Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dzaki999925Avatar border
TS
dzaki999925
RAYUAN PULAU TERKUTUK PART 3




RAYUAN PULAU TERKUTUK
PART 3



Part1

https://www.kaskus.co.id/show_post/6...f8a7037b2e8c39


Part 2

https://m.kaskus.co.id/thread/6565c8...ofile&med=post










Perjalanan pulang hari ini sungguh melelahkan, karena jalanan sangat macet.

“Sialan, kenapa jam segini masih macet banget sih” umpatku.

Aku membunyikan klakson seperti orang gila.

Tak lama berselang seorang polisi menghampiriku.

“Maaf pak, silahkan lewat jalan alternatif, karena jalan ini sementara di tutup” perintah polisi itu kepadaku.

“Emang ada apa sih pak?” Tanyaku penasaran.

“Ada anggota kami yang tewas di depan situ, kami akan melakukan Clear area, karena kami khawatir ini perbuatan teroris” balasnya sambil menyuruhku untuk lewat jalan alternatif.

Aku sedikit terkejut, bagimana mungkin seorang polisi bisa tewas di tempat ramai seperti ini, tapi aku tak peduli lagi.

Aku segera berbelok untuk lewat jalan alternatif.
Meskipun sedikit memutar akhirnya aku sampai juga kerumah.


Aku langsung memarkirkan mobilku di garasi.

Aku mengetuk pintu rumah beberapa kali, dan tak ada jawaban dari Victoria.

“Sayang, aku pulang, sayang tolong bukakan pintu.”Teriak ku.
Lama tak mendapat jawaban dari dalam rumah.
Ku coba untuk memutar gagang pintu, ternyata Victoria tak menguncinya.

Keadaan rumah masih seperti biasa, tapi sangat sepi seperti tak ada tanda kehidupan.

“Kemana Victoria ya” gumamku.
Beberapa kali aku memanggil Victoria, tapi tak ada sautan darinya.
Tak biasanya Victoria seperti ini, karena biasanya dia selalu menyambutku ketika aku pulang kerja jam berapa pun.

“Apa, dia keluar untuk membeli sesuatu ya, tapi sepatunya masih tertata rapi di samping pintu” gumamku.

Aku berinisiatif masuk ke kamar tidur.
Aku menyangka dia pasti sudah ketiduran.
Mungkin perasaan buruk yang selalu aku pikirkan telah membuatku terlampau khawatir dan tak bisa berfikir jernih.

Jantungku, sedikit berdebar ketika aku sampai di depan pintu kamar tidur.

Perlahan aku membuka pintu, aku berharap Victoria memberi kejutan indah dari dalam kamar tersebut. Aku juga sempat berusaha mengingat apakah hari ini hari spesial sehingga Victoria menyiapkan kejutan untuk ku.

“Kreeekk” pelan-pelan pintu kamar terbuka.
Aku menengok kedalam kamar, dan kamar tampak berantakan, aku panik, Keringat dingin langsung membanjiri tubuhku. kulihat kesegala arah mencari victoria.

Mataku terbelalak, jantungku seperti mau meledak, kaki ku tiba-tiba lemas seperti seluruh tulangnya mencair.
Darahku seperti tak bisa naik ke otak.

Karena aku melihat sesosok tubuh bersimbah darah diatas kasur, badan nya tertutup sebagian dengan selimut, tampak selimut berwarna putih itu menjadi merah karena penuh darah.

Itu Victoria, Victoria terbujur lemas, dengan luka beberapa luka di dada. Tampak darah nya masih mengucur dari luka tersebut. Sepertinya belum lama dia terluka .

Ini tak mungkin, ini pasti mimpi buruk, aku harus bangun, aku harus bangun.

Tapi.. ini nyata, ini benar-benar nyata.
Hal yang aku takutkan akhirnya terjadi. Dan terjadi secepat ini.

Siapa yang tega melakukan hal ini. Apa salahku, apa salah Victoria? Apakah ini perbuatan perampok? Atau apa? Aku sudah tak mampu lagi untuk berfikir.

Aku langsung berlari dan memeluk tubuh Victoria. Ku goncangkan-goncangkan tubuhnya, berharap dia bangun dan bilang “prank” tapi sepertinya ini nyata. Benar, Ini sungguh nyata.

Tubuh Victoria sudah mendingin. Bibirnya sudah membiru, matanya masih terbelalak terbuka menghadap keatas. Tampak sorot matanya menandakan ketakutan dan keterkejutan yang luar biasa.

Ya Tuhan, cobaan apa ini. Kenapa semuanya harus begini.

Aku menangis dan berteriak hingga hampir putus pita suara ku, aku meracau seperti orang gila.

“Victoria, bangun sayang, ayo bangun. Kau tak ingat, besok weekend kita akan jalan-jalan. Bangun lah sayang” racau ku sambil menangis tersedu-sedu.

“Victoria, Victoria”
Ucapku terus menurus, dengan tangis tanpa henti.

Hari itu hari terburuk dalam hidupku.
Setengah dari jiwaku telah mati karena kematian Victoria .
Aku layaknya seperti manusia yang hidup tanpa tujuan.

Hidupku telah hancur. Aku benar-benar hancur.

Seminggu telah berlalu, hingga hari ini aku masih tak tau siapa yang membunuh Victoria. Bahkan tanda-tanda sidik jari pelaku pun tak didapati oleh polisi.

Aku seperti manusia yang hidup secara fisik tapi mati di dalam jiwa.

Orang tua ku sering menginap dirumah ku, karena mereka takut aku nekat melakukan hal-hal yang buruk

Aku hanya mengurung diri dikamar. Bayang-banyang wajah Victoria masih tergiang-ngiang
di kepalaku.

Aku tak bisa tidur berhari-hari, tubuhku kurus, dan lemah.

Pagi itu aku masih berkutat dalam kesedihan.
Tiba-tiba aku teringat sebuah kata-kata zack saat kami mengunjungi perkampungan suku maori.

“Pohon gerbang waktu” ucap ku seketika.

“Ya, siapa tahu pohon itu bisa membawaku kembali ke sebelum kejadian terbunuhnya Victoria” gumamku.

“Ya aku harus kesana, ini tak masuk akal, tapi akan ku coba, karena aku tak sanggup seperti ini, aku merindukan mu Victoria.” Ucapku lirih, sambil mengeluarkan air mata.

Aku seperti diberikan kekuatan lebih. Aku langsung bangkit dan berkemas untuk menuju ke curse island lagi.

Singkatnya, aku pun kembali ke pulau itu. Keluarga ku sempat khawatir, tapi aku bilang, aku sudah ikhlas dengan kematian Victoria, dan kini aku butuh liburan.
Mendengar alasan ku, akhirnya orang tua ku pun memahami nya.

Tak membuang waktu lama, akupun segera menuju dermaga tua, tempat kami pertama kali menaiki kapal dan menuju perkampungan suku maori.

Sepanjang jalan ke dermaga, aku teringat saat-saat indah yang ku habiskan bersama Victoria di pantai ini. Aku seperti masih melihat Victoria tersenyum dan menari-nari dipantai.

Akupun menahan tangis di sepanjang perjalanan menuju dermaga itu.

Mungkin hanya pasir pantai dan deru ombak yang menjadi saksi bagaimana kami menghabiskan masa indah dipantai ini berdua.

“Sayang doakan aku, agar segera bertemu dengan mu” gumamku dalam hati.

Sampai di dermaga, aku tak menemui pria tua pemilik kapal tersebut. Bahkan dermaga ini terlihat seperti dermaga mati yang tak lagi jadi tempat singgah kapal.

Berjam-jam aku menunggu, aku sampai tidur meringkuk di dermaga itu, aku kedinginan, kehujanan, tapi aku akan tetap menunggu sampai kapal itu datang.

Hingga akhirnya dua hari berlalu dan aku masih meringkuk di tempat itu tanpa tau kapan kapal
Itu datang.

Pagi itu aku masih tertidur di dermaga tersebut. Dan aku dikagetkan suara pria tua yang ku kenali sebagai pemilik kapal.

“Nak ayo naik, kamu mau ke tempat suku maori kan?” Ucap pria itu yang tiba-tiba sudah ada di depan dermaga.

Aku senang bukan kepalang, dua hari aku menunggu akhirnya aku bertemu juga dengan pria itu.

Tanpa pikir panjang aku segera melangkah ke dalam kapal itu.

Tak banyak obrolan antar aku dan pria tua itu. Akupun teringat ucapan pria itu ketika sesaat aku mendarat di pulau itu beberapa bulan lalu.

“Pak, anda pernah bilang, kalau aku harus menjaga istriku, memang ada apa ya pak?” Tanyaku penasaran.

“Sudah terlambat, sudah terlambat, sudah terlambat” balasnya dengan datar.

Dan setelah itu dia tak berkata apa-apa lagi.

Akupun telah sampai ke perkampungan suku maori.
Aku langsung mencari zack dan mengutarakan masalahku.

Zack memahaminya, dan dia mengajak aku menemui ketua suku.

Aku terkejut bukan kepalang, karena ternyta ketua suku maori adalah nenek tua penjual makanan aneh berwarna hijau yang kami temui di pantai saat berbulan madu.

“Kau terkejut nak?, aku tau kau type orang yang selalu meremehkan orang lain, kini kau butuh bantuan ku kan?” Ucapnya menghakimi ku.

Dia tersenyum seperti meledekku. Jika aku tak ingat kalau butuh bantuan nya, mungkin sudah ku hancurkan giginya yang hitam itu.



“Ma- maafkan aku, kedatangan ku kemari karena aku…”

“Sudah, aku sudah mengerti, tak perlu kau teruskan kata-kata mu” katanya memotong perkataan ku.

“Kemari kan tangan mu,” perintahnya kepadaku.

Aku menjulurkan tangan ku ke arahnya, dan dia mengambil belati kecil dari saku nya, lalu melukai tanganku dengan belati itu.

Darah pun mengucur dari telapak tanganku, dan darah itu ia tampung ke sebuah tembikar kecil.

“Zack, ajak James ke pohon itu, aku akan menyiapkan persembahan nya” perintah nenek tua itu ke zack.

Akupun telah sampai ke pohon keramat itu. Dan kemudian aku di kelilingi oleh banyak penduduk suku itu.

Tak lama kemudian, si nenek datang, dia mengolesi kening dan pipiku dengan darah dan entah campuran apa lagi dalam tembikar itu.

Akupun disuruh masuk kedalam lubang dipohon itu.

Aku tertegun sejenak di depan lubang pohon itu.
Mataku memandang seolah-olah lubang itu itu seperti mulut monster yang akan melahap ku.

Sedikit ada keraguan dalam hatiku, tapi keinginan ku untuk bertemu lagi dengan Victoria, mengalahkan semua akal dan logika ku.

Kulangkahkan kakiku untuk masuk ke lubang itu.
Lubang itu cukup dalam, dan gelap. Aku menyalakan obor agar bisa melihat jalan dengan jelas.

Di dalam lubang itu sangat sunyi, hingga kau bisa mendengarkan langkah kaki dan suara hembusan nafasku sendiri yang mulai tak beraturan dan sesak.

Seketika aku berhenti dan menemukan tempat pembaringan di gua bawah pohon itu. Ternyata disitu ada ranjang bambu dan ornamen tengkorak yang menyeramkan diatas nya.

“Berbaringlah disitu” ucap nenek tua tersebut yang ternyata sudah ada dibelakangku.

Aku segera berbaring, aku memejamkan mata, dan orang tua itu pun meracau, sambil mengucap mantra-mantra.

Tak lama kemudian, kesadaran ku hilang, aku seperti terlarut dalam mimpi, mimpi dimana aku mengulangi perjalanan hidupku dengan Victoria, mulai dari kecil hingga kami menikah.

Hingga akhirnya aku melihat Victoria meninggal bersimbah darah didalam kamar, dan setelah itu datanglah cahaya putih yang teramat terang menyilaukan mataku.


“Sayang, bangun, sayang, aku merindukan mu” kata kata lembut itu meyadarkan aku dari tidur.

“Victoria, Victoria” pekik ku dengan spontan.

“Victoria?… aku Cindy pak, sekretaris bapak. Bapak merindukan istri bapak ya, so Sweet banget sih, pak maaf saya menganggu tidur bapak, tapi klien sudah menunggu di ruang meeting” ucap Cindy

“Klien, ruang meeting?, bukankah aku masih di…”gumamku kebingungan.

“Ini tanggal berapa cin?” Tanyaku penasaran.

“Yaelah pak, ini tanggal 2 Agustus” ucap Cindy sembari merapikan berkas nya.

“Batalkan semua meeting cin, aku mau pulang sekarang!!!” Perintahku kepada Cindy.

Cindy pun tampak keheranan tapi aku tak peduli lagi .

Aku segera mengendarai mobilku dengan cepat.

“Masih ada waktu, aku harus bergegas, aku akan menyelamatkan Victoria.”

“Ini sunggu ajaib, bagaimana mungkin aku bisa kembali ke waktu dimana Victoria meninggal, ini gila, sungguh gila” gumamku.
bukhorigan
regmekujo
pulaukapok
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
239
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.