adalah dirinya,seketika rasa takut kembali menyergap bapak, dalam benak bapak mulai bertanya Tanya siapakah gerangan sosok yang mirip dirinya itu,seketika mbah branjangan menoleh kearah bapak

“ra usah wedi iku ngono ragamu “(tak usah takub itu adalah ragamu)ucap mbah branjangan

“lha kalo itu raga saya lha saya ini siapa mbah”Tanya bapak terbingung-bingung

“iki sukmamu le utowo rogo alusmu lha sing nengkono iku rogo kasarmu”jawab mbah branjangan

bapak hanya terdiam dengan raut muka keheranan lalu mbah branjangan pun berjalan lagi yang diekori oleh bapak

“wes le paranono ragamu “(sudah nak hampirilah ragamu)ucap mbah branjangan

tanpa berucap bapak hanya mengangguk lalu berjalan menghampiri raga kasar nya yang tengah tertunduk itu saaat bapak sudah dekat dengan raga itu bapak merasa seperti tersedot oleh sesuatu dan tiba tiba pandangannya menjadi gelap.ketika bapak membuka mata disana bapak melihat mbah mir dan pakdul yang masih duduk bersila dengan khusyuknyalalu perlahan lahan mbah mir mulai berdiri dan menoleh kearah bapak

“sudah kembali kamu le”Tanya mbah mir yang diikuti pakdul yang mulai membuka matanya juga

“lho kok aku ada disini ya pak?”Tanya bapak kebingungan

“hmm nanti aja bapak ceritain dirumah,ya sudah kalo gitu ayo pulang kerumah mbahmu dulu “ucap mbah mir yang langsung berdiri diikuti pak dul

saat berdiri bapak menoleh kearah rumah yang didatanginya tadi namun bapak tidak mendapati rumah disana hanya rerimbunan pohon yang berjajar disana Nampak gelap muram tanpa cahaya

“lho rumah joglo tadi kemana ya?” Tanya bapak dalam hati yang lalu berjalan mengikuti mbahmir dan pak dul yang sudah berjalan terlebih dahulu anehnya kala itu tubuh bapak terasa sangat ringan satu langkah kakinya seakan tak memiliki bobot hanya 2 langkah saja bapak sudah bisa menyusul mbahmir dan pak dul yang berada beberapa meter dihadapannya,setelah mbahmir dan pakdul sudah tersusul bapak pun bertanya kepada pak dul

“lho pak dul badanku kok jadi enteng banget ya seperti gak ada bobotnya”Tanya bapak ke pakdul

“biasa deknu kalo awal awal lelaku ya gitu tandanya udah dipangestoni itu dek”jawab pak dul

“oalah gitu tho pak dul”ucap bapak yang mulai memahami

di perjalanan bapak mbahmir dan pak dul melewati kebun tebu yang luas dengan pohon nangka besar ditengah nya disana bapak melihat ada bayangan putih mirip kepompong besar yang sedang mengantung ,setelah bapak mempertajam pandangannya tak lain itu adalah pocong yang tengah mengantung sambil bergerak gerak dengan kain kafan yang penuh dengan bercak darah dan wajah yang terlihat menghitam,namun keanehan terjadi lagi jika melihat hal seperti itu bapak biasanya langsung spontan ketakutan tapi bapak hanya memandangnya biasa saja tanpa ada rasa takut yang menghinggapinya ,tak seberapa lama kahirnya mereka bertiga sampai di rumah mbah buyut yang kini ditempati oleh mbahyat tersebut,disana terlihat pintu rumah masih terbuka lebar saat memasuki rumah bapak melihat ada 3gelas kopi panas diatas meja,ldari dalam mbah yat terlihat keluar membawa wakul berisi nasi ,seakan sudah tahu dengan kedatangan mereka bertiga

“le nu kamu ambil sayur,lauk sama piring di dapur ya”ucap mbah yat kepada bapak

“njih bulek”ucap bapak sembari melangkah kedapur

setelah mereka bertiga makan dimalam itu mbah yat pun berpamitan untuk melanjutkan istirahat

kemudian mbah mir pun mulai membuka pembicaraan

“nu apa kamu tahu sekarang jam berapa?”tanya mbah mir kepada bapak,bapak pun seketika celingukan mencari jam dan ketemujah jam dindig berornamen kuno menunjukkan jarumnya di angka 11.30,seketika bapak pun terkaget membelalakkan mata

“apa bener sudah selama itu pak perasaan tadi Cuma sebentar kita ke pundennnya?”Tanya bapak yang merasa sangat bingung

“apa saja yang kamu rasakan diketiga punden tadi itu merupakan tahap awal pembelajaran le”ucap mbahmir

“siapa itu raden dipoyono pak?”Tanya bapak

“leluhurmu le saudara dari raden diponegoro,kamu dikasih apa sama eyang dipoyono?”ucap mbah mir

“gak tahu pakyang aku tahu cuman air putih sama cahaya putih yang entah apa itu gak tahu aku

mendengar itu mbah mir menyunggingkan senyum

“ya sudah ayo berangkat sekarang ke wajak”ucap mbahmir mengagetkan bapak dan pak dul

“lho pak wajak itu jauh lho pak masa malem malem berangkat mana ada kendaraan “ucap bapak mencoba menyanggah

pak dul hanya terbelalak mendengar ucapan mbah mir

“sudah, kendaraannnya sudah nunggu diluar tuh”ucap mbah mir menoleh kearah pelataran rumah

saat mereka menoleh kearah pelataran disana mereka melihat seekor kuda hitam besar dengan pelana yang sudah terpasang dipunggungnya matanya terlihat menyala merah sembarai mendengus dan menghentak hentakkan kakinya,tak pelak pemandangan itu membuat bapak dan pak dul terkejut menatap kearah pelataran,secara taksadar bapak dan pak dul pun melangkah kepelataran rumah guna melihat kuda itu lebih dekat ,

“namanya setro maruto kuda titian raden dipoyono”ucap mbah mir dari belakang pak dul dan bapak

“kok bisa ada disini pak mir?”Tanya pak dul sembari menatap tercengang kearah kuda hitam besar itu

“eyang dipoyono yang mengirimnya kesini,ya sudah yuk kemasi barang kalian kita segera berangkat”ucap mbah mir,kemudian bapak dan pak dul masuk kembali untuk mengambil tas mereka , lalu bergegas kearah pelataran rumah disana mereka melihat mbah mir tengah mengelur kuda besar itu dan langsung menaikinya,

“apa yang kalian tunggu cepet naik”ucap mbah mir yang sudah duduk diatas kuda hitam besar itu

pak dul bun bergegas menaiki punggung kuda hitam yang teramat besar itu kemudian disusul bapak yang duduk paling belakang,setelah mereka bertiga sudah ada dipunggung kuda bernama setro maruto itu tiba tiba tubuh kuda itu pun membesar 5x lipat lalu mengangkat kedua kaki depannya keatas sembari meringkik sat kuda itu mulai menurunkan kaki depannya kembali ketanah ,tiupan angin besar mulai meniup liar disekitar kuda itu kuda itu pun mulai berlari kecil,dan mulai melayang seakan menginjak angin setelah melayang agak tinggi kuda itu pun mulai berlari terpaan angin terasa deras menerpa tubuh mereka bertiga melintasi gelapnya malam melintasi langit gelap yang dihiasi bintang berkelipan,purnama kala itu terlihat amat dingin seakan menatap dengan wajah angkuhnya,angin yang berhembus kala itu membawa ketiga anak manusia kedalam perjalanan yang tak terbayangkan melintasi sunyinya bumi di malam itu.

=======
9.maruto part 1 tunggon
Diubah oleh damar.jagad 11-12-2023 02:12
mamaegio828
anwaranwar93
belajararif
belajararif dan 12 lainnya memberi reputasi
13
458
10
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.